Pagi hari mentari telah menampakkan sinarnya melewati celah jendela kamar bryan
Nindy memunguti pakaiannya yang robek dan membuangnya ketempat sampah
Nindy berjalan tertatih merasakan tubuhnya yang terasa remuk redam
Nindy mandi dan kini telah bersiap ke sekolah dengan seragam lengkap
dia tidak peduli dengan Bryan dan pergi sendiri dengan taksi
saat Bryan bangun. dia mencari Nindy tapi tidak ada dimana pun
" Apa yang gue lakuin, Nindy pasti makin marah" gumam Bryan seraya memijat pelipisnya
Untung saja Bryan masuk kuliah siang jadi bisa tenang
Bryan sudah bersiap ke kampus dia melihat jam di tangannya harusnya Nindy sudah istirahat
berulang kali Bryan menelpon tapi tidak ada jawaban
" Gue mending di omelin dari pada didiemin gini, serasa hidup Ama mayat" batin bryan
Di sekolah Nindy sedang berada di kantin dengan sahabatnya
dia tidak nafsu makan hanya mengucek makanan
Dara dan Wina saling sikut melihat Nindy yang seperti lemas
" Lo kenapa nin?" tanya Dara
"Gak apa apa gue lemes banget" ucap Nindy
" Kalo belum sembuh kenapa masuk Lo kan bisa izin" ucap Wina
" Gue jenuh di rumah liat Bryan, rasanya sakit hati gue kalo liat dia" ucap Nindy
" Kata nyokap gue kalo marahan sama suami gak boleh lebih dari 3 hari" ucap Wina
" Masih ada sehari lagi win" ucap Nindy dengan senyum miring
" Serah Lo deh" ucap Wina
Nindy hendak pulang dan menunggu angkutan umum yang kosong di gerbang sekolah
Damar datang menepuk pelan pundak Nindy membuat nya terkejut
" Gorry gue bikin Lo kaget ya?" tanya Damar
" Iya gak papa" singkat Nindy
" Lo kayak lemas gitu kenapa, sakit?" tanya Damar
" Badan gue kayak remuk gitu rasanya pengen cepet-cepet rebahan" ucap Nindy
" Biar cepet gue anterin pulang ya" ajak Damar
" Gak usah gue jadi ngerepotin Lo" tolak Nindy
" Gak apa apa kita kan teman" ucap Damar
Akhirnya Nindy mau diantar pulang oleh Damar
Saat Damar menuntun tangan Nindy tiba tiba Bryan melepaskan tangan mereka
Bryan menatap Nindy dan Damar dengan geram
" Lo berani ya deketin cewek gue" ucap Bryan
" Harusnya kalo Lo cowoknya Lo bisa jaga dia bukannya terus berdekatan sama cewek lain" ucap Damar menghilang kata 'kak' yang biasa dia panggil untuk kakak kelasnya
" Udah udah stop" ucap Nindy yang melihat Bryan mendorong Damar
" Kurang ajar" ucap Bryan melayangkan bogem mentah ke wajah Damar membuatnya tersungkur
Bryan mengangkat kedua sisi kerah Damar keributan mereka mengundang semua orang di sana
Nindy berusaha melerai tapi Bryan menepisnya kasar
hingga Nindy sempoyongan
" Stop gue bilang stooop" teriak Nindy dengan memegangi perutnya
" Nindy Lo sakit lagi?" tanya Damar hendak menghampiri Nindy tapi Bryan menahannya
" Sayang maafin aku, mana yang sakit" ucap Bryan panik
" Aakkkhh sakit" ucap Nindy seraya mencengkram tangan Bryan dan sebelah tangan lagi menyentuh perutnya
Bryan mengangkat tubuh Nindy ke mobilnya membuat mereka yang ada di sana cengo melebarkan mata mereka
Bryan mengemudi sambil terus melirik Nindy yang meringis kesakitan menggigit bibir bawahnya
Mereka telah sampai di rumah sakit tempat biasa Nindy di rawat
karena awalnya Bryan tidak mau menggunakan dokter pribadi keluarganya karena takut ketahuan Nindy hamil
"Tidak apa apa ini hanya keram perut, lain kali jika terasa lagi kompres dengan air hangat" ucap dokter
" Baik dok terima kasih" ucap Bryan
Setelah membaik Nindy dan Bryan pulang ke rumah Nindy
Bryan melirik Nindy yang hanya menatap ke luar jendela
seolah tidak ingin melihat bryan
"Sayang kapan kamu mau pulang ke apartemen?" tanya Bryan tapi Nindy hanya diam saja
Bryan menghela nafas panjang dia tidak tau cara membujuk wanita
karena biasanya wanita yang selalu mengikuti apa mau Bryan
" Kita sudah sampai sayang , mau aku bantu? " ucap Bryan setelah membukakan pintu mobil
Nindy keluar dan berjalan sendiri menabrak bahu Bryan
Bryan hanya menggeleng gemas dengan tingkah Nindy
setelah menyalami Ibu Desy Bryan menyusul Nindy ke kamar
" Sayang aku harus apa supaya kamu mau maafin aku? " ucap Bryan duduk di belakang Nindy
"Kamu boleh pukul aku tapi jangan diemin aku kayak gini, aku gak sanggup" lanjut Bryan karena Nindy masih diam
"Pergi" singkat Nindy membuat Bryan membuang nafas kasar
"Dengar masalah ini gak akan pernah selesai kalo kita gak bicarain baik baik" ucap Bryan membuat Nindy berbalik
" Sekarang coba jawab, kenapa kamu kasih dia kalung? kenapa kamu tidak bisa menolak saat dia mendekati kamu? kenapa kamu bohong ada urusan padahal kamu jalan sama dia? kenapa?" ucap Nindy berapi api dengan tangisnya
Bryan memejamkan matanya dia menyesali kebodohannya
dia sempat ingin kembali pada Maria membuat hubungannya dan Nindy kacau
" Iya aku salah aku menyesal, aku memang bodoh tidak memikirkannya lebih dulu, tapi aku janji gak akan ulangi itu lagi" ucap Bryan
"Aku gak percaya sama janji kamu, kamu pembohong, ak...aku.." ucap Nindy terputus
" Sayang lihat aku, aku sayang sama kamu sama Baby kita maafin aku, aku gak mungkin ninggalin kalian" ucap Bryan menggenggam tangan Nindy
Nindy hanya diam dan masih menangis tapi tidak berontak saat di sentuh Bryan
Bryan membawa Nindy kepelukannya agar Nindy menumpahkan tangisnya disana
Bryan mengelus kepalanya membuat Nindy merasa nyaman
" Aku takut kamu kasar lagi" ucap Nindy membuat Bryan ingat kelakuannya semalam
" Maaf sayang aku janji gak akan ulangi lagi" ucap Bryan mencium puncak kepala Nindy
" Jangan marah lagi ya, aku janji akan menjauhi Maria tapi kamu juga harus janji jangan dekat sama cowok mana pun" ucap Bryan
Nindy mengangguk lalu Bryan menangkup wajah Nindy
menyentuh hidung Nindy dengan hidungnya lalu mencium setiap inci wajah Nindy
dan yang terakhir dia memagut bibir Nindy lama sampai Nindy memukul dada Bryan
" Maaf" ucap Bryan seraya memberi kecupan sekilas di bibir Nindy
"Jangan marah lagi ya? aku gak bisa kami diemin aku" ucap Bryan
" Iya, tapi kamu janjikan gak akan Deket sama ulet ulet keket?" tanya Nindy
" Ulet keket?" ucap Bryan menautkan alisnya
" Iya, si Maria sama si Meira " ucap Nindy
" Janji sayang, aku cuma sayang sama kamu dan Baby" ucap Bryan kembali memeluk Nindy
Setelah mereka berbaikan Bryan menggoda Nindy
membuat Nindy kesal seperti sekarang Nindy sedang memainkan handphonenya
tapi Bryan memeluknya erat membenamkan wajahnya ke ceruk leher Nindy
membuat handphone yang di pegang Nindy jatuh mengenai wajahnya
" Bryaaaaannn bisa diem gak sih sakit nih" omel Nindy
" Aku gak mau diem aku kangen Omelan kamu" ucap Bryan terus menyusupkan wajahnya ke leher
" Aaarrrggghhhhh kamu bikin badan aku remuk" ucap Nindy berusaha melepas pelukan Bryan yang sangat erat
"Sayang kamu membangunkan sesuatu" ucap Bryan
" Jangan sekarang aku lelah" ucap Nindy pura pura memejamkan matanya
"Ayolah sayang apa kau tega aku bisa sakit kepala" ujar Bryan
Membuat Nindy membuka matanya dan menatap wajah Bryan yang sudah memerah
Bryan mencium bibir Nindy tapi Nindy mendorong Bryan pelan
" Apa itu benar? apa hubungannya itu sama sakit kepala?" tanya Nindy
" Itu apa?bicara yang jelas" ucap Bryan menggoda Nindy
" Kalo nahan gituan bisa sakit kepala?" tanya Nindy serius tidak ingin Bryan sakit
" Begituan apa?" ucap Bryan
"Sayang boleh ya?" ucap Bryan dan diangguki Nindy
Ibu Dessy merasa lega mereka bisa menyelesaikan masalahnya meski pun harus bertengkar hebat dulu
tapi Ibu Desy merasa senang anak dan menantunya akur kembali
Ibu Dessy mengulum senyum saat tidak sengaja mendengar suara Nindy menahan hasratnya
Waktu makan malam Nindy terlihat makan dengan lahap
terlihat juga Bryan yang sesekali mengelus rambut Nindy dan menggenggam tangan Nindy
Ibu Dessy tersenyum simpul
''Nak" ucap ibu Dessy membuat mereka berdua menatapnya
" kalau kalian ada masalah selesaikan baik baik, jangan lari masalah tidak akan selesai jika kalian lari, jika kalian bertengkar kalian jangan pergi dari rumah dan pergi ke rumah orang tua selesaikan dengan kepala dingin, jangan biarkan orang lain tau masalah kalian" ucap Ibu Dessy
" Kalian harus bisa menutupi aibnya masing masing pasangan kalian" lanjut ibu Dessy
" Tuh dengar sayang jangan kayak gitu" ucap Bryan seraya mengelus kepala Nindy
Membuat Nindy menatapnya sinis dan Bryan pun hanya cengengesan
Nindy mendengarkan nasehat ibunya dia merasa bersalah karena tidak mendengarkan penjelasan Bryan
" Maaf" ucap Nindy
" Tidak masalah " ucap Bryan seraya memeluk dan membelai rambut Nindy
Ibu Dessy tersenyum senang melihat mereka kembali berbaikan
setelah makan malam mereka masuk ke kamar masing masing
Nindy berdiri di depan cermin dengan hotpants dan tangtopnya
dia melihat kiri dan kanan lalu berputar melihat tubuh nya
Bryan yang baru datang memeluk perut Nindy
menciumi tengkuk Nindy membuatnya meremang
" Ada apa sayang?" ucap Bryan
" Aku gendut ya?" ucap Nindy
" mau gendut atau langsing aku tetap suka" ucap Bryan
" tapi gimana seragam sekolah udah gak muat?" ucap Nindy
" pake punya aku aja" ucap Bryan membuat Nindy murung
Nindy berjalan ke ranjang dengan malas dia tidak berfikir akan hamil secepat ini
Nindy menunduk seraya memainkan jemarinya
Bryan menghampirinya mengecup pucuk kepala Nindy
lalu duduk di hadapannya dengan sebelah tangan menggenggam tangan Nindy dan yang satunya mengangkat dagu Nindy
" Ada apa lagi sayang?" tanya Bryan
" hiks hiks ak.. aku cuma bingung bagaimana sekolah ku" ucap nindy
" Kamu bisa home schooling sayang" ucap Bryan
"Tapi aku masih mau sekolah.. aku masih mau menikmati masa mudaku hiks hiks hiks" ucap Nindy
" hey jangan menangis, kamu masih bisa jalan jalan sama aku" ucap Bryan
Bryan memeluk Nindy yang masih menangis
Nindy menangis seraya memukul mukul paha Bryan membuatnya mengedipkan mata berkali kali saat Nindy memukulnya
" ini semua gara-gara kamu, kalo aja kamu dengerin bunda" ucap Nindy kesal mengeraskan pukulannya
" kenapa jadi nyalahin aku? kamu juga menikmatinyakan? buktinya kalo aku Nina boboin kamu selalu mendesah" ucap Bryan tanpa malu
" dasar otak mesum'' ucap Nindy seraya mengacak rambut Bryan
Nindy jadi tertawa geli mendengar penuturan Bryan
mereka saling menggelitik
dari menangis jadi tertawa sungguh mod ibu hamil yang gampang berubah ubah
" Sudah aku lelah" ucap Nindy merebahkan tubuhnya
Bryan meletakkan kepalanya di dada Nindy
dengan Nindy yang mengelus kepalanya
Bryan memeluknya erat
lalu Bryan membuka t-shirt yang di pakai Nindy
" hey apa apaan ini" ucap Nindy terkejut
" diamlah'' ucap Bryan
"Hay sayangnya papa apa kabar?" ucap Bryan seraya mengecupi perut Nindy
" geli sayang" ucap Nindy
Nindy menjauhkan wajah Bryan dari tubuhnya karena jika sudah begini dia tidak akan bisa tidur semalaman
" sayang perutku sakit " ucap Nindy karena Bryan tidak mau berhenti dengan kecupannya
" yang mana sayang? ohh maafkan aku , kamu tidur ya " ucap Bryan mengelus perut Nindy
Nindy pura pura memejamkan matanya melihat Bryan pergi ke kamar mandi
dalam hati Nindy bersorak Bryan tidak macam macam lagi
saat Bryan keluar dia melihat Nindy sudah memejamkan matanya
Bryan mengecup kening dan bibir Nindy
" mimpi indah sayang'' ucap Bryan lalu mengecup
Ke esokan harinya Nindy dan Bryan bersiap berangkat ke sekolah
setelah berpamitan dengan ibu Dessy Bryan menjalankan mobilnya
"sayang nanti malam kita ketemu di restauran seafood ya" ucap Bryan
"boleh, tapi kenapa gak berangkat bareng aja" ucap Nindy
" aku mau ke kantor dulu di suruh ayah" ucap Bryan
" kamu tunggu disana kita ketemu jam 7 malam" lanjut Bryan
" oke " ucap Nindy lalu menyalami Bryan
cuupp
"morning kiss" ucap Bryan setelah mencium bibir Nindy
saat malam itu tiba Nindy sudah berdandan cantik dengan dress selutut dan tas kecil
dia menunggu Bryan seraya melihat jam di tangannya
di tempat lain saat Bryan di toko bunga dia hadang oleh Maria yang ingin meminta maaf atas kelakuannya kemarin
tapi Bryan tidak mengindahkannya dia pergi meninggalkan Maria
saat Bryan akan menyebrang tiba tiba ada sebuah motor yang melesat kearahnya dari belakang Maria mendorongnya hingga Bryan tersungkur di pinggir jalan
saat Bryan melihat Maria dia sudah bersimbah terkapar di tengah jalan
" Maria.. Maria bangun" ucap Bryan seraya menepuk pipi Maria
" maaf" hanya itu yang terucap sebelum Maria menutup matanya
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Vanessa MPC
moga aja Maria mati
2022-07-11
3
Fa Rel
nindi lemah jd cwek hmmm
2022-02-24
2