Bab 16
Pagi itu hari Minggu. Andro sudah bersiap dengan sepedanya.
"Where will you go, dear?" Tanya Aurora.
"I want to go to Florencia's home." Jawab Andro.
"Kalian punya janji?" Tanya sang ibu.
"Ibunya memintaku untuk menjadi guru les matematikanya."
"Oh, that's a great news!" Seru sang ibu dengan wajah berseri.
Setelah berpamitan, Andro pun melaju dengan sepedanya.
Sesampainya di rumah Florencia, gadis kelas tiga SD itu sudah menunggunya di teras. Ibu Florencia yang saat itu pernah dilihatnya tengah memarahi anak gadisnya. Hari ini tampak ramah menyambutnya.
"Aku sudah mendengar banyak cerita tentangmu. Kau bukan anak biasa. Meskipun usiamu lebih muda dari Flo. Tapi aku yakin kau bisa membantu Flo belajar." Ucapnya.
"Kau terlalu berlebihan, bu." Ucap Andro merendah.
"Di mana kau tinggal, Andro?" Tanya ibu Florencia.
"Aku tinggal di belakang toko kue Aurora. Toko itu milik ibuku," jawabnya.
"Sungguh? Aku sudah beberapa kali mampir ke toko ibumu. Bahkan saat perayaan ulang tahun Flo beberapa waktu lalu. Aku memesan kue di toko itu." Ucapnya.
Kurang lebih dua jam Andromeda menjadi guru les matematika bagi Florencia.
“Kau langsung pulang ke rumahmu, Andro?” Tanya Flo saat Andro pamit pada ibunya.
“Sepertinya akan menemui salah seorang kawanku, See you,’’
“See you too.” Ucap Flo sambil melambaikan tangannya.
Andro mengayuh sepedanya menuju Apartemen Keenan. Ia sengaja ingin memberi kejutan pada pria yang biasa dipanggilnya mister tampan itu.
Setelah memarkir sepedanya, Andro pun menuju kamar Apartemen Keenan yang berada di lantai tiga.
Dengan langkah ceria Andro menuju kamar Keenan. Langkahnya terhenti ketika tiba-tiba ia melihat pria yang hendak ia temui tersebut tengah mengobrol dengan seseorang melalui ponselnya.
"Bagian tubuh mana yang bisa dijadikan sample dalam melakukan tes DNA?" Tanyanya. Tak lama pria itu pun mengangguk paham dengan jawaban yang baru saja ia dengar dari seseorang yang berbicara dengannya tersebut.
Keenan mematikan teleponnya.
Andro mengamati Keenan dari balik tembok. Pria itu lalu masuk ke kamarnya. Beberapa menit kemudian ia terlihat keluar dan mengunci pintu sebelum akhirnya pergi dari kamar apartemennya.
Andro sedikit merasa kecewa karena ia gagal bertemu dengan Keenan. Anak itu pun memutuskan untuk pulang ke rumahnya.
"You looks so sad, what happened, dear?" Tanya sang ibu.
"Aku batal bertemu dengan mister tampan," jawabnya dengan wajah murung.
"Dia tak ada di kamar apartemennya?" Tanya sang ibu. Andro menggelengkan kepalanya.
"Lantas?"
"Saat aku hampir sampai di kamarnya, aku melihat ia tengah menelepon seseorang. Aku menguping dari balik tembok. Aku sempat mendengar mister tampan menyebut tentang tes DNA. Aku tak tahu persis ia pergi kemana setelah menutup teleponnya. Aku hanya melihat ia mengunci pintu kamarnya."
"Mungkin ia terlalu sibuk dengan pekerjaannya," ucap sang ibu.
"Apakah mister tampan akan melakukan tes DNA? Mengapa ia sempat menanyakan sample bagian tubuh mana yang harus diambil? Lalu, untuk apa ia melakukan tes DNA?" Tanya Andro pada sang ibu.
"Kau pikir ibumu tahu jawaban dari semua pertanyaanmu itu, anak pintar?" Tanya sang ibu. Ia mengacak rambut Andro. Andro pun terkekeh.
"Mungkin itu bagian dari pekerjaannya. Kau belum paham dengan urusan orang dewasa, nak," ucap sang ibu.
"Mengapa orang dewasa selalu sibuk dan banyak urusan, mom?" Tanya Andro polos.
"Kau akan mendapatkan jawabannya kelak jika kau telah dewasa." Jawab sang ibu sambil tersenyum.
Beberapa menit kemudian ponsel Aurora berdering. Sebuah pesan masuk di aplikasi percakapan.
[From: Keenan
Andro, temui aku di taman Flamingo sekarang.]
"Mister tampan mengajakmu bertemu di taman," ucap sang ibu.
"Sungguh?" Tanya Andro dengan mata berbinar.
"Pergilah, dia telah menunggumu di taman." Ucap sang ibu.
Aurora menatap Andro yang telah berlalu dari hadapannya. Tiba-tiba rasa cemas menghampirinya.
"Apakah Keenan mulai curiga jika Andro adalah anaknya bersama Gibran? Apakah pria itu benar-benar akan melakukan tes DNA antara Andro dan Gibran? Lalu jika ia sudah melakukannya, apakah ia akan memberitahukannya pada Gibran?" Gumamnya. Aurora benar-benar merasa khawatir. Ia memanggil Andro agar mengurungkan niatnya untuk menemui Keenan. Namun sia-sia. Andro sudah terlalu jauh dari rumahnya dan tak mendengar teriakan sang ibu yang memanggilnya.
Aurora membuang napas. Sebuah penyesalan kecil hinggap di hatinya. Mengapa ia mengizinkan Andro menemui Keenan.
****
Di taman Flamingo.
Andro menghampiri Keenan yang telah menunggunya di sebuah bangku taman.
"How are you today, hero?" Sapa Keenan.
"I'm very happy now," jawab Andro dengan wajah berseri.
Keenan menatap wajah kawan kecilnya. Pandangannya tertuju ke arah rambut Andro.
"Kapan terakhir kali kau memotong rambutmu?" Tanya Keenan.
"Mungkin sudah lebih dari setahun aku tak memotong rambutku," jawab Andro.
"Lihatlah. Rambutmu sudah terlalu lebat. Sepertinya kau harus memotongnya. Jika kau mau, kita berangkat ke salon sekarang juga. Kau pasti akan terlihat lebih tampan jika kau merapikan rambutmu," Ucap Keenan. Dalam hatinya ia berharap Andro tak menolak ajakannya.
Andro berpikir sejenak. Beberapa detik kemudian ia menganggukkan kepalanya sambil tersenyum. Keenan merasa lega. Setidaknya ia bisa menjalankan rencananya tanpa dicurigai Andro.
Keenan mengajak Andro ke sebuah salon langganannya yang juga milik salah seorang kawan dekatnya. Setelah berbisik kecil pada salah seorang pegawai salon. Andro pun segera duduk di kursi pelanggan. Perlahan alat pemotong rambut mulai memangkas rambutnya. Keenan mengamati Andro dari kursi tunggu. Di cermin besar itu wajah Andro terlihat begitu mirip dengan Gibran kecil. Setelah pekerjaannya selesai, pegawai salon itu pun membuang rambut Andro di sebuah tempat sampah. Andro sempat menaruh curiga saat pegawai salon tersebut menyerahkan sebuah amplop kecil berwarna coklat pada Keenan. Dan sebaliknya. Keenan terlihat menyelipkan sesuatu ke dalam saku bajunya.
"What's a handsome boy!" Seru Keenan saat menatap Andro dengan potongan rambut barunya. Semua orang yang tengah berada di salon itu sontak memandang ke arah Andro. Pipi Andro tiba-tiba memerah karena merasa malu.
"Kau mau es krim?" Tanya Keenan.
Andro menganggukkan kepalanya.
Keduanya lalu menuju ke sebuah kedai es krim tak jauh dari salon tempat Andro memotong rambut.
Saat Keenan hendak memesan es krim untuk Andro, tiba-tiba seseorang menyapanya.
"Keenan? Apa kabar?" Sapa perempuan itu ramah. Keenan tampak kebingungan.
"Astaga! Kau tak mengenaliku? Ini aku, Michelle, teman sekolahmu." Ucapnya.
Keenan tersenyum. "Michelle? Kau…?" Tanya Keenan.
"Berapa tahun kita tak bertemu?" Tanya Michelle.
"Entahlah. Mungkin lebih dari 15 tahun," jawab Keenan.
"Putramu sudah besar." Ucap Michelle. Perempuan itu memandang bocah laki-laki tampan yang berdiri di samping Keenan.
"Dia bukan putraku," Ucapnya sambil tertawa kecil. Michelle lalu menutup mulutnya dengan jari-jari tangannya.
Keenan kini memandang gadis kecil yang mungkin baru berusia setahun itu.
"Dia putrimu?" Tanya Keenan.
"Ya. Tepatnya putri ke empatku." Jawabnya sambil terkekeh.
"Kau bercanda." Ucap Keenan.
"Kau tahu, setelah lulus SMA aku langsung menikah. Putri sulungku kini sudah berumur 14 tahun. Bagaimana denganmu? Apa kau dan Aurora…?" Michelle tak melanjutkan kata-katanya.
"Ini es krim mu. Duduklah di bangku itu." Ucap Keenan pada Andro sambil menyerahkan es krim cone berukuran cukup besar untuknya.
"Thank's mister tampan," ucapnya sambil berjalan menuju bangku yang ditunjuk Keenan.
"Kau lihat anak itu? Dia adalah anak laki-laki Aurora," ucap Keenan.
Michelle mengernyitkan keningnya.
"Apa kau dan Aurora sudah menikah?" Tanya Michelle.
Keenan tak menjawab. Pria itu justru tersenyum getir.
To be continue...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
huang xiwei 🌷
mantap mbak ayok lanjut lagi dong .. pasti makin seru ini ceritanya ..
2021-09-11
2
Hermin Indarwati
heemmm tambah seru
2021-09-10
1