sesampainya di apartemen Bryan sedang sibuk merayu Nindy
dia mengikuti Nindy kemanapun Nindy pergi
seperti anak ayam yang takut di tinggal induknya
" kamu ngapain sih ngintilin aku terus" ucap Nindy
"makanya kamu jangan beres beres Mulu , jangan masak biar pesan aja" ucap Bryan
" jangan beres beres emang kamu mau beresin sendiri nanti?" ucap Nindy
" aku janji nanti beresin sendiri sekarang sini bobo dulu" ucap Bryan manja
" ini masih sore, Maghrib aja baru lewat aku gak mau mandi nanti solat isya" ucap Nindy
" aku janji gak ngapa ngapain deh cuma pegang doang" ucap Bryan memeragakan tangannya
"aku gak yakin" ucap Nindy membelakanginya
" aku cape nanti aja lah udah solat isya ya" ucap Nindy
pasti akhirnya dia memintanya mana mungkin Bryan hanya puas mencumbuinya saja
" ya sudah tapi sebentar ya " ucap Nindy membuat Bryan senang
saat akan melakukan ritualnya handphone Bryan berbunyi berkali kali
awalnya Bryan membiarkannya tapi itu mengganggu dan Nindy terus memintanya menjawab telepon
"halo kenapa sih nelpon Mulu ganggu aja tau gak?" bentak Bryan dengan handphone di telinganya
" sayang kok gitu sih kan tadi aku suruh telpon kalo udah nyampe rumah" ucap Maria
" kok gambarnya gelap sih yang" tanya maria
Bryan baru menyadari jika itu panggilan video lalu menjauhkannya dari telinga
selintas saat Bryan menjauhkannya terlihat bahu Nindy dengan dada di tutupi selimut
Bryan pun memakai selimut sampai lehernya
" sayang kamu lagi apa? sama siapa? kok selimutan berdua?" tanya Maria
" bukan siapa siapa, gue lagi sendiri juga" ucap Bryan jutek
" ya udah kalo gak ada yang mau di ucapin gue matiin ya gue mau tidur" ucap Bryan
" ya udh selam....." belum usai Maria berbicara Bryan sudah memutuskan sambungannya
saat Bryan akan melanjutkan ritualnya dia melihat Nindy sudah tertidur pulas
dia hanya bisa mengumpat menyumpahi Maria karena dia gagal dengan misinya
" dasar sialan, cewek brengsek ganggu aja" umpat Bryan
" mimpi indah sayang, kamu juga baby" ucap Bryan mencium bibir dan perut Nindy
lalu dia memeluk Nindy membenamkan wajah Nindy di dada bidangnya
mata Nindy mengintip dengan satu mata terbuka
dihatinya dia bersorak berhasil selamat dari cengkeraman Bryan
waktu menunjukan pukul 9 malam Nindy melambaikan tangannya di hadapan Bryan
tapi tidak ada pergerakan itu tandanya Bryan sudah tidur
dia melangkah memakai bajunya kembali lalu ke kamar mandi hendak melaksanakan solat isya
betapa terkejutnya Nindy saat keluar kamar mandi Bryan sudah berada di hadapannya
bersandar pada lemari dengan bersidekap di dadanya
membuat Nindy hanya cengir kuda saja
" ehh sayang kirain masih tidur" ucap Nindy
" tunggu kita shalat berjamaah" ucap Bryan
selesai shalat Bryan memesan makan malam untuknya dan Nindy
Nindy yang tengah hamil tidak merasakan mual sama sekali
yang ada hanya nafsu makan yang memuncak yang membuat dia semakin bulat sekarang
''sayang aku mau beli seragam baru ya" ucap Nindy
"sekolah bentar lagi pake punya aku dulu kan bisa? ucap Bryan
" tapi kegedean yang" ucap Nindy
" mending kegedean dari pada kekecilan, kan bisa di kecilin" ucap Bryan
" iya deh iya" ucap Nindy
ketika selesai makan Nindy hendak membereskan bekas makan mereka
tapi Bryan melarangnya semua kerjaan rumah sudah ia kerjakan
Nindy punya firasat Bryan menginginkan sesuatu
Nindy berjalan ke kamar berbaring menonton Drakor kesukaannya
saat pintu terlihat terbuka Nindy langsung memakai selimutnya dan memejamkan mata
perlahan Bryan duduk mendekati Nindy dan melambaikan tangan di wajahnya
Bryan menghembuskan nafas kasar dia mengumpat sendiri
pasalnya dia selalu gagal malam ini
akhirnya dia memeluk Nindy dan ikut memejamkan matanya
keesokan paginya Nindy membuka matanya dia mendongak menatap wajah Bryan yang setia memeluknya
Nindy mengecup bibir Bryan sekilas tapi tiba tiba Bryan menekan tengkuk Nindy
kecupan itu berubah menjadi ciuman Nindy mengerjapkan matanya berkali kali
lama Bryan ******* bibir Nindy membuat Nindy kehabisan oksigen dan memukul dada Bryan
Bryan menatap Nindy dengan mata sayu dia menyampingkan anak rambut Nindy ketelinganya
membuat Nindy geli
" shalat dulu yuk" ajak Nindy
" sebentar lagi, aku masih mau seperti ini" ucap Bryan memeluk erat Nindy
" nanti kesiangan, kamu gak ngampus?" tanya Nindy
" aku masuk pagi sih, tapi gak apa apa kan libur sehari" ucap Bryan
" jangan macam macam, kamu mau di marahin sama bunda?" ucap Nindy
" apa hubungannya sama bunda? aku bayar uang kuliahku sendiri" ucap Bryan
" terserah saja tapi yang jelas aku mau mandi mau sekolah" ucap Nindy langsung berdiri pergi ke kamar mandi
Nindy belum masuk ke kamar mandi tiba tiba Bryan berlari menyusul Nindy dan tidak sengaja menubruk tubuh Nindy hingga mereka terjatuh
Bryan membalikkan tubuhnya dengan cepat dengan memeluk Nindy
Nindy terjatuh berada di atas Bryan dan langsung memukul bahu Bryan
Bryan hanya tertawa melihat wajah Nindy yang sangat kesal
tiba tiba Bryan mengangkat tubuh Nindy ke bathtub
membuat Nindy terperanjat dan mengalungkan tangannya ke leher Bryan
" kamu mau ngapain? kita belom shalat nanti kesiangan" tanya Nindy
"apa? emangnya aku mau apa?" Bryan balik bertanya membuat Nindy malu
" aku cuma mau mandi bareng aja" lanjut Bryan
"oohhh" ucap Nindy menggaruk tengkuknya
"otak kamu perlu di refresh" bisik Bryan membuat pipi Nindy bersemu merah
Nindy mempercepat mandinya dan segera pergi dari kamar mandi
Nindy shalat tanpa menunggu Bryan saat Nindy selesai Bryan baru keluar kamar mandi
" kok gak nungguin?" tanya Bryan
" nunggu kamu lama, bisa kesiangan aku.. udah ahh aku mau masak" ucap Nindy seraya pergi ke dapur
"kamu berangkat jam berapa?" tanya Nindy pada Bryan saat makan
" kita bareng aja" ucap Bryan
" gak deh aku mau naik motor aja" ucap Nindy mengambil jaket dan kunci motornya
"tunggu tunggu" teriak Bryan seraya menungguk air minumnya
Nindy sedang memakai sepatunya di depan pintu
ketika selesai dengan sepatunya Nindy hendak melangkah pergi tapi Bryan menjinjing ranselnya seperti anak kucing yang di gendong induknya
" lepasin iihh" ucap Nindy mengguncang pundaknya
" mau kemana buru buru amat, bareng aja ya?" ucap Bryan menaik turunkan alisnya
" ya udah iya" Nindy mengalah
drrtttt ddrrtt drrtttt
handphone Bryan berbunyi membuat dia melepaskan ransel Nindy
Nindy mendengarkan apa yang di bicarakan orang di sebrang telepon tapi tidak terdengar sedikit pun
" kenapa bisa ? sebentar lagi saya kesana" ucap Bryan
" kamu berangkat sendiri aja ya?" lanjut Bryan
" siapa yang telepon?" tanya Nindy
"Maria , dia..." ucapan Bryan terhenti saat Nindy menyela pembicaraannya
" dari tadi juga mau berangkat, urusin aja tuh pacar yang lagi sakit, bye" ucap Nindy seraya melajukan motornya kencang
" aaarrrggghhhhh sial jadi serba salah" ucap Bryan mengacak rambutnya frustasi
sesampainya di rumah sakit Bryan langsung menuju ruang rawat Maria
Bryan melihat Maria yang sedang kacau dan di tenangkan oleh mamanya dan perawat disana
Bryan mendekati Maria dan memeluknya untuk menenangkan Maria
" hey kenapa, tenang gue disini jagain Lo" ucap Bryan mengelus rambut Maria
" Lo kemana aja? jangan tinggalin gue" ucap Maria
" gue disini, gue gak bakal ninggalin Lo sebelum Lo tenang" ucap Bryan
" syukurlah nak Bryan kesini Tante sudah kewalahan karena Maria mencari nak Bryan yang tidak bisa dihubungi'' ucap mama Maria
Bryan menghela nafas kasar dia berpikir hidupnya akan semakin rumit karena Maria
menghadapi dua wanita yang sama sama tidak bisa ia acuhkan salah satunya
karena Maria adalah penyelamatnya dan Nindy adalah cintanya
Bryan tidak bisa kemana mana karena Maria menahannya
sampai sampai Bryan tidak masuk kuliah
di sekolah Nindy sedang marah marah tidak jelas dia berbicara tanpa henti meluapkan kekesalannya pada dua sahabatnya
sahabatnya hanya bisa mendengarkan tanpa ada jeda untuk mereka berbicara
" kalian ngerti gak sih maksud gue? kalian kok gak ngomong?" tanya Nindy dengan nafas yang menggebu gebu
" sayang sini duduk, gimana kita mau jawab kalo Lo ngomong gak ngasih waktu buat kita" ucap Daraa menarik tangan Nindy agar duduk
" Lo ngomong kayak petasan yang di hajatan itu Nin nyerocos mana kenceng banget lagi" ucap Wina
" abisnya gue kesel banget, bisa bisanya dia hilang ingatan tapi dia ngaku ngaku Bryan pacarnya, Gedeg gue" ucap Nindy
" cemburu nih ceritanya" ucap Damar yang baru saja datang
" apaan sih nyebelin banget deh pagi pagi" ucap Nindy memberengut kesal
" biar gak galau gimana kalo entar pulang sekolah gue ajak ke mall gue yang teraktir deh" ucap Damar membuat dua makhluk di samping Nindy semangat
'' tapi gue ada pelajaran tambahan pulangnya sore" ucap Nindy
" gue tungguin disini sampe Lo pulang" ucap Damar
" kita juga tungguin Lo disini jadi berangkatnya bareng" ucap Wina yang di angguki Dara
" thank you guys... Lo emang sahabat gue yang terbaik" ucap Nindy menjabat tangan Damar lalu merangkul kedua sahabatnya
" gue gak di peluk nih?" ujar Damar
" dalam mimpi Lo hhahha" ucap Nindy tertawa membuat mereka ikut tertawa
"Lo ikut pelajaran tambahan di sekolah? kenapa gak sama kak Bryan aja sih diakan pinter?" tanya Wina
" kalo dia yang ngajar gak bakal serius, gue belajar aja di gangguin Mulu" ucap Nindy
di tempat lain di kediaman ibu Dessy
Tamara dan mantan suaminya datang ke rumah Bu Dessy
entah apa yang mereka bicarakan hingga mereka saling adu mulut
dan mantan suaminya tidak punya rasa kasihan kepada wanita yang selama ini menemaninya bertahun tahun
mereka mendorong ibu Dessy dengan melontarkan kata kata kasar
para tetangga yang melerai pun ikut kena semprot oleh Tamara dan suaminya
mereka berniat membawa Bu Dessy tapi di usir
terpaksa mereka menelpon Nindy yang sudah akan pulang dari sekolah
" kita berangkat gengs" ucap Dara
ddrrtt ddrrtt
" bentar guys ada telepon" ucap Nindy lalu menjawab teleponnya
"apa? tapi ibu saya baik baik aja kan?"tanya Nindy pada orang di sebrang telepon
"guys sorry gue gak bisa ikut kalian ajaa ya" ucap Nindy seraya memakai helmnya
" Lo mau kemana? " tanya Wina
" ada urusan keluarga" teriak Nindy melajukan motornya
Nindy sudah sampai di rumah Bu Dessy dia melihat ibunya yang bersimpuh di hadapan dua manusia angkuh ini
Nindy memeluk ibunya yang menangis
" kenapa kalian mengganggu ibu ku? apa belum cukup kalian membuat penderitaan untuk ibuku? kalian manusia tidak punya perasaan" ucap Nindy membawa ibunya berdiri
" diam kau hanya anak..." ucap seorang laki laki yang dia sebut ayah
ucapannya terhenti saat ibu Dessy memotong pembicaraannya
" anakku, dia anakku" ucap ibu Dessy
" sekarang kalian pergi atau aku akan panggil polisi" ucap Nindy
" urusan kita belum selesai, dan kau anak tidak tau diri suatu saat kau akan tau kalau ibu mu ini pembohong" ucap Tamara menunjuk pada Nindy dan ibunya
" terserah aku lebih percaya ibuku, jika dia berbohong pasti ada alasan di baliknya" ucap Nindy memeluk erat tubuh ibunya
"ibu gak apa apa? ayo kita masuk" ucap Nindy memapah ibunya masuk
" lutut ibu berdarah sebentar Nindy bawain obat dulu" ucap Nindy lalu pergi mencari p3k
" maafin ibu ya ibu ngerepotin kamu" ucap ibu Dessy membelai pipi anaknya
" ibu inget gak waktu Nindy belajar sepeda terus Nindy jatuh kan ibu juga yang obatin Nindy " ucap Nindy membuat ibunya mengangguk
" Bu.. ibu yang membesarkan Nindy dari bayi Nindy yang rewel Nindy, sang sakit, Nindy yang manja, Nindy banyak belajar dari ibu, sekarang Nindy sudah besar jadi kalo ibu ada masalah apapun berbagi sama Nindy kita akan hadapi sama sama " ucap Nindy menggenggam tangan ibunya
" tapi kalo ibu berbohong sama kamu apa kamu akan marah?" ucap ibu Dessy meneteskan air mata
" Nindy tau ibu berbohong untuk kebaikan Nindy kan? Nindy gak akan tanya apa kebohongan ibu tapi suatu saat kalo ibu udah siap jujur sama Nindy, Nindy mohon jangan tahan itu... ungkapan semua" ucap Nindy dengan senyum manisnya
membuat ibu Dessy semakin berderaian air mata
dia tidak sanggup jika suatu saat dia akan kehilangan sosok seorang anak yang selalu membawa kebahagiaan untuknya
" ibu udah ahh jangan sedih nanti Nindy juga ikut sedih, kasihan Dede bayi kan kalo ibunya sedih Dede bayi juga sedih" ucap Nindy seraya mengusap air mata ibunya
ibu Dessy segera menghapus air matanya lalu mendekatkan telinganya ke perut Nindy
seraya mengelusnya
" berapa bulan sekarang nak?" tanya ibu Dessy
" dua bulan Bu, kalo udah bisa nendang itu usia berapa bulan ya Bu? " tanya Nindy
"5 atau 6 bulanan lah kira kira" ucap ibu Dessy
Nindy memasak bersama ibunya di dapur
sementara Bryan belum juga pulang dari rumah sakit karena menunggu Maria tidur
" aku pulang aja ya ini udah malem" ucap Bryan melihat jam di tangannya sudah pukul 8 malam
" kamu nginep aja disini" ucap Maria manja
" gak bisa nanti Nindy nyariin" ucap Bryan keceplosan
" emangnya kenapa Nindy nyariin kamu?" tanya Maria
" kan dia belajar tiap malem sama gue" bohong Bryan
Bryan menelpon Nindy tapi tidak diangkat juga
dia khawatir dengan keadaan Nindy
" gue harus pulang, nanti kalo gue ada waktu gue kesini lagi" ucap Bryan
" tapi..." belum selesai Maria bicara Bryan sudah pergi dari sana
" liat aja nanti Lo bakal jadi milik gue" gumam Maria dalam hati seraya mengepalkan tangannya
like, komen, dan vote ya biar semangat up-nya
selamat membaca 😍😍😍
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments
Ai laelasari
aku siapin golok ya 😁
2022-08-15
1
Yenni
pen gua bunuh tu maria😡😡
2022-08-14
1