Sudah lama Nindy menunggu jam hampir menunjukkan pukul 9 malam
Nindy menghubungi Bryan tapi tak kunjung di jawab
Nindy menunggu sebentar lagi
" Sampai jam 9 kalo dia gak muncul juga gue bakal pulang" batin Nindy
Dari kejauhan Meira dan gengnya melihat Nindy yang terlihat sedang menunggu seseorang
mereka merencanakan sesuatu lalu keluar
ketika Nindy ke toilet ada yang menguncinya di dalam
" hey buka siapa di luar" teriak Nindy
Tiba tiba dari atas ada kotak yang melayang mengenai wajah Nindy
membuat isinya tumpah di baju Nindy
betapa terkejutnya dia saat melihat isi kotak itu adalah katak
" aakkkhh tolong tolong" teriak Nindy melompat membuatnya jatuh dan kepalanya terbentuk kloset
meira dan gengnya bertos ria lalu pergi membiarkan Nindy yang meraung meminta tolong
saat Meira dan gengnya mengunci toilet luar ada seseorang yang melihatnya
" woy ngapain Lo" membuat Meira lari
dia merasa ada yang tidak beres Karena mereka lari saat di tegur
lalu dia membuka dan melihat kedalam tapi tidak ada seorang pun
" hallo ada orang di dalam" ucapnya
" to..tolong" suara lirih Nindy dari kamar mandi
" Lo kenapa? Lo baik baik aja kan?" ucapnya
" buka tolong" ucap Nindy
"Awas Lo jauh jauh dari pintu" ucapnya dan langsung mendobrak pintu
betapa terkejutnya dia melihat Nindy keningnya mengeluarkan darah dan terduduk memegangi kloset hendak berdiri
sepertinya tubuhnya lemas sampai tak mampu berdiri
" Nindy Lo gak apa apa?" ucapnya memapah Nindy
" kak leo, gue pusing kak" ucap Nindy
" gue bawa kedokter ya" ucap leo
Leo membawa Nindy ke dokter langganan nindy
saat Leo membawa Nindy berbaring dia menyadari sesuatu
Leo di suruh keluar oleh dokter dan menunggu di luar
'' kok dokter kandungan sih? " pertanyaan Leo dalam hati
setelah dokter keluar Leo menghampiri Nindy
" Lo gak apa apa?" tanya Leo
" gak kak makasih ya" ucap Nindy seraya tersenyum
" Lo kok milih dokter kandungan sih?" tanya Leo
" oohh itu.. an.. anu apa, karena sudah langganan aja kali gue cocoknya kesini" ucap Nindy
"ohh... ngomong ngomong Lo kenapa bisa kekunci di kamar mandi'' tanya Leo
" Gak tau tiba tiba pintunya di kunci terus ada yang lempar kotak isinya katak" ucap Nindy
" tadi gue liat tiga orang cewek ngunci toilet luar pas gue tegur malah lari" ucap Leo
" meira" gumam Nindy mengepalkan tangannya
di rumah sakit lain Bryan sedang menatap Maria yang terbaring dengan luka di kepalanya yang sudah di jahit
Bryan menunggu orang tua Maria datang sebelum dia pergi
setelah orang tua Maria datang Bryan pergi ke tempat mereka janjian
tapi Nindy sudah tidak ada disana
lalu Bryan memutuskan pulang ke apartemen
saat tiba di apartemen Bryan terkejut melihat kening Nindy juga di perban
Bryan ikut berbaring di samping Nindy mengecup sekilas bibirnya lalu perutnya
Nindy menggeliat mengucek matanya samar samar dia melihat bayangan seseorang
jelas siapa yang ada di hadapannya Nindy pun membalikan badan memunggunginya
dengan mata yang mulai mengembun Nindy mengusap lelehan bening itu
Bryan tau Nindy menangis karena dirinya lalu Bryan memeluknya dari belakang menopang kan dagunya di bahu Nindy
" kenapa keningmu sampai terluka?" tanya Bryan
" bukan urusamu" ucap Nindy ketus
" hey maaf aku tak bermaksud mengingkari janji" ucap Bryan seraya mengelus perut Nindy
" jangan sentuh anakku" ucap Nindy seraya menepisnya kasar
" kamu menggemaskan" ucap Bryan menciumi pipi dan leher Nindy dengan gemas
Nindy berusaha menjauhkan tubuh Bryan darinya tapi Bryan lebih kuat dari pada Nindy
Nindy yang sudah sangat kesal tersulut emosi menampar Bryan
plaakk
Bryan termenung memegangi pipinya dia tak menyangka sekarang Nindy sekasar itu
Bryan membalikkan tubuh Nindy dan menduduki pahanya dengan tangan Nindy yang berada di atas kepalanya
tidak peduli pada Nindy yang berontak Bryan menciumi wajah dan leher Nindy
Nindy menendang nendangkan kakinya tapi tak berpengaruh apa pun
"Aaawww pe... peeperut aku aakkhh" pekik Nindy mencengkram bantal karena tangannya masih di tahan Bryan di atas kepalanya
Bryan panik melihat Nindy kesakitan dia turun dan memeluk bahu Nindy
dengan satu tangan menepuk nepuk pipi Nindy pelan
" hey maaf sayang, mana yang sakit mana?" tanya Bryan
" perut aakkhh sakit banget" ucap Nindy
"sebentar aku ambilin air hangat dulu" ucap Bryan
Bryan membawa air hangat dan handuk kecil saat hendak mengompres perut Nindy
Nindy merampasnya dan mengompresnya sendiri
setelah Nindy merasa lebih baik Bryan duduk di samping Nindy dan meletakkan kepalanya di bahu Nindy
" awas berat" ucap Nindy mendorong kepala Bryan
" mau sampai kapan kamu begini? kenapa kamu tidak pernah bertanya ada apa? kenapa? atau yang lainnya sebelum kamu marah marah" ucap Bryan dan Nindy hanya terdiam
"aku mau cerita apa kamu mau dengar?" tanya Bryan tidak ada jawaban dari Nindy
" sebenarnya tadi aku mau berangkat ke cafe tapi aku beli bunga dulu" ucap Bryan terhenti membuat Nindy menengadah menatap Bryan
" terus ada Maria dia mau minta maaf karena kelakuannya membuat kita bertengkar, aku berusaha menghindar tapi tiba tiba ada motor melaju kencang.. kalo gak ada dia aku sekarang yang terbaring di rumah sakit" ucap Bryan membuat Nindy menganga dengan tangan menutup mulutnya
" kalo kamu gak percaya besok kita jenguk ya, aku hutang nyawa sama dia" ucap Bryan lalu Nindy memeluknya dengan rasa bersalah
" maaf " hanya itu yang di ucapkan Nindy
" iya gak apa apa, lain kali kalo ada apa apa tanya dulu" ucap Bryan mencuil hidung Nindy
"abisnya aku kesel kamu di telpon gak di angkat Mulu" ucap Nindy dengan bibir cemberut
cuupp
Bryan mencium bibir Nindy sekilas dengan lembut
pipi Nindy bersemu merah dan menyembunyikan wajahnya di dada Bryan
"aku panik sayang, pasti aku di salahkan kalo gak bantu dia" ucap Bryan
"tapi kamu gak boongkan?" tanya Nindy dengan mata menyipit
" mana ada sayang, sekarang tidur besok sore kita ke rumah sakit " ucap Bryan membaringkan Nindy
" jangan di lepas" ucap Nindy kembali melingkarkan tangan Bryan yang tidur terlentang
" manja banget sih istri aku, jadi gemesh... mmuuaahh mmuuaahh mmuuaahh " ucap Bryan mencubit kedua pipi Nindy lalu mengecup seluruh wajahnya
"jangan tinggalin aku " ucap Nindy seraya menggambar abstrak di dada Bryan
" gak akan pokoknya aku cuma punya kamu dan baby" ucap Bryan membuat pipi Nindy memerah
" selamat tidur sayang, i love you"" ucap Bryan mencium kening Nindy yang mulai memejamkan mata
keesokan harinya di sekolah Nindy menceritakan kejadian kemarin pada sahabatnya
dimana dia di kurung di kamar mandi dan sampai di tolong Leo
" sumpah Nin tuh orang nyebelin banget" ucap Wina
" makanya gue Gedeg banget sama dia" ucap Nindy
" amit amit Lo kan lagi hamil" bisik dara
" iya gue lupa amit amit dah iihhh" ucap Nindy seraya mengusap perutnya
sore hari pulang sekolah Nindy menunggu Bryan di gerbang karena janjian akan ke rumah sakit
Nindy memutar kunci motornya di jari telunjuk
saat suana sudah sepi Nindy benar benar merasa ketakutan sekarang
bayangan dulu dia di lecehkan terngiang lagi di kepalanya
apa lagi satpam tidak ada di pos nya
Nindy melihat orang itu lagi dengan sweater yang sama berjalan menuju ke arahnya
Nindy yang panik tidak bisa berfikir jernih bukannya pergi dengan sepeda motornya dia malah menutup telinganya dan memejamkan matanya
dia berfikiran bahwa dia sedang berhalusinasi dia menggeleng kepalanya
saat ada seseorang yang menepuk bahunya Nindy menjerit sekencang mungkin
" aaakkkkhhhhhh...... jangan gue mohon gue gak punya salah sama Lo, jangan lakuin itu" ucap Nindy dengan tubuh gemetar
" hey Lo kenapa ini gue Leo, Lo takut sama siapa sampe gemeteran gitu?" ucap Leo mengguncang bahu Nindy
mendengar nama Leo Nindy membuka matanya
Nindy benar benar ketakutan hingga gemetarnya belum hilang
Nindy hanya diam saja saat Leo membawa tubuh Nindy kepelukannya
hingga ada sebuah tangan yang menariknya menjauh dari tubuh Leo
" apa apaan nih? udah peluk pelukannya?" tanya Bryan
" Br.. Bryan " ucap Nindy
" Lo jangan salah paham dulu gue tadi liat Nindy sendiri kayak ketakutan gitu makanya gue samperin" tegas Leo
" apa harus sampe peluk peluk segala?" tanya Bryan sinis
"Lo rasain aja nih badan dia yang gemeteran, harusnya Lo bisa lindungin dia... " ucap Leo seraya mendorong pelan tubuh Nindy yang gemetar ke dada Bryan
"kalo Lo gak bisa biar dia buat gue " bisik Leo sebelum pergi mengacak lembut pucuk kepala Nindy dengan tersenyum manis
" brengsek" teriak Bryan mengepalkan tangannya
tapi Leo sudah pergi menjauh
Bryan membalikkan tubuh Nindy menghadapnya
benar saja tubuh Nindy masih gemetar dengan bibir yang pucat
" are you okay?" tanya Bryan menangkup kedua pipi Nindy
" aku takut" hanya itu yang keluar dari mulut Nindy dengan tetesan air mata yang lolos dari mata cantiknya
" ada aku sayang gak ada siapapun yang bisa nyakitin kamu" ucap Bryan memeluk Nindy
" kita mau kemana sekarang? makan atau pulang? " tanya Bryan
" kita kerumah sakit aja, aku mau bilang makasih sama Maria udah nolongin kamu" ucap Nindy
" ya udah ayo sama aku naik mobil" ucap Bryan menuntun lembut lengan Nindy
" kamu ikutin aku aja dari belakang aku bawa motor" ucap Nindy
sempat ada perdebatan di antara mereka karena Bryan melarang Nindy naik motor
tapi Nindy yang keras kepala tidak mau mendengarkan
Nindy tidak mau menunggu saat Bryan ada urusan makanya dia nekat bawa motor sendiri
akhirnya Bryan mengalah dia mengawal Nindy dari belakang
Nindy membawa parcel buah sebagai buah tangan untuk Maria
sesampainya di rumah sakit Nindy dan Bryan masuk di sambut senyum manis dari Maria
" sayang kamu kemana aja? aku nunggu kamu dari kemarin gak Dateng Dateng" ucap Maria
deeegggg
Nindy masih tidak mengerti kenapa Maria memanggil Bryan dengan sebutan sayang
begitu juga Bryan dia terkejut dan takut Nindy akan mengamuk
" ini siapa? kamu temennya atau sodaranya Bryan?" tanya Maria lagi pada mereka yang masih bungkam dengan tatapan kosong
" maaf kak a.. ak.. aku" ucap Nindy terpotong tidak tega melanjutkannya melihat keadaan Maria
" dia cewek gue Maria , Lo lupa? " ucap Bryan tidak mau Nindy salah paham lagi padanya
" jangan becanda sayang, bukannya kemarin kamu baru merayakan anniversary sama aku?" ucap Maria
dari belakang orang tua Maria datang menarik pelan lengan Nindy dan bryan menjauh dari Nindy
ibunya mulai bicara tentang keadaan Maria yang sebenarnya
" jadi gitu nak Maria mengalami kehilangan separuh ingatannya, dia terjerat di masa lalunya di saat Maria dan Bryan masih berpacaran" ucap mama Maria
" apa Tante tidak menjelaskannya?" tanya Nindy
" Tante sudah coba untuk menjelaskan tapi Maria selalu sakit kepala hebat saat mendengarnya" jelas mama Maria
Bryan mendekati Maria tapi malah lengannya di peluk oleh Maria
membuat hati Nindy mencelos ada rasa sakit melihat tangan suaminya di peluk wanita lain
tapi dia tidak boleh egois Maria seperti ini karena menolong suaminya
" bagaimana ini?" ucap Bryan nyaris tak terdengar
" hai kak Maria aku sepupunya kak Bryan bisa aku bicara sebentar sama kak Bryan?" ucap Nindy
" boleh kok, ohh ya siapa nama kamu?" tanya Maria
" aku Nindy kak" ucap Nindy menjabat tangan Maria
" kamu gak pernah bilang punya sepupu cewek, tau gitu Kitakan bisa jadi teman curhat ya" ucap Maria
" iya, saya permisi dulu kak" ucap Nindy menarik tangan Bryan ke luar
" kamu kok gak bilang yang jujur aja sih? kalo gini kita ciptain masalah baru" gerutu Bryan
" apa kamu tidak melihat wajah Maria dia begitu bahagia dekat kamu, bantu dia mengingat semuanya, dia gitu karena nolongin kamu" ucap Nindy
" tapi aku gak mau suatu saat kamu sakit hati karena masalah ini" ucap Bryan
" aku akan mencoba mengerti, kamu hanya ada waktu sebentar aja kan sama dia selebihnya waktu kamu cuma buat aku, aku cuma mau bagi waktu tapi tidak dengan hati kamu" ucap Nindy seraya menarik kerah kemeja Bryan dan menggesek hidung mancung mereka
" hati aku hidup aku cuma buat kamu sama Baby kita" ucap Bryan membuat pipi Nindy bersemu merah
Bryan memagut bibir Nindy tidak melihat tempat
Nindy yang kesal memukul dada Bryan tapi tidak dilepaskan juga
akhirnya Nindy menggigit bibir Bryan sampai dia melepaskannya
" aaawww sekarang mulai nakal ya" ucap Bryan seraya meremas sebelah dada Nindy
" kamu gak tau tempat banget deh" ucap Nindy celingukan lalu memukul lengan Bryan
" kamu semakin berisi jadi gak sabar cepat pulang " bisik Bryan membuat Nindy benar benar malu meski tidak ada siapapun
" dasar mesum" ucap Nindy menarik tangan Bryan untuk masuk kembali
" sayang kenapa lama?" tanya Maria
" dia minta di anterin ke toko buku " jawab Bryan
" itu bibir kamu kenapa?" ucap Maria hendak menyentuh bibir Bryan tapi di tangkis Bryan
" oohh ini di gigit semut manis" ucap Bryan seraya menatap Nindy
" semut manis?" tanya Maria dengan kening mengkerut
" akh semut rangrang maksudnya" ucap Bryan
" yaudah gue pamit ya mau nganter Nindy cari buku dulu" ucap Bryan
" kok kesini cuma bentar sih akukan masih kangen" ucap Maria manja
"tapi Nindy butuh buku buat belajar nanti gue bisa dimarahin bunda karena gue di titipin Nindy buat kasih bimbingan buat dia" ucap Bryan
" Nindy tinggal di rumah kamu?" tanya Maria
" iya dia pindahan kesekolah kita" ucap Bryan
" oohh ya udah deh nanti kalo sampe rumah aku video call ya" ucap Maria
tapi Bryan seakan tidak mendengar dia menuntun tangan Nindy pamit pada mama Maria
" Tante kita pamit dulu ya" ucap Bryan
" ohh iya makasih udah mampir, karena ada kamu Maria jadi bisa senyum tadi di murung terus" ucap mama Maria
" sama sama Tan tapi Tante harus bantu jelasin Sama Maria kalo kita udah gak ada hubungan apa apa lagi" ucap Bryan
" apa kamu tidak bisa kembali menerima Maria?" ucap mama Maria membuat hati Nindy teriris
" maaf Tante Nindy ini pacar saya dia wanita satu satunya yang saya cintai" ucap Bryan memeluk bahu Nindy
mama Maria sedikit berubah raut wajahnya terpancar kekecewaan mendengar ucapan Bryan
" ya sudah maafin Tante ya, semoga kalian langgeng.. sampaikan salam Tante buat bunda kamu"" ucap mama maria
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Riri Lala
cerita Lo Lo rumit Thor ah
2024-03-31
0
Fa Rel
pasti pura2
2022-02-24
7