satu bulan kemudian
lusa kelulusan dan kenaikan kelas Bryan dan Nindy
tapi bryan masih menyuruh Nindy untuk belajar
karena nilai ujian Nindy tidak begitu bagus
saat nindy sedang fokus mengerjakan soal yang di berikan bryan
handphone Bryan berbunyi membuat Nindy melirik sekilas pada handphone Bryan
untuk melihat siapa yang menelpon
Bryan menjawab telpon dan Nindy berusaha menguping
*Bryan
" halo kenapa?"
" hah Lo dimana tunggu bentar gue jemput*"
" siapa bryan?" tanya Nindy
" gue ada urusan bentar nin" jawab Bryan bergegas membawa jaket dan kunci mobil
Nindy terus mengekor Bryan memegang kaosnya dari belakang
" gue ikut ya" ucap Nindy
" Lo tunggu belajar aja jangan mikirin yang lain. lain dulu" ucap Bryan
" tapi Lo belom jawab pertanyaan gue" ucap Nindy tapi bryan sudah pergi tidak menghiraukan Nindy
Nindy kesal Bryan mengacuhkannya
konsentrasinya buyar karena memikirkan siapa yang menelpon Bryan sampai sampai dia sepanik itu
Nindy tidak semangat belajar entah salah atau benar semua jawabannya dia memilih tidur
Nindy sedang terlelap tidur lalu terbangun karena rasa hausnya
mengambil segelas air di meja samping tempat tidur dia melihat jam sudah pukul 2 malam tapi Bryan belum juga kembali
" bentar bentar taunya udah mau subuh belom pulang" gerutu Nindy seraya menelpon Bryan karena khawatir
ttuutt ttuutt ttuutt
"halo, Bryan Lo dimana?" tanya Nindy
" iya halo, Bryan lagi ke kamar mandi" ucap seorang wanita
Nindy tau betul itu suara Maria Nindy mematikan teleponnya
tidak terasa air mata mengalir di pipinya dia mengusapnya kasar
ternyata Bryan tidak berubah dia masih saja berhubungan dengan Maria
Nindy tidak bisa tertidur kembali sampai subuh tiba
dia mandi, menunaikan shalat subuh lalu masak sarapan hanya untuknya
tepat pukul enam pagi Bryan pulang
Bryan masuk memeluk Nindy dari belakang yang sedang mencuci piring
" lepasin gue mau berangkat sekolah masih ada kerjaan di sekolah" ucap Nindy menepis kasar tangan Bryan
" kok gitu sih? Lo marah?" tanya bryan
" kalo Lo punya otak harusnya Lo tau" jawab Nindy lalu pergi menenteng tasnya
" nin berangkat bareng gue, gue takut Lo kenapa kenapa" teriak Bryan yang melihat Nindy telah pergi dengan motornya
" Nindy kenapa sih, padahal gue baru mau cerita... apa karena semalam gue GK pulang ya" gumam bryan
Nindy ke sekolah karena ada sesuatu yang harus di kerjakan
Nindy dan teman temannya ikut berpartisipasi dalam acara tersebut
saat pulang sekolah Nindy sedang mengobrol dengan Hendrico karena dara dan Wina sudah pulang
Bryan yang baru saja tiba di parkiran melihat Nindy sedang berbicara santai bryan pun menghampiri mereka
" Lo macem macem sama Nindy gue bikin perhitungan" ucap Bryan menuuk wajah Hendrico
" santai bro, gue juga udah minta maaf sama Nindy kita sekarang berteman yang ada Lo awas kalo Lo sampe nyakitin Nindy" ucap Hendrico
" gue bukan tipe cowok buaya" ucap Bryan menuntun tangan Nindy tapi dia menepisnya
" ayo kak katanya mau ke toko buku, gue juga mau cari komik" ucap nindy
belum Nindy melangkah Bryan menarik tangannya
membawanya ke mobil dan segera melajukan mobilnya dengan kencang
tiba di sebuah tempat yang sepi Bryan menghentikan mobilnya
" Lo kenapa sih ngehindarin gue Mulu? Lo marah kemarin gue gak pulang?? asal Lo tau ya gue...." ucapan Bryan terpotong oleh Nindy
" gue.. gue apa? gue tidur di rumah Maria iya gitu? apa pantes seorang lelaki beristri nginep di rumah wanita lain apa pantes haaahhh? abis ngapain Lo malem malem di rumah mantan Lo? lagi nostalgia iya?" ucap nindy yang tidak ada jeda
setelah meluapkan isi hatinya Nindy menangis sesenggukan
Bryan yang bingung harus apa hanya memijat pelipisnya
Ternyata sulit memahami wanita
Bryan membawa Nindy kepelukannya tapi Nindy melepaskan diri dari Bryan
mengusap kasar air matanya
" kalo Lo masih suka sama Maria gue mau Lo tinggalin gue" ucap Nindy
" gak bisa gitu dong nin kita baru nikah beberapa bulan apa nanti kata orang tua kita?" ucap Bryan
" oohh... jadi Lo cuma takut terlihat gak baik di hadapan orang tua kita? apa bedanya Bryan sekarang atau nanti sama aja gue gak mau nambah luka lagi" ucap Nindy lalu turun dari mobil berlari meninggalkan Bryan
Bryan yang merasa kesal memukul keras kemudi
Nindy pulang dengan lesu merebahkan tubuhnya di ranjang memejamkan matanya
tak terasa air matanya mengalir dia tidak tahu kedepannya akan seperti apa nasibnya
bagaimana bisa dia menjadi janda saat dia masih sekolah
lama Nindy meratapi semua tentang hidupnya dia lalu bangun mandi dan mencari charger handphone yang ketinggalan di apartemen Bryan
karena charger Bryan juga di bawa akhirnya Nindy memutuskan untuk mengambilnya
Nindy lalu menelpon bunda menanyakan Bryan tapi tidak ada di rumah
sudah di pastikan Bryan ada di apartemen
di apartemen Bryan sedang berbaring menunggu Nindy menghubunginya
terdengar suara pintu di ketuk membuatnya segera bangun dan membuka pintu
dia berharap itu Nindy maka dari itu dia bergegas membukanya
" nin....." ucap Bryan tidak meneruskan ucapannya
" hai Bryan, udah lama ya gue gak main kesini" ucap Maria seraya masuk melewati Bryan tanpa di persilahkan masuk
Maria membaringkan tubuhnya di ranjang Bryan
Bryan sudah menyuruhnya pulang tapi Maria tidak menghiraukannya
Bryan menarik tangan Maria agar bangun tapi Maria tidak mau terjadi saling tarik menarik yang menyebabkan Bryan terjatuh di atas maria
saat Bryan mengungkung Maria tiba tiba Nindy datang melihat Bryan Nindy memikirkan yang bukan bukan
" hai nin, Lo juga disini?" ucap Maria seraya berpura pura merapikan rambutnya
" gue cuma mau ngambil charger" ucap Nindy seraya mengambilnya di nakas lalu beranjak pergi
Bryan mengejarnya menahan tangan Nindy agar tidak pergi
" please nin dengerin gue dulu " ucap Bryan
" gak ada yang perlu di jelasin, gue mau pulang" ucap Nindy menepis tangannya Bryan tapi Bryan memeluknya dari belakang
" Bryan biarin aja kalo dia mau pergi kan ada gue yang nemenin Lo" ucap Maria
" Lo diem, yang harusnya pergi itu Lo" ucap Bryan dengan nada tinggi
Bryan masih berusaha memeluk Nindy yang berontak ingin di lepaskan
Maria yang di bentak Bryan pulang dengan kesal berjalan menghentak hentakan kakinya lalu membanting pintu
bryan memeluk Nindy yang sedang menangis
" lepasin gue Bryan, gue mau pulang" ucap Nindy setengah teriak
" gak usah pulang nin ini juga rumah Lo, Lo bisa tidur disini" ucap Bryan masih memeluk nindy dari belakang
" gue gak Sudi tidur di kamar yang sama sama pacar Lo itu, gue muak gue benci sama kalian, gue mau pisah aja Bryan biar Lo bebas gak usah sembunyi sembunyi lagi " ucap Nindy
Bryan membalikkan tubuh Nindy memeluknya erat seakan tidak mau Nindy meninggalkannya
Nindy mendorong Bryan hingga terjatuh lalu memukuli Bryan
sambil berteriak pada Bryan
" dasar brengsek, semua cowok sama aja kalian cuma mau mainin perasaan cewek kalian gak punya otak gak punya perasaan Lo sama aja kayak bokap gue, gue benci kaliaaann....... aaarrrggghhhhh" teriak Nindy seraya memukuli Bryan
Bryan tidak melawan dia membiarkan Nindy puas memukulinya
setelah Nindy tenang dia terduduk bersandar pada tembok dengan keadaan kacau
Bryan bangun menghampiri Nindy memeluknya kini Nindy hanya diam di peluk Bryan masih menangis sesenggukan
Bryan menangangkup wajah Nindy dengan kedua tangannya
mengusap air matanya dengan ibu jari
" Nindy lihat gue, semua gak seperti yang Lo pikir, kemarin gue mau cerita tapi Lo udah pergi dengan amarah hari ini juga sama Lo belum dengerin penjelasan gue dan Lo gak bisa tahan amarah Lo" ucap bryan
Nindy hanya diam masih sesegukan tapi sudah tidak menangis seperti tadi
Bryan memeluk Nindy mencium keningnya sesaat mereka masih dalam posisi Bryan memeluk nindy dan Nindy menyandarkan kepalanya di dada Bryan
" gue mau cerita apa Lo mau denger?" tanya Bryan lalu membawa Nindy duduk di ranjang
" kening Lo berdarah" ucap Nindy lalu mengambil p3k di dapur
"marah aja masih perhatian" gumam Bryan tersenyum senang karena nindy masih perhatian padanya
Nindy mengobati luka Bryan, Bryan terus menatapnya membuat Nindy salah tingkah
ketika Nindy mengambil plester lalu berbalik pada Bryan
tiba tiba Bryan mencium bibir Nindy
Nindy yang masih marah mengelap bibirnya yang di cium Bryan membuat Bryan ternganga tak percaya
" oohhh jadi sekarang jijik ya di cium suami ?" tanya Bryan membuat Nindy memasang wajah jutek
" Lo diem deh, luka Lo udah gue obatin sekarang gue mau balik" ucap Nindy lalu berbalik akan pergi tapi Bryan menarik tangan Nindy
membuat Nindy terjatuh di pangkuan Bryan
Bryan memeluknya Nindy berontak lagi tidak mau di peluk Bryan tapi Bryan memeluknya erat menciumi tengkuk Nindy
" Bryan lepasin gak, Lo gak puas apa sama Maria" ucap Nindy
" gue gk ngapa ngapain nin, percaya sama gue, gue cuma ngelakuin itu sama Lo" ucap Bryan dengan nafas berat seperti menahan sesuatu
"Lo ngomong apa sih, Awas gak gue mau pulang" ucap Nindy menggoyang goyangkan tubuh ingin melepaskan diri dari Bryan
" jangan banyak gerak nin gue gak tahan" ucap bryan kembali menciumi Nindy
" bryan jangan gini dong gue takut" ucap Nindy dengan wajah panik
Bryan mendorong Nindy hingga jatuh terlentang
Bryan menindih lalu mencium Nindy dengan kasar membuat Nindy menangis ketakutan
Bryan sadar dengan kelakuannya akhirnya meminta maaf lalu bangun pergi ke kamar mandi
sekian lama Bryan di kamar mandi
Bryan keluar kamar mandi melihat Nindy sudah tertidur dengan mata sembab rambut acak acakan
Bryan mencium setiap inci wajah Nindy lalu berbaring memeluk Nindy
keesokan harinya Nindy bangun memegangi kepalanya yang terasa berat
Bryan yang merasa terganggu dengan pergerakan Nindy bangun
Nindy berlari ke kamar mandi Bryan pun menyusulnya
uuooeek uooeekk
" nin Lo kenapa? " ucap Bryan seraya menggedor pintu, Nindy keluar dengan memegang perut dan kepalanya
" gue gak apa apa, awas minggir" ucap Nindy mendorong Bryan
" maafin gue nin, Lo kan belum denger penjelasan gue" ucap Bryan akan memeluk nindy
" gak usah Deket Deket sana Lo bau'' ucap nindy seraya menutup hidungnya
Bryan mengendus ketiaknya dia merasa dirinya tidak bau
lalu berusaha mendekati Nindy lagi tapi Nindy malah mual dan berlari ke kamar mandi
Bryan mengerutkan keningnya dia tidak mengerti sakit apa Nindy sampai tidak mau dekat dengan bryan
Nindy berbaring di ranjang memijat keningnya
" makan dulu nin" ucap Bryan akan menyuapi Nindy
" gue mual gak mau makan" ucap Nindy menutup mulutnya
" Lo masuk angin ya" ucap Bryan
" mungkin, dari kemarin gue gak makan" ucap Nindy dengan wajah juteknya
" suruh siapa gak makan " gumam Bryan yang masih di dengar Nindy
" Lo bilang apa? gue gini gara gara Lo" ucap Nindy menjewer telinga bryan
"iya iya ampun nin, gue minta maaf" ucap Bryan lalu Nindy melepaskan telinga bryan
" yaudah sekarang ceritain yang semalem sama tadi" ucap Nindy dengan wajah garang
" semalem Maria nelpon gue katanya mobilnya mogok dia juga demam sedangkan di rumahnya gak ada siapa siapa makanya gue jagain dia kasian, kalo yang tadi nih Lo bisa liat sendiri di rekaman cctv" ucap bryaan menyodorkan laptopnya
mata Nindy membulat tidak percaya bryan memasang cctv di di kamarnya
dia merasa malu sendiri pasalnya setiap yang mereka lakukan pasti terekam cctv
" Lo pasang cctv? berarti waktu kita...." ucapan. Nindy tergantung menutup mulutnya yang menganga menatap Bryan yang berusaha menahan senyumnya
" iya, apa Lo mau liat video kita" ucap Bryan seakan tau maksud Nindy
" summpaahh gue malu banget" ucap Nindy menutup wajahnya dengan bantal
" gak usah malu itu buat kenang kenangan aja, lumayan kan kalo iseng bisa di puter" ucap Bryan yang mendapat lemparan bantal ke wajahnya
" awwwww kepala gue" ucap Bryan meringis kesakitan
" eehh sorry Bryan, mana sini biar gue liat" ucap Nindy, saat Nindy memegang kening Bryan Nindy tiba tiba merasa mual dan muntah di baju Bryan
" nindyyyyyyy Lo jorok banget sih" ucap Bryan pada Nindy yang sudah berlari ke kamar mandi
bryan kesal karena Nindy muntah di bajunya
dia mandi dan mengganti bajunya
Bryan masih membujuk Nindy agar mau makan
dari kejauhan pastinya karena Nindy akan muntah jika di dekat Bryan
" nin Lo sakit apa sih? masa jadi jijik sama gue heran deh" ucap bryan
" gue gak tau" singkat Nindy dengan wajah juteknya
Bryan menghela nafas panjang
dia bingung dengan Nindy yang seperti itu padanya
Bryan membawa Nindy ke rumah sakit karena Nindy terus menerus muntah
di mobil Bryan semakin kesal karena Nindy duduk di belakang
" nin Lo masih marah sama gue?" tanya bryan
" gak tau" ucap Nindy masih dengan wajah yang tidak bersahabat
" kalo Lo marah sama orang emang jadi mual gitu ya kalo Deket? " tanya bryan lagi
" Lo gak usah banyak nanya Bryan Lo mau gue muntah di sini?" ucap Nindy dengan satu tarikan nafas
" ni orang kenapa sih marah marah Mulu gak takut darting kali ya" gumam Bryan
" Lo ngomongin gue ya?" ucap Nindy penuh selidik
" PD banget sih? " jawab Bryan
sesampainya di rumah sakit
dokter sedang memeriksa Nindy menanyakan kapan terakhir datang bulan
dan untuk memastikan sebaiknya Nindy di bawa ke dokter kandungan
lalu Bryan dan Nindy menunggu antrian
semua menatap mereka bahkan ada yang saling berbisik
" kayaknya masih muda banget ya" ucap salah satu ibu2
"jangan jangan hamidun" ucap yang lain
Nindy yang melihat mendelikan matanya
giliran Nindy di periksa dokter sekarang dokter menaruh alat USG ke perut Nindy
Nindy dan Bryan saling pandang lalu Bryan mengangkat bahunya
" saya sakit apa dok?" ujar Nindy
" kamu tidak sakit, kamu hamil lihat lah ini anak kamu" ucap dokter membuat Nindy kaget begitu pula Bryan
" gak mungkin" gumam Nindy yang di dengar dokter
" apanya yang tidak mungkin, apa kalian masih sekolah?" Nindy mengangguk menanggapi ucapan dokter
Bryan hanya terdiam masih mencerna semuanya
perbuatannya hanya sekali tapi sudah membuahkan hasil
dokter yang melihat mereka melamun pura pura terbatuk
" kenapa kalian melakukan itu? kaliankan masih sekolah apa kalian tidak memikirkan masa depan kalian? " ucap dokter membuat lamunan mereka buyar
" kami sudah menikah dok" penuturan Bryan membuat dokter terkejut
Bryan menceritakan semuanya akhirnya dokter mengerti
dokter memberikan vitamin pada Nindy
di dalam mobil Nindy terus saja menyalahkan Bryan
membuat Bryan pusing dengan Omelan Nindy
" ini semua gara gara Lo coba kalo Lo nurut sama omongan bunda" ocehan Nindy sepanjang jalan
" Lo juga nikmatinkan? ya lagian mana gue tau sekali langsung jadi" ucapan bryan membuat Nindy mati kutu
Nindy memalingkan wajahnya menahan senyum
dia membenarkan ucapan Bryan
Bryan melihat Nindy dari pantulan cermin yang terkekeh
" jangan senyum senyum gue tau secara tidak langsung Lo mengekui kehebatan gue kan" ucap Bryan membanggakan diri
Nindy melirik memukul lengan Bryan
membuat Bryan tertawa berhasil menggoda Nindy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments