Pagi hari Nindy sudah siap berangkat sekolah, menyiapkan buku yang akan di bawa dan kini Nindy sedang membuatkan sarapan untuk ibunya
Dari jauh Desy menatapnya dengan senyum akhirnya anaknya mau sedikit berubah
"Rajinnya anak ibu" ucap Desy seraya mengelus pucuk kepala Nindy
" Iya dong siapa tau abis lulus sekolah dapet jodoh"Nindy menjawab dengan gelak tawa
" Kalo nikah sekarang apa kamu mau?" tanya Desy
" Ihh.. ibu apaan sih becandanya gak banget deh" Nindy menganggap ibunya hanya bergurau
" Ibu serius sayang, ibu takut gak bisa jagain kamu lagi" ucap Desy dengan raut wajah sedih
"Ibu pokoknya gak bakal kemana mana, Nindy kan masih sekolah mana bisa nikah Bu " Nindy tidak mau putus sekolah karena harus menikah muda
" Kamu sudah janji sama ibu akan menuruti semua perkataan ibu, kamu tetap sekolah hanya status kamu yang berbeda" Nindy menghentikan aktivitasnya Seraya menatap Desy
" Tapi Bu aku GK mau nikah muda, kalo jadi janda muda gimana?" ucapan Nindy membuat ibunya kembali tersenyum sambil meraih tangan Nindy
" Semua akan baik-baik saja.. dengarkan ibu, kamu hanya harus menuruti apa kata ibu" hanya itu yang di ucapkan ibunya
"Ayo kita makan" Desi menuntun tangan Nindy menuju meja makan
"Ehmmm" Nindy mencairkan suasana disela makannya
" Bu... iya deh aku mau ikutin maunya ibu asal ibu bahagia" ucap Nindy ketika melihat wajah sesih sang ibu
" Benarkah nak.. ibu senang, nanti malam kita akan mengadakan pertemuan" Desy mengangkat kepalanya, wajahnya sekarang tampak sedikit ceria
"Apaaa? secepat itu?" pekik Nindy tak percaya secepat itu ibunya menemukan jodoh untuknya
" Iya, sebenarnya ibu sudah lama merencanakannya" ucap Desy
" Terserah ibu saja aku ikut, aku mau berangkat dulu" Nindy berpamitan lalu mencium tangan ibunya
Di perjalanan Nindy mengendarai motornya sambil melamun, di persimpangan jalan Nindy tidak fokus karena memikirkan perjodohan yang di ucapkan sang ibunda
Tiba tiba ada sebuah motor besar di hadapannya dengan pengemudi yang sedang menelpon, alhasil Nindy terkejut dan membanting stir ke kiri lalu terjatuh dan kepalanya terbentur trotoar
Untung saja Nindy memakai helm hingga keningnya hanya memar dan sedikit luka di lutut dan sikunya tapi motornya rusak lumayan parah
Sementara seseorang yang menggunakan motor sport tersebut tidak sempat terjatuh karena rem mendadak, pemuda itu buru buru turun dari motornya dan menghampiri Nindy
" Lo gak apa apa, kan?" tanya Bryan
" Gak apa apa gimana lutut gue berdarah, huuaaaa" Nindy menangis merasakan perih di tubuhnya yang terluka
" Sorry, ayo gue bantu ke klinik Deket sini biar di obatin" Bryan mengulurkan tangannya
"Gue gak bisa berdi..." belum sempat Nindy menyelesaikan pembicaraannya Bryan sudah mengangkat tubuh Nindy ke atas motornya
" Motornya biar di bawa sama mas itu aja " Nindy hanya menatap Bryan belum sempat bicara Bryan sudah memotongnya
"Tenang aja itu montir di bengkel gue" lanjut Bryan menyakinkan Nindy
Akhirnya mereka ke klinik untuk mengobati luka Nindy
Di klinik Nindy meringis kesakitan saat diobati Nindy meremas tangan Bryan yang berada di sampingnya, Bryan hanya membiarkannya agar Nindy lebih rileks
Bryan melihat jam di pergelangan tangannya, sepertinya mereka akan terlambat kesekolahan.
Selesai diobati keduanya bergegas kembali menuju sekolah, karena di kejar waktu akhirnya Bryan mengendarai motornya dengan kecepatan tinggi
" Aaaaaaaaa.. Lo mau bunuh gue ya, pelanin gk gue takuuuuutttt" teriak Nindy tapi tidak mendapat respon dari Bryan
Sesampainya di gerbang sekolah sudah di kunci, Bryan sudah putus asa lalu naik motor kembali untuk pulang tapi di panggil oleh Nindy
"Heehh.. mau kemana? Lo GK mau masuk?" tanya Nindy
" Lo gak liat gerbangnya di kunci?" jawab Bryan
" Ikut gue kalo Lo masih mau masuk" ucap Nindy lalu Bryan mengikutinya
Ada jalan rahasia dibelakang sekolah, meskipun harus naik melalui pohon rumah warga di dekat sekolah lalu memanjat benteng
Dengan mudah Nindy melompat membuat Bryan sempat melongo, dengan luka tadi saat terjatuh dia begitu manja dan cengeng tapi melompati benteng dia gagah bak seorang laki laki
" Waaww ternyata Lo jago soal lompat melompat" ujar Bryan
" Lo muji apa ngejek gue sih?" Nindy menatap sinis
" Gak dua duanya itu hanya pernyataan gue, lagian melompat segitu tingginya Lo jago tapi luka dikit Lo meraung Raung kayak anak kucing kehilangan induknya" ujar Bryan membahas kelakuan Nindy tadi, kalau dia sadar dia juga bakal malu sendiri
" Nyebelin Lo, gue kira Lo cuma bisa hukum orang aja ternyata Lo juga tukang julid " ucap Nindy lalu pergi meninggalkannya
Bryan tersenyum menatap kepergian Nindy, gadis itu membuat Bryan merasakan pengalaman yang tak akan pernah ia lupakan
Sialnya lagi mereka sudah susah payah memanjat namun masih terlambat, guru sudah memulai pelajaran hingga akhirnya mereka berdua di hukum dan kembali bertemu di lapangan
Nindy sudah terlebih dahulu di lapangan
Nindy berdiri menghadap tiang bendera seraya memberi hormat pada bendera, tiba tiba Nindy merasa seseorang berdiri tepat disampingnya sontak membuat Nindy menoleh
"Lo boleh tambahin hukuman gue tapi please jangan panggil nyokap ke sekolah, gue udah janji mau berubah" ujar Nindy seolah tau kedatangan Bryan akan menghukumnya
" Sok tau banget, siapa yang mau hukum Lo? orang gue juga di hukum, ini semua gara gara Lo gue jadi sial" ucap Bryan menggerutu
"Huaahaaaaahaaa.. Lo di hukum? lucu banget seorang ketos yang garang kena hukum" ledek Nindy tertawa terbahak
Tiba tiba Meira datang seperti biasa untuk memberi hukuman pada Nindy, namun Meira tidak menyadari Bryan yang berdiri di sebelah Nindy
"Seneng ya di hukum sama cowok ketawa ketawa pecicilan, kegatelan amat Lo" suara Meira di belakang membuat Nindy terdiam
" Heeeeh Lo murid baru ya" ujar Meira membuat Bryan menoleh
"Bryan" Meira terkejut bibirnya sampai menganga dengan mata yang melotot
" Gitu aja udah kayak liat setan lebay" sindir Nindy membuat Meira menatap tajam padanya
" Kalo orang kayak Lo gue gak heran lah ini my Bryan, my Hero, OMG.. " ucap Meira lagi lagi tak percaya
" Udah berisik sana pergi aja gue lagi males denger yang berisik berisik" usir Bryan
"Iihh my Hero kok gitu sih" ucap Meira seraya memeluk lengan Bryan
" Udah sana pergi ah ngapain sih entar gue malah di hukum" Bryan kembali mengusir Meira menepis tangannya yang kini memeluk lengan Bryan
Meira memberangus kesal pergi dengan menghentakkan kakinya, dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan Nindy dan Bryan
Seorang laki laki melihat Nindy tertawa lepas menertawakan Bryan, ada rasa marah di hatinya karena Bryan bisa membuat Nindy tertawa tapi dengan dirinya jangankan tertawa Nindy sering mengusirnya dan selalu memandang sinis
" Kenapa Lo bisa dekat sama orang lain sementara sama gue Lo selalu menghindar" ucapnya seraya mengepalkan tangan
Dia merencanakan sesuatu untuk Nindy yang selama ini selalu mengabaikan dan merendahkannya, dia sudah menelepon teman temannya untuk menghadang Nindy saat pulang sekolah
Setelah menyelesaikan hukumannya Nindy dan Bryan masuk ke kelas untuk pelajaran selanjutnya, Nindy biasa saja karena sudah sering kena hukuman tapi Bryan uring uringan karena tertinggal satu pelajaran
" Awas tuh anak rese tunggu gue bikin perhitungan entar pulang sekolah" ucap Bryan
Bel istirahat berbunyi Nindy dan temannya pergi ke kantin namun di sana sudah ada Meira, karena sudah berjanji pada sang ibu akhirnya Nindy takut akan terjadi sesuatu yang buruk lagi hingga Nindy membawa makanannya ke dalam kelas
Melihat Nindy dan teman temannya pergi membawa nampan Meira berteriak yang ikut si soraki oleh gengnya
"Huuuhhhhh takut ya.. Lo GK berani makan disini" ucap Meira
" Huuuuhhhhhhhhhh" sahut gengnya
"Apaan sih tuh Mak lampir pengen gue timpuk kali ya" ucap Dara hendak menghampiri Meira
" Jangan Dara please gue udah janji sama nyokap gue GK bakal bikin masalah lagi" cegah Nindy
" Oke demi lo, ayo cabut" Dara menghentikan langkahnya lalu kembali ke kelas
Mereka pun pergi ke kelas tidak ingin meladeni Meira, di kelas ternyata sudah ada Hendrico menunggu di meja Nindy
Hendrico mengetahui Nindy tidak membawa kendaraan dan akan mengajaknya pulang bersama
Dengan gaya sok cool nya Hendrico duduk di meja Nindy, menopangkan sebelah kakinya ke kaki yang lain tidak lupa dia juga menyisir-nyisir rambutnya dengan tangan membuat Nindy dan teman temannya muak
" Satu masalah kelar datang lagi masalah baru" ujar Nindy lalu duduk di kursi Dara yang berada di depan kursi Nindy
" Hai nin.. nanti pulang bareng ya kayaknya di parkiran GK ada motor Lo deh" ajak Hendrico
" GK usah gue bisa naik angkutan umum" jawab Nindy
"Ayo lah nin jangan gitu , Lo kan bisa ngirit ongkos" ujar Hendrico
" Gue mending abis duit daripada di anterin sama Lo" Dara terkekeh seraya menjulurkan lidahnya
Merasa malu dengan penolakan Nindy akhirnya Hendrico pergi, setelah jam pelajaran selesai Nindy mengemasi barangnya
Dara pulang terlebih dahulu karena di jemput orang tuanya sementara Wina pulang dengan pacarnya dan Nindy pulang terakhir
Teman sekolahnya sudah pulang sebagian tinggal anak anak yang ikut pelajaran tambahan dan olahraga, Bryan yang telah selesai rapat OSIS melihat Nindy menunggu angkutan umum di gerbang sekolah
Bryan yang berniat akan menjahili Nindy mengambil motor terlebih dahulu tapi saat kembali Nindy sudah tidak berada di tempatnya, Bryan sempat mencari Nindy namun tak menemukannya
" Kemana tuh anak pergi" Bryan melajukan motornya hendak pulang namun dari kejauhan dia melihat Nindy sedang di kelilingi motor dengan ekspresi ketakutan
Nindy hanya menutup telinganya setelah mengelilingi Nindy mereka turun menangkap Nindy
Nindy yang berontak semakin membuat mereka senang mereka mencekal kedua tangan Nindy, ada seorang yang menciumi rambut gadis itu wajahnya diraba
Nindy menangis sejadi jadinya tapi mereka membekap mulutnya, jalan yang dilalui Nindy sudah sunyi karena memang jarang dilewati
Bryan yang melihat itu bergegas menolong Nindy, pemuda yang melecehkan Nindy tidak terima dan
mereka mengeroyok Bryan
Salah seorang yang membawa senjata tajam akan menusuk Bryan tapi meleset dan mengenai tangan Bryan, dengan tangan berlumuran darah Bryan sempat melawan
Bryan yang sempat kewalahan akhirnya bisa bernafas lega setelah pemuda yang mengeroyoknya lari saat mendengar suara sirine mobil polisi
"Lo GK apa apa kan, Bryan?" tanya Reno
Ternyata yang datang adalah Reno, sirine mobil polisi berasal dari suara ponsel Reno yang ingin membantu namun takut karena jumlah mereka lebih banyak
Reno membantu Bryan berdiri
sementara Nindy tertunduk menangis sesenggukan ketakutan dan khawatir melihat lengan Bryan yang masih tertancap pisau
" Lo gak apa apa,kan?" tanya Bryan yang dijawab gelengan oleh Nindy
Reno membawa motor Bryan sementara Bryan di antar mobil reno oleh supir ke rumah sakit lalu menuju rumah Nindy
" GK apa apa pak bapak pulang saja saya nunggu jemputan disini sampaikan terimakasih saya sama Reno" ucap Bryan
'' Baik den saya permisi" supir pun pergi
Nindy masih menangis Bryan merangkul pundak nya menenangkan Nindy, Bryan mengetuk pintu rumah
Saat Desy membuka pintu betapa terkejutnya Desy melihat Nindy berantakan memakai jaket Bryan
"Kenapa ini nak? ayo masuk sayang" Desy mengajak keduanya masuk
"Jadi gini Tan " Bryan menceritakan semua termasuk Nindy yang tadi pagi jatuh dari motor
Desy menangis meratapi nasibnya anaknya dia tidak habis pikir bagaimana jika Bryan tidak lewat saat itu, mungkin Nindy akan kehilangan kehormatannya bahkan ada yang lebih buruk Nindy bisa saja kehilangan nyawanya
" Terimakasih banyak nak kamu sudah menolong Nindy" ucap Desy
"GK apa apa tan sudah sewajarnya kita saling menolong" jawab Bryan
"Ayo nak makan dulu ya sambil nunggu jemputan" ajak Desy
" Sebelumnya maaf merepotkan tante" sebenarnya Bryan merasa malu namun perutnya tak bisa bohong kalau saat ini dia sangat kelaparan
Sementara Nindy hanya menangis masih syok dengan kejadian tadi, dia merasa kotor meski aksi pemuda jahat itu di gagalkan Bryan
Desy memeluk Nindy dan berusaha menenangkannya, Bryan tidak bisa berbuat apa pun hanya melihat interaksi antara ibu dan anak meskipun hanya Desi yang bicara
"Aku mau istirahat bu'' hanya itu yang keluar dari mulut Nindy
"Baiklah nak, nanti ibu antar makanan ke kamar kamu" kata Desy
Bryan menatap iba Nindy yang berjalan gontai menaiki anak tangga, setelah makan dia berinisiatif mengantar makan ke kamar Nindy
took tookkk took
" Nindy boleh gue masuk" ucap Bryan kemudian terdengar suara Nindy membuka kunci
" Nindy makan dulu ya Lo kan belum makan, udah sekarang Lo udah aman" ucap Bryan ketika dia masuk
" Gue jijik sama diri gue sendiri gue kotor" ucap Nindy kembali menangis sesenggukan
Desy yang melihat Nindy semakin mantap untuk menjodohkannya karena dia ingin anaknya bisa di lindungi agar kejadian serupa tidak terulang lagi
" Gak Nindy.. Lo GK menjijikkan sama sekali Lo cuma korban mereka yang menjijikkan, mereka yang kotor" ucap Bryan membuat Nindy menoleh
''Gue takut mereka akan datang ganggu gue lagi" ucap Nindy
"Kita laporin polisi aja ya biar Lo tenang " ucapan Bryan membuat Nindy buru buru menggelengkan kepalanya
"Jangan gue mohon ini aib gue takut sekolah tau gue bakal malu" ucap Nindy menolak ide Bryan
" Tapi Lo bakal aman Nindy, GK ada yang ganggu Lo lagi" Bryan bersikeras agar Nindy tetap aman
" Sekali enggak tetep enggak, Lo ngerti gak sih? apa Lo mau gue di permalukan disekolah?" bentak Nindy
" Terserah Lo, Lo keras kepala" Bryan berlalu pergi tak ingin memaksa Nindy
Bryan turun menemui Desy dia berpamitan akan pulang karena supir sudah menjemputnya
"Tan aku pamit pulang ya" ujar Bryan
"Sekali lagi Tante berterima kasih sudah menolong Nindy" ucaapp Desy
"Sama sama Tan, saya pamit assalamualaikum" Bryan lalu mencium tangan Desy
" Oh iyaa nak bawa ini untuk bunda" Desy menyerahkan rantang berisi masakannya
" Makasih Tan, assalamualaikum" Bryan kembali mengucapkan salam
"Waalaikum salam" jawab desy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments