Sepulang dari tempat psikolog Bryan memutuskan membawa Nindy makan, mereka menyusuri sepanjang perjalanan pulang memilih tempat makan mana yang mereka tuju tapi Nindy hanya bilang terserah dan terserah
Membuat bryan geram dengan jawaban Nindy
akhirnya Bryan singgah di sebuah rumah makan, meskipun bambu tapi rumah makan itu terlihat sangat cantik, nyaman dan bersih
"Gimana nin bagus gak?" tanya Bryan seraya melihat sekeliling
" Bagus, GK nyangka ya dari bambu bisa jadi sebagus ini" ucap Nindy kagum
Bryan memesan makanan beberapa pelayan menyuguhkan berbagai menu, memenuhi meja makan di hadapan mereka. mata Nindy sampai membulat dengan mulut menganga yang di tutupi tangan
" OMG Bryan apa Lo gak salah pesan makanan sebanyak ini, siapa yg bakal abisin??" ucap Nindy
" Gak, gue sengaja biar Lo agak isi dikit abis Lo kerempeng" jawab bryan membuat Nindy mendelik sebal
" Eehh ini bukan kerempeng ya, ini tuh langsing" jawab Nindy tidak terima disebut kerempeng
" Terserah, pokoknya gue mau Lo agak montok biar seksi" ucap Bryan seraya menaik turunkan alisnya
" Diihh mesum gilllaaa" jawab Nindy memalingkan wajahnya
Bryan sedikit tersenyum melihat Nindy yang sedang mengerucutkan bibirnya tapi masih makan dengan lahap, sesekali ketika tatapan mereka bertemu Nindy memalingkan wajahnya memasang wajah sebal membuat Bryan gemas di buatnya
Bryan terus saja menatap Nindy membuat Nindy salah tingkah
"Apa sih liatin Mulu? " ujar Nindy menatap Bryan kesal
" Tadi siapa ya yang bilang makanannya kebanyakan? apa masih kurang?" ucap Bryan
Melihat makanan di meja satu persatu Nindy cicipi bukan di cicipi lebih tepatnya ia makan Nindy semakin salah tingkah dia gelagapan mencari jawaban untuk Bryan, Bryan masih menatapnya seraya meminum jus
Nindy merasa terpojokkan dan malu tanpa sadar dia makan begitu banyak
" Ya.. ya karena gue laper, tau ahh" ucap Nindy lalu bergegas keluar
Saking malunya nindy lupa dia tidak bawa motor dan terpaksa menunggu Bryan di parkiran, Nindy duduk menyandarkan tubuhnya di motor bryan sambil memainkan ponselnya, betapa terkejutnya Nindy saat seseorang memegang bahunya dari belakang
Nindy seketika menjerit ketakutan
" Aaaaaaaaa" teriak Nindy
Nindy berjongkok menutup wajahnya dengan tangan hingga handphone yang di pegangnya pun terjatuh, Bryan yang baru keluar begitu terkejut mendengar teriakan Nindy yang berasal dari parkiran
Bryan berlari menghampiri Nindy yang sedang berjongkok dengan seorang pemuda di hadapannya yang dia kenal, Bryan berlari dan tidak sengaja menyenggol bahu lelaki tersebut
" Nin Lo kenapa? ini gue Bryan" ucap Bryan
Mendengar nama Bryan Nindy mengangkat kepalanya dan ersembunyi di belakang tubuh Bryan
" Gue takut " ucap Nindy sambil menenggelamkan wajahnya di punggung suaminya
"Gak apa apa gue ada disini"
Bryan menarik lembut tangan Nindy lalu merangkulnya, tatapan Bryan mengintimidasi pemuda di hadapannya
" Apa yang Lo lakuin sama Nindy" tanya Bryan
"Gue gak ngapa ngapain, gue cuma mau nyapa dia tapi dia malah teriak" ucap Hendrico
Bryan tidak menjawab dan memilih membawa Nindy naik ke motornya lalu pergi meninggalkan Hendrico, tatapan Hendrico menyimpan dendam menatap kepergian keduanya
" Udah gak apa apa, kita pulang ya" ucap Bryan
Nindy yang mulai tenang mengangkat kepalanya menyeka air matanya, mereka melanjutkan perjalanan ke rumah
Di tengah perjalanan Bryan mengendarai motornya lagi lagi dia di buat terkejut ada sebuah motor melaju dari arah belakang hampir menyerempet motor bryan
Bryan terkejut membuat motor yang dia kendarai tidak seimbang, hampir motornya terjatuh tapi dapat Bryan tahan menggunakan kakinya dan membuat kaki Bryan terluka terkena trotoar
" Lo GK apa apa Nin? " ucap Bryan seraya turun dari motornya
Nindy terlihat bengong tidak berkedip Bryan mengguncang guncangkan bahunya
Nindy terkesiap mengerjapkan matanya berkali kali
"Nin Lo GK apa apa? " tanya Bryan seraya mengguncangkan bahu Nindy
" Kita belom mati kan Bryan" tanya Nindy
" Lo udah di surga" jawab bryan seraya duduk memeriksa kakinya
" Iisshh rese Lo, Lo kenapa?" tanya Nindy turun melihat apa yang terjadi pada Bryan
" Kaki gue perih, gue mau cek dulu" ucap Bryan menggulungkan celananya
" Bryan kaki Lo luka, Lo masih bisa bawa motor GK?" tanya Nindy yang cemas melihat luka di pergelangan kaki Bryan lumayan besar
" Aadduuhhhh kaki gue sakit banget kayaknya patah deh" ucap bryan yang berpura pura kesakitan
" Ya ampuunnnn gimana dong, kita kerumah sakit ya" ucap Nindy lalu langsung memapah Bryan, Bryan hanya senyum senyum sendiri melihat kekhawatiran Nindy
"Gue gak apa apa, kita pulang aja" ujar Bryan
" Kita pulang naik taksi aja, biar nanti motornya Reno yang ambil" lanjut Bryan
" Gue aja yang bawa gue bisa kok" ucap Nindy membuat Bryan tidak yakin
Nindy membantu Bryan naik ke motor lalu dia duduk di depan mengendarai motor, sepanjang jalan Bryan mencuri kesempatan memeluk Nindy dan menyandarkan kepalanya di bahu Nindy. sebenarnya Nindy merasa risih tapi mengingat Bryan kesakitan Nindy terpaksa membiarkan Bryan
" Bryan bangun dong berat nih pundak gue" ucap Nindy
Bryan lalu mengangkat kepalanya tapi masih memeluk Nindy, Bryan memiliki ide untuk menjahili Nindy
" Nin... Nindy" panggil Bryan tapi Nindy masih tidak menoleh
" Nin kaki gue sakit" membuat Nindy langsung menoleh
tiba tiba Bryan mencium pipi Nindy
ccuupp
Nindy terkejut sampai motor yang mereka kendarai sempat oleng lalu menghentikan motornya
" Bryaaaaannn, bahaya tau" ucap Nindy marah
" Sorry" ucap Bryan nyengir kuda menggaruk tengkuknya
Nindy melanjutkan perjalanannya
sesampainya di rumah Nindy memapah Bryan masuk rumah, di kamar bryan mengurut kakinya
Sementara Nindy membawa p3k dan air hangat untuk mengobati luka Bryan
Nindy masih diam sepertinya dia marah karena bryan menciumnya
"Nin jangan manyun terus dong, gue jadi pengen cium" goda Bryan
Nindy yang geram mendengar Bryan menekan lukanya membuat bryan mengaduh kesakitan, meskipun masih diam Nindy membungkus luka Bryan dengan kasa lalu Nindy meninggalkan Bryan sendiri. lama setelah Nindy keluar Bryan merasa jenuh dia memanggil Nindy tapi Nindy tidak juga kembali
" Nin.. Nindyyy... Nindyyy sini dong" ucap Bryan manja
Nindy yang bosan mendengar Bryan memanggilnya akhirnya menghampiri Bryan, pemuda menyebalkan itu menepuk tempat tidur menyuruh Nindy duduk disampingnya
" Apa sih Bryan " tanya Nindy malas
" Sini dong masa suami sakit ditinggal sendirian" jawab Bryan manja seraya mengusap-usap kasur
" Iihh jijik Lo hahaha" Nindy tertawa terbahak mendengar Bryan berbicara manja
" Nin gue pengen buang air, cepetan nin GK tahan gue GK kuat berdiri kaki gue sakit banget" Bryan mengangkat tangannya kearah Nindy
"GK usah akting ya Lo, gk percaya gue" ujar Nindy yang duduk di kursi belajar
" Suer nin, ya udah gue kencing disini aja entar Lo bersihin" ujar Bryan akan membuka resletingnya
"Bryaaaaannn Lo gila ya, gak malu apa?" ucap Nindy menutupi matanya menghampiri Bryan
"Lo sendiri yang gak percaya, liat nih kaki gue bengkak" ucap Bryan
Nindy melihat kaki Bryan yang memang bengkak
lalu memapahnya ke kamar mandi, belum sempat Nindy keluar Bryan menggenggam tangan Nindy
" GK mau bukain apa pegangin gitu?" goda Bryan
" dasar gilllaaa" teriak Nindy seraya membanting pintu, Bryan tentu saja dia sedang tertawa terbahak bahak
" Nin udah nih" teriak Bryan
Nindy menghampiri Bryan dengan malas
lalu membawa Bryan ke tempat tidur, tangan Nindy meraih selimut dan bantal dari lemari hendak tidur di sofa. ketika hendak membaringkan tubuhnya di sofa tiba tiba Bryan memanggilnya
" Nin, tidur disini gue kayaknya meriang deh" ucap Bryan
"Bryan please deh gue ngantuk jangan ngerjain gue Mulu" ujar Nindy yang kesal membelakangi Bryan lalu menutup wajahnya dengan bantal
Nindy sudah terlelap tapi karena rasa haus yang teramat sangat akhirnya ia bangun hendak mengambil air ke dapur, saat Nindy baru saja kembali dari dapur terdengar Bryan bergumam tidak jelas karena penasaran Nindy menghampirinya seraya menaruh lengannya di kening Bryan
Pelan pelan Nindy mengguncang bahu Bryan tapi Bryan tak kunjung bangun, Nindy kemudian bergegas mengambil air hangat untuk mengompres Bryan karena terlalu mengantuk Nindy tertidur di samping Bryan dengan posisi terduduk
Pagi hari Bryan membuka mata menatap Nindy yang masih duduk di ranjang di sampingnya masih memejamkan matanya, Bryan memeluk kaki Nindy dan kepalanya diletakkan di pangkuan Nindy
" Ya ampun Bryan gue kaget" ucap Nindy
" Udah gini aja ya nin biar gue agak baikan" ucap Bryan
" Lo modusin gue ya?" Nindy curiga
"Gak nin gue kalo sakit sama bunda suka gini di belai belai biar enakan" ucap Bryan seraya menuntun tangan Nindy agar mengelus kepalanya
" Summpaahh demi apa gue kira Lo tuh cool ternyata anak mama" ucap Nindy dengan gelak tawa
Bryan hanya diam saja memejamkan matanya di pangkuan Nindy padahal itu hanya akal akalan Bryan saja agar menempel pada Nindy, lama Nindy masih mengelus kepala Bryan
tanpa Nindy sadari senyumnya terukir indah di wajah manisnya entah apa yang dia pikirkan dia lalu menggelengkan kepalanya
" Bryan Lo makan dulu ya?" ucap Nindy membuat Bryan menengadah
" Gak mau" singkat bryan
" Lo harus minum obat abis itu entar siang kita ke dokter" ucap Nindy lagi
" Cium dulu" ujar Bryan memajukan wajahnya
" Sumpah Lo nyebelin banget" ujar Nindy hendak bangkit dari duduknya
"Ya udah gue GK mau makan biar nanti bunda marah sama Lo" ancam Bryan
Mau tidak mau Nindy dengan ragu mencium pipinya, ketika Nindy akan mencium pipi Bryan
dengan sengaja mengubah posisi wajahnya menghadap Nindy dan akhirnya ciuman Nindy mendarat di bibir Bryan
cuupp
Membuat mata Nindy melebar sempurna, Nindy spontan memukul pipi Bryan
"Aww..." Bryan memegangi pipinya yang terasa perih
" Gu..gu gue bikinin Lo bubur dulu atau Lo mau beli aja?" ucap Nindy tergagap
" Di bikinin istri pasti lebih enak" ucap Bryan membuat pipi Nindy bersemu merah
Nindy langsung memalingkan wajahnya berusaha menyembunyikan wajahnya yang kini kemerahan
dengan langkah cepat Nindy keluar kamar nutup pintu lalu memegang kedua pipinya
" Huuuhhhhh kenapa jadi panas dingin gini" ucapnya masih memegang pipi kini mejamkan mata lalu menggeleng geleng dengan senyun yang mengembang
Kini Nindy sedang memasak bubur untuk Bryan
dia juga sudah izin sekolah untuknya dan Bryan pada Wina dan Dara, Nindy sudah menyiapkan bubur untuk Bryan dan membawanya ke kamar
sebelum masuk dia menghela nafas panjang mengumpulkan keberaniannya
" Ini Bryan makan dulu" ucap Nindy menyodorkan mangkuknya
" Suapin nin" ucap Bryan
"Bryan yang sakit itu kaki bukaan tangan Lo" ucap Nindy
"Gue lemes nin" ucap Bryan membuat Nindy mau tidak mau melakukan
Di sekolah Meira yang mengetahui bryan tidak masuk merasa aneh karena Nindy juga sama tidak masuk sekolah, waktu istirahat tiba Meira menanyakan Nindy pada Wina dan Dara
" Eehh si Nindy kenapa GK sekolah" tanya Meira yang menghampiri Wina dan Dara
" Nindy sakit" jawab Wina
" Terus kenapa Bryan izin bilangnya sama kalian berdua? Kok bisa?" ucap Meira
" Ya mana gue tau kan nin....." ucapan Wina terpotong karena Dara membekap mulutnya
" Tanya aja sama Bryan sendiri" ucap Dara lalu mengajak Wina pergi
" Tadi Wina mau ngomong apa ya ? pasti ada sesuatu yang mereka sembunyikan" gumam Meira
karena penasaran kini Meira menghubungi Bryan via video call, Bryan malas mengangkatnya tapi di biarkan juga berisik akhirnya dia menjawabnya
Meira
..." Hai Bryan Lo sakit apa?"...
Bryan
..." Gue jatuh dari motor"...
Meira
..." Astaga kasihan banget entar pulang sekolah jenguk kerumah Lo ya"...
Bryan
..."Gk usah deh, makasih"...
" Bryan mandi dulu sana" ucap Nindy yang baru saja keluar kamar mandi
" Iya sayang" jawab Bryan lalu mematikan sambungan videonya membuat Nindy mengerutkan keningnya
" Barusan Lo telponan sama siapa?" tanya Nindy
" Meira" singkat Bryan
" Dia denger dong gue ngomong" ucap Nindy takut Meira mengetahui hubungan mereka
" Biarin aja, biar dia tau biar gk gangguin gue lagi" ucap Bryan
" Kita masih sekolah gue gak mau mereka tau hubungan kita" ucap Nindy
" Iya iya, bantuin gue mandi" ucap Bryan
" Gue anterin sampai kamar mandi aja ya Lo mandi sendiri" ujar Nindy takut Bryan minta macam macam
" Iya iya" jawab Bryan
Di sekolah Meira bertanya tanya siapa yang sedang bersama Bryan, dia seperti mengenal suara wanita tadi
tapi kenapa mereka bisa satu rumah
"Apa benar itu suara Nindy?" gumam Meira
Nindy membawa Bryan ke dokter
ternyata Bryan demam karena kakinya yang terkilir
untung saja cepat ditangani karena lukanya bisa di bilang cukup serius, Nindy dan Bryan sudah pulang dengan taksi dan ternyata di depan rumah sudah ada bunda yang menunggu kepulangan mereka
" Bunda kesini kok gk bilang, lama ya nunggu kita" ucap Nindy setelah menyalami ibu mertuanya
"Gak kok sayang bunda baru datang, bunda mendapatkan kabar dari sekolah katanya Bryan sakit" ucap bunda
Setelah membawa Bryan untuk beristirahat Nindy pergi menuju dapur untuk memasak, ia akan membuat beberapa hidangan untuk menyambut sang mertua
" Wah sayang enak sekali masakan kamu" puji bunda
" Terimakasih bunda pujiannya, Nindy masih belajar"
" Belajar saja sudah seenak ini apalagi kalau sudah pintar ya" ucap bunda
" Aah bunda bisa aja" Nindy tersipu malu
Nindy selesai mencuci piring lalu menghampiri ibu mertuanya di ruang tamu, mereka berbincang tidak ada kecanggungan karena Nindy mudah untuk berbaur dan bunda juga orang yang ramah
"Maaf ya Bryan sakit nyusahin kamu" ucap bunda
"Eehh enggak kok Bun, kan sudah kewajiban Nindy sebagai istri" jawab Nindy
"GK salah bunda jodohin Bryan sama kamu sayang, istri yang baik jago masak lagi" puji bunda
" Bunda bisa aja Nindy jadi malu" ucapan Nindy membuat bunda tertawa
"Oohh iya Bun emang kalo kak Bryan sakit suka tidur di pangkuan bunda ya?" tanya nindy membuat bunda semakin tertawa
" Kamu di kerjain Bryan sayang" jawab bunda di sela tawanya
" Gitu ya Bun" jawab Nindy pelan
" Mungkin dia pengen manja manjaan sama kamu" ucapan bunda membuat pipi Nindy memerah karena malu
" Gak apa apa kan dia suami kamu, tapi Bryan belum menyentuh kamu kan?"pertanyaan ibu mertuanya masih terdengar ambigu
" Emhh maksud bunda" tanya Nindy
" Gini sayang dengerin bunda ya, bunda nyuruh Bryan jangan dulu sentuh kamu sebelum kamu keluar SMA karena kalo sampai kamu hamil kan pemikiran teman teman dan orang lain tentang kamu pasti berbeda apa lagi kamu sekolah masih ada satu tahun lagi kan?" ujar bunda
" Bener juga ya" gumam Nindy pelan tapi masih di dengar bunda
" Apa Bryan meminta haknya?" tanya bunda pada Nindy yang sedang melamun membuatnya menjawab sekenanya
" Gak dia cuma suka maksa suruh peluk sama cium" ucap Nindy tanpa sadar dengan tatapan kosong sedang memikirkan bagaimana jika Bryan meminta haknya dan dia hamil
membuat bunda menggeleng
"GK apa apa masih wajar, atau kalau Bryan mau harus pake pengaman ya" ucapan bunda membuat Nindy terkesiap
" Eehh maa.. maaf bunda maksud Nindy.." ucapan Nindy dipotong bunda
"Ya sudah GK apa apa yang penting inget kata bunda, bunda mau pulang dulu yaaa" bunda pamit pulang
"Iya Bun hati hati" ucap Nindy menyalaminya
" Ehhemmmm.... ngobrolin apa sama bunda" ucap Bryan membuat Nindy terkejut melompat
" Apa sih Lo ngagetin aja" Nindy memarahi Bryan
" Bunda bilang bolehkan? asal pake pengaman" goda Bryan
" Gak ya Bryan gak mauuuuuu" teriak Nindy sambil berlari
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Vanessa MPC
plisss
aku yg gak pernah baca novel, seketika jadi suka sama novel karena ini pisssss
2022-07-10
2
Adeva E Mida
seru thor...
2021-09-08
2