Bryan sudah masuk ke ruangan Maria dengan menuntun tangan Nindy
Maria sudah sangat senang senyumnya mengembang kala melihat pintu terbuka
namun senyumnya perlahan hilang melihat Bryan menggenggam tangan Nindy
"kenapa ada Nindy?" tanya Maria
" memangnya kenapa? kasihan dia jenuh di rumah sendirian" ucap Bryan
" oohh" singkat Maria
"sini dong aku mau kamu duduk Deket aku" ucap Maria menunjuk kursi disamping ranjang
Bryan malah mendudukkan Nindy disana dan Bryan berdiri di belakangnya meletakkan tangannya di bahu Nindy
Maria semakin panas melihat pemandangan di depannya
dia dengan sengaja menjatuhkan pisau ke hadapan Nindy
Nindy terperanjat karena kaget Nindy melirik Bryan yang ada di belakangnya
Bryan hendak mengambilnya tapi Nindy sudah mengambilnya terlebih dahulu
posisi Maria yang duduk dapat melihat dengan jelas tanda di sekitar tengkuk dan dada Nindy
" Lo kenapa merah merah jangan bilang kalian berdua?" ucap Maria menunjuk Nindy dan Bryan bergantian
"oohh.. ini gue gatel gatel" ucap Nindy dengan wajah yang memerah
" tapi gue pernah liat waktu video call sama Bryan dia tidur sama cewek" ucap Maria
" mana ada hahaha ya kan?" tanya Nindy pada Bryan dengan tertawa yang di paksakan seraya menendang kaki Bryan
Bryan tidak menanggapi dia berbalik duduk di sofa pojok kamar
menyandarkan tubuhnya dengan tangan di letakkan di belakang kepala
Maria mencari ide supaya Bryan kembali memperhatikannya
" aaawww kepala gue sakit rasanya mau pecah " ucap Maria membuat Nindy dan Bryan panik
" bentar gue panggil dokter dulu" ucap Bryan
" jangan, gue cuma butuh ketenangan aja gue boleh peluk Lo bentar aja?" pinta Maria
mau tidak mau Bryan melangkah mendekati Maria
Nindy merasa ada yang aneh dari Maria dia sakit tapi tidak mau di periksa dokter
Nindy berinisiatif mencari dokter yang menangani Maria
dia sudah sampai di depan ruangan dokter tersebut lalu mengetuk pintu
tok tok tok
pintu terbuka memperlihatkan dokter perempuan sebaya ibunya
" ada yang bisa saya bantu nona?" tanya dokter
" saya mau tanya apa sebenarnya yang terjadi pada pasien bernama Maria?" tanya Nindy
" seperti yang sudah saya jelaskan sebelumnya sebagian ingatannya hilang dia hanya mengingat masa lalunya saja itu pun tidak semuanya ingat" ucap dokter
" apa saya boleh lihat hasil pemeriksaannya?" tanya Nindy
" maaf nona saya tidak bisa, jika tidak ada urusan lagi sebaiknya anda pergi" ucap dokter membuat Nindy mengernyitkan keningnya
" aneh banget dokter itu" gumam Nindy
Nindy kembali ke ruangan dimana Maria di rawat
dia melihat Bryan yang berdiri di samping Maria
dengan Maria yang memeluk pinggang Bryan erat
" aku mau pergi dulu ya, ada janji sama Wina dan Dara" ucap Nindy membuat Maria melirik dari balik tubuh Bryan
" gue gak izinin" ucap Bryan melepaskan tangan Maria yang memeluknya
" loh kenapa?" tanya Nindy
" GK ada yang lindungin kalian kalo cuma cewek yang pergi" ucap Bryan
" gak cuma kita ada kak Leo sama Damar juga, jadi aman aman aja" ucap Maria
" ya udah Lo pergi aja dari pada jadi nyamuk disini" ucap Maria
" oke bye" ujar Nindy tersenyum senang
" Gue gak izinin kalo Lo masih ngotot mau pergi gue pastiin nanti malem Lo gak akan tidur" ucap Bryan membuat Maria heran
" Gue setuju, toh besok sekolah libur" ucap Nindy tanpa berbalik dan pergi
Bryan yang geram hendak menyusul Nindy tapi tangannya di tahan oleh Maria
Bryan menepis tangan Maria dan pergi dari sana tidak peduli dengan Maria yang berteriak teriak memanggilnya
Maria mendengus kesal di berteriak seperti orang gila dan harus di tenangkan dokter dan perawat
Bryan menarik tangan Nindy yang sudah berada di luar gedung rumah sakit
Nindy berbalik seraya tersenyum manis melepaskan tangan Bryan dari tangannya
" kenapa sayang?" ucap Nindy seraya mengalungkan tangannya ke leher Bryan
" kamu mulai gak nurut ya" bentak Bryan
" jangan marah dong emang aku gak nurut kenapa?" tanya Nindy
" kamu mau pergi kumpul sama temen temen kamu ada cowoknya juga?" tanya Bryan dengan nada marah
" ohh cemburu ya?" ucap Nindy menggoda Bryan
" aku serius ya, kamu makin berani sekarang sama aku" ucap Bryan benar benar marah
" aku cuma bohongin kamu" bisik Nindy lalu mengecup sekilas bibir Bryan
mata Bryan melebar sempurna dengan perlakuan Nindy yang berani di depan umum
melihat Nindy yang berlari menuju mobil Bryan mengejarnya dan memeluk bahu Nindy serta mencuil hidungnya
" nakal ya" ucap Bryan
Nindy hanya tertawa seraya masuk ke dalam mobil
dari balik pohon seseorang mengintip mereka menghentak hentakan kakinya kesal melihat kedekatan Bryan dan Nindy
" halo ikutin mobilnya, kasih sedikit kejutan buat mereka" ucapnya dengan seseorang di sebrang telepon
Nindy dan Bryan tidak menyadari ada yang mengikuti mereka
saat di tikungan sebuah motor melaju dengan dadakan membuat Bryan yang terkejut membuang stir ke kiri
mobil Bryan yang oleng membuat kepala Nindy terbentur pada depan mobil
untungnya Bryan dengan sigap menahan perut Nindy
Nindy mengangkat kepalanya dengan sedikit meringis memegangi keningnya
" sayang maaf kamu gak apa apa kan?" ucap Bryan menyibak rambut Nindy
" gak apa apa cuma luka kecil" ucap Nindy
" apa perut kamu ada yang sakit" tanya Bryan mengecek seluruh tubuh Nindy
" gak ada sayang cuma kening aku aja merah tuh" ucap Nindy menunjukkan keningnya
cup
Bryan mengecup kening Nindy yang lebam mengelus lembut rambut Nindy
lalu melanjutkan perjalanan pulang mereka
" kalo aku minta sesuatu boleh gak?" tanya Nindy
" apapun sayang" jawab Bryan melirik sekilas
" aku mau ke pasar malam yang Deket rumah Damar" ucap Nindy tapi Bryan tidak menjawabnya
sesampainya di apartemen Nindy terus mengikuti Bryan kemana pun dia pergi
seraya terus berbicara tiada henti meminta izin ke pasar malam itu
" ya sayang ya please aku mau sekali ini aja" ucap Nindy menarik ujung baju Bryan
" gak sekali enggak tetep enggak" jawab Bryan tanpa menatap Nindy
" tapi aku belum pernah kesana sama kamu" rengek Nindy
" memangnya kamu pernah kesana sama siapa? dari mana juga kamu tau ada pasar malam di Deket rumah Damar? tanya Bryan
" aku pernah di ajak Damar" ucap Nindy keceplosan
" apaa? kamu pergi ke pasar malam sama cowok lain? kapan ? " tanya Bryan
" Wak.. wakktuu aku kabur dari rumah ibu terus kamu paksa aku ke apartemen terus kamu paksa aku gituan" ucap Nindy dengan polosnya
" pokoknya enggak aku gak Sudi pergi ke tempat dimana kamu sama cowok lain pernah jalan" jawab Bryan
" ya udah aku telepon Damar aja biar di jemput" ucap Nindy meraih ponselnya
" berani kamu telepon cowok brengsek itu aku patahin tangan kamu" ucap Bryan
" ya udah anterin aku ayok " ujar Nindy menarik narik tangan Bryan dengan mata yang mulai mengembun
Bryan yang melihat Nindy mulai akan menangis dengan terpaksa mengiyakan ajakan Nindy
begitu senangnya Nindy mendengar Bryan akan membawanya pergi
dia sampai melompat ke pangkuan Bryan menghujam ciuman bertubi tubi di wajah Bryan
" kamu bisa gak sih gak usah lompat lompat?" bentak Bryan membuat Nindy terdiam
"sorry a.. ak aku cuma takut kamu sama Baby kenapa Napa" ucap Bryan
" jangan marah lagi, ayok pergi" ucap Nindy menarik tangan bryan
Bryan dan Nindy sudah sampai di pasar malam
wajah Nindy begitu berseri dengan senyum mengembang tiada henti
Bryan tidak pernah menemukan wanita seperti Nindy
dia sangat bahagia hanya karena hal sepele
"makasih " ujar Nindy memeluk lengan Bryan
" sekarang mau apa dulu ?" tanya Bryan membuat Nindy mendongak
" naik bianglala boleh?" ucap Nindy Bryan berpikir sejenak
" ayolah sebentar aja" lanjut Nindy
" yaudah ayo" ucap Bryan Nindy pun langsung lari ke wahana tersebut
berbagai permainan dan wahana sudah mereka naiki
Nindy membawa boneka besar dan dua boneka kecil yang di dapat Bryan dari sebuah permainan
" aku haus " ucap Nindy
" aku beliin kamu duduk disini sebentar" ucap Bryan
" mau beli apa lagi?" lanjut Bryan sebelum pergi
" mau permen kapas, sosis bakar, bakso bakar, sama popcorn manis" ucap Nindy
" okelah untuk beruangku tersayang" ucap Bryan lalu melangkah pergi
" beruang?" gumam Nindy
saat Nindy menunggu Bryan datang Damar yang juga ada disana bersama adiknya yang baru berusia 5 tahun
Damar duduk di samping Nindy membuat Nindy terkejut
" ampun deh Damar gue kira siapa Ampe kaget gue" ucap Nindy
" hai Nindy, Lo sama siapa kesini? " tanya Damar
" sama Bryan tapi dia lama lagi beli minum" ucap Nindy
" gue temenin ya, oh ya ini Diana adik gue" ucap Damar memperkenalkan Diana karena terus menyikut lengan kakaknya
" hai aku Nindy, kamu cantik banget" ucap Nindy menjabat tangan Diana
" kakak lebih cantik, kalian pacaran ya?" tanya Diana
" eng.. enggak sayang kak Nindy temen sekolahnya kak Damar" jelas Nindy
" oohhh, padahal aku maunya kakak pacaran" ucap Diana
" siapa yang pacaran?" tanya Bryan yang baru datang
" kenapa kalian diem? gue tanya siapa yang pacaran?" lanjutnya karena mereka diam
" sayang gak ada yang pacaran namanya juga anak kecil" ucap Nindy berdiri menghampiri Bryan
" Diana kenalin ini pacar kakak" ucap Nindy pada Diana
" gak mau kakak itu galak aku takut" ucap Diana bersembunyi di belakang Damar
" duuhh sorry ya , kalo gitu gue pergi ajak adik gue maen dulu" ucap Damar pergi dari sana
'' kamu sama anak kecil aja gitu banget, kasian tau" ucap Nindy
" anak kecil asal banget ngomongnya, kamu juga di tinggal bentar aja udah ngobrol sama cowok" ucap Bryan
" sayang gak gitu " ucap Nindy tapi Bryan terlanjur ngambek
Bryan menyerahkan makanan pesanan Nindy lalu pergi membawa boneka bonekanya
Nindy mengejar Bryan yang sudah masuk mobil terlebih dahulu
lalu Nindy duduk disampingnya dengan mulut yang penuh makanan
Bryan tersenyum pelit melihat Nindy yang makan begitu banyak
Nindy sadar dirinya di perhatikan menatap Bryan dengan menautkan alisnya
" apa?" tanya Nindy dengan mulut penuh sosis bakarnya
" kamu gendut" ucap Bryan lalu kembali fokus ke jalan
" masa sih?" ucap Nindy melihat wajahnya dari kaca
" ya ampun aku harus diet nih" gumam Nindy
pletak
Bryan menyentil kening Nindy lalu menghentikan laju mobilnya
"kok di sentil sih?" tanya Nindy seraya mengusap keningnya
" abisnya kamu diet diet inget kamu tuh lagi hamil ya wajar kalo berat badannya naik, lagian aku suka kamu yang sekarang terlihat semakin seksi" ucap Bryan membuat wajah Nindy bersemu merah
" tapi kalo kamu cari yang langsing gimana?" ujar Nindy dengan raut wajah sedih
" aku gak akan cari yang langsing aku lebih suka beruangku yang empuk" ujar Bryan
Nindy memeluk Bryan entah kenapa hanya ucapan seperti itu pun terdengar seperti kata kata romantis untuk Nindy
Nindy melepaskan pelukannya lalu Bryan kembali melajukan mobilnya
Bryan tidak menyadari sedari tadi Nindy tertidur
dia tidak ingin membangunkan Nindy karena wajahnya terlihat lelah
Bryan mengangkat tubuh Nindy menggendongnya sampai kamar
" tidur yang nyenyak sayang" ucap Bryan mengecup bibir Nindy
setelah mandi Bryan ikut membaringkan tubuhnya di samping Nindy
memeluk Nindy lalu ikut memejamkan matanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Wartini Eviyanti
kaya maria pura 2 lupa deh
2021-12-28
1