Maria mulai merencanakan sesuatu dia Bryan menjadi miliknya lagi
tidak peduli dengan Nindy yang tengah mengandung anak Bryan
Maria berpikir jika harus membuat Nindy kehilangan bayinya pun dia sanggup agar Bryan tidak harus bertanggung jawab
siang itu Nindy di temani ibu Desy yang baru kembali
Bryan menunggu di luar karena Nindy tidak memperbolehkannya masuk
Bryan terus meminta maaf pada Nindy dan ibu Desy pun tidak bisa banyak membantu karena itu murni kesalahan Bryan
" Bu kapan Nindy boleh pulang?" tanya Nindy
" nanti kita tunggu dokter periksa dulu ya" ucap ibu Desy
" Nindy mau pulang ke rumah ibu ya" ucap Nindy
" tapi bagaimana dengan nak bryan apa kamu sudah izin?" tanya ibu Desy
" Bu Nindy butuh waktu buat sendiri dulu, Nindy merasa Bryan terkekang dengan adanya Nindy.. mungkin cintanya hanya untuk Maria Bu" ucap Nindy
" kamu gak boleh ngomong gitu bagaimana pun Bryan suami kamu, marahnya jangan lama lama " ucap ibu Desy
" tapi Nindy gak suka dengan perselingkuhan Bu, cukup ayah yang menyakiti kita Nindy gak mau sampe ada orang lain yang menyakiti kita lagi, kalo pun bryan lebih memilih wanita lain Nindy gak apa apa setelah melahirkan Nindy bisa bercerai" ucap Nindy
ibu memeluk erat Nindy menangis penuh penyesalan
ternyata menjodohkannya di usia belia juga sebuah kesalahan
ibu merasa menyesal karena keputusannya
malah membuat Nindy semakin bersedih
" sayang jangan dulu menyalahkan Bryan siapa tau itu cuma salah paham" ucap ibu Dessy
" entahlah Bu tapi setelah aku melihat semuanya aku berkesimpulan bahwa mereka sepertinya masih sama sama mencintai" ucap Nindy
Bryan kembali masuk meski Nindy tidak mau melihatnya
Bryan menggenggam tangan Nindy tapi selalu di tepisnya
sampai Bryan berlutut di bawah ranjang Nindy
ibu Dessy menyuruh nya bangun tapi dia tidak mau bangun sebelum Nindy memaafkannya
" kalian selesaikan saja masalah kalian ibu mau pulang" ucap ibu Dessy lalu pergi dari ruangan Nindy
" aku benar benar minta maaf" ucap Bryan
" lupakan saja" ucap Nindy membuat Bryan senang dan bangun lalu akan memeluk Nindy
tapi Nindy menghentikannya
" maksudnya lupakan saja setelah keluar dari rumah sakit aku mau pulang ke rumah ibu, kalo kamu mau cerai setelah melahirkan nanti aku siap" ucap Nindy
" siapa bilang aku mau pisah sama kamu? kamu jangan ngaco deh" ucap Bryan
'' kalo aku cuma jadi penghalang buat hubungan kalian lebih baik aku pergi kan?" ucap Nindy
" aku tau aku salah memang pada awalnya aku mau dekat lagi sama Maria tapi setelah aku dekat dengan Maria cuma bayangan kamu yang ada di pikiran aku" ucap Bryan
" aku udah berusaha jauhin dia tapi dia sengaja deketin aku depan kamu" lanjut bryan
" udah lah aku gak bisa mikir sekarang, beri aku waktu aku mau sendiri dulu" ucap Nindy lalu tidur membelakangi
dokter datang untuk memeriksa Nindy , karena kondisinya sudah membaik akhirnya Nindy di perbolehkan pulang
dokter mencatat resep penguat kandungan dan vitamin untuk Nindy
Nindy sedang berkemas beberapa baju yang di bawa bryan
saat bryan akan membantunya Nindy meninggalkannya jadi Bryan membereskan semuanya
Nindy dan Bryan di perjalanan pulang Nindy tetap ingin pulang ke rumah ibunya Bryan dengan berat hati mengantarkannya ke sana
" assalamualaikum" ucap Bryan seraya mengetuk pintu
" waalaikum salamm ehh anak anak ibu ayoo masuk" ucap ibu Dessy
" Bu Nindy ke kamar dulu ya" ucap. Nindy
Nindy berbaring di ranjang dia rindu suasana kamarnya
dia berjalan ke lemarinya melihat baju disana ternyata masih cukup banyak
dan masih ada baju sekolah Nindy tidak perlu. pulang ke apartemen
saat Nindy masih memeriksa lemarinya. Bryan datang memeluk dan mencium Nindy dari belakang
Nindy melepaskan pelukannya dan mengelap bekas ciuman Bryan
" kamu kalo lagi marah pasti sok Sok'an jijik padahal paling suka tuh kalo di gituin" ucap Bryan membuat nindy menahan senyum
" awas, pulang aja sana " ucap Nindy mendorong Bryan
" nin gimana caranya sih supaya kamu bisa maafin aku?" ucap Bryan
" aku butuh waktu, sebaiknya jangan temui aku dulu" ucap Nindy
" tapi harus sampai kapan?" tanya Bryan
'' seminggu, kalo kamu bisa buktiin kamu gak ada hubungan sama Maria aku baru maafin kamu" ucap Nindy, Bryan terpaksa mengalah seminggu bukan waktu yang lama
Bryan pulang ke apartemen disana dia mengelilingi setiap ruangan
sepi rasanya tidak ada Nindy disana
Bryan mengambil baju Nindy memeluknya serta mencium aromanya
" belum juga sehari udah kangen aja" ucap. Bryan
keesokan harinya Nindy pergi ke sekolah karena dia mengendarai motornya lagi
di parkiran Nindy bertemu dengan damar yang mengajaknya ke perpustakaan
Bryan melihat mereka mengepalkan tangannya lalu menghampiri mereka yang sedang mengobrol
" sini ikut" ucap Bryan menarik tangan Nindy
" apa. sih lepas gak" ucap nindy
" kamu ngapain berduaan sama cowok disini?" tanya bryan
" kamu yang ngapain disini?? sekolah kamu tuh di sebrang" ucap Nindy
" aku sengaja kesini buat ngawasin kamu" ucap Bryan
" kamu yang Deket sama cewek kenapa aku yang di awasi? kamu sengajakan mau cari cari kesalahan aku" ucap Nindy yang
"harusnya kamu yang introspeksi diri" lanjut Nindy lalu pergi meninggalkan Bryan dan daammar di parkiran
di kelas nindy sedang bersenda gurau dengan Sahabatnya
damar menatap Nindy dari kursi disebrang kursi Nindy
damar menyukai senyuman Nindy
di kampus Bryan Maria mendatangi Bryan melancarkan aksinya
awalnya Bryan akan pergi menghindari Maria tapi Maria menyebut nama Nindy membuat langkah Bryan terhenti
" mau Lo apa sih?" tanya Bryan
" gue mau Lo jangan menghindar dari gue, lo turutin mau gue dan jangan kasih tau siapapun termasuk Nindy baru rahasia kalian akan aman"
Bryan menolak tapi memikirkan sekolah nindy
meskipun orang tua Bryan pemilik sekolah tapi mereka tidak pernah pandang bulu
yang bersalah dan melanggar aturan sekolah tetap dapat sangsi meski pun itu anak nya sendiri
" gue pikirin dulu" ucap bryan
" gak ada waktu Bryan Lo putusin sekarang ya atau tidak? " ucap Maria
" oke gue setuju selama itu gak melewati batas, kalo melewati batas sorry gue gak bisa" ucap Bryan
" oke deal" ucaapp Maria
sepulang sekolah Nindy menunggu dara dan Wina didepan gerbang di sebrang juga ada Maria. yang juga sepertinya sedang menunggu seseorang
mobil bryan berhenti di depann dan Maria pun masuk
Nindy menahan air matanya ternyata bryan hanya membohonginya
" Lo kenapa? " tanya dara
" kelilipan" singkatt Nindy
" kita sekarang mau kemana dulu nih" ucap Wina
". kita ke cafe bryan kita makan gratis sepuasnya di sana" ucap Nindy
" let's go" ucap mereka serempak
setelah tiba disana Nindy melihat Bryan dan Maria sedang makan
Maria memeluk lengan bryan, pegawainya yang melihat itu menggeleng
" wah bakal perang dunia nih" ucap pegawainya
" kak sini.." teriak nindy pada pegawai itu
" iya mau pesan apa. non?" tanya pelayan
" saya pesan semua makanan dan minuman favorit disini" ucap Nindy
" baik non" ucap pelayan
" non apa gak marah liat itu??" ucap pelayan menunjukkan dengan dagunya
" gak, bos kalian emang kurang ajar" ucap Nindy
pelayan pergi membuatkan pesanan
Nindy melirik bryan saat mata mereka bertemu nindy memalingkan wajahnya
Bryan melepaskan tangan Maria tapi Maria tidak mau melepaskan tangannya
Nindy makan sepuasnya dengan sahabatnya setelah selesai mereka pergi
Nindy sudah sampai rumah dia sedang menonton Drakor kesukaannya
malam hari selesai mengantar Maria Bryan ke rumah Nindy membawa makanan untuk ibu. Desy
" Bu Nindy mana?" tanya Bryan
" di kamar, apa kalian sudah baikan?" tanya ibu Desy
" masalahnya rumit Bu" ucap Bryan
" semoga cepat selesai ya, kamu samperin aja kalian selesaikan secepatnya gak baik berantem lama lama" ucap ibu Dessy
Bryan ke kamar Nindy disana Nindy sedang fokus menonton menggunakan earphone
dia tidak mendengar kedatangan Bryan
Bryan memeluk erat Nindy dari belakang seperti guling membuat Nindy susah bergerak
" apaan sih lepas gak" ucap Nindy
" aku kangen sama kamu nin, please biar gini aja" ucap Bryan
" peluk aja sana Maria, Lo pembohong gue benci sama Lo" ucap Nindy
Bryan pindah ke hadapan Nindy tapi tidak melepaskan pelukannya dia menekan tengkuk Nindy dan menciumnya dengan kasar Nindy menolak memukul dada Bryan tapi tidak berhasil lalu Nindy menggigit bibir Bryan dan berhasil Bryan melepaskannya
Nindy mengelap bibirnya lalu kembali membelakangi bryan
Bryan memeluknya lagi membuat Nindy langsung bangun Bryan ikut bangun
Nindy berbalik menghadap Bryan
plak
sebuah tamparan mendarat di pipi Bryan
Nindy mengambil jaketnya lalu pergi mengendarai motor
Bryan yang khawatir mengejarnya tapi dia kehilangan jejak
Nindy berada di sebuah danau dia duduk pinggir danau sambil melempar batu
seseorang datang memegang bahunya membuat Nindy panik
dia berjongkok menutup kepalanya dengan tangan
" jangan apa apain gue gue mohon" ucap Nindy
" pergi pergi pergiiiiiii, jangan sentuh gue" lanjut Nindy
" hey hey tenang ini gue damar" ucap damar
" ohh damar sorry gue kira orang jahat" ucap Nindy
" ngapain disini? Lo gak takut?" ucap damar
" gue lagi kesel aja" ucap Nindy seraya berdiri akan pergi
" mau kemana sih buru buru?" tanya damar
" ya kali aja Lo juga butuh tempat buat sendiri, gue gak mau ganggu" ucap Nindy
" kata siapa? gue kalo lagi galau gak suka menyendiri mending gue pergi ketempat rame seneng seneng" ucap damar
" ya setiap orang kan beda beda cara mengekspresikan kekesalannya" ucap Nindy
" tapi menyendiri di tempat gelap gak mengobati kekesalan" ucap damar
" sini kunci motor" ucap damar seraya mengulurkan tangannya
" buat apa? " ucap Nindy
" kita seneng seneng" ucap damar
" jangan bawa gue macem macem ya" ucap Nindy membuat damar tertawa terbahak
" Lo pikir gue bang leo yang suka ke club malam sama cewek cewek git?" ucap damar
" emang kak Leo kayak gitu ya?" tanya Nindy
" iya kalo lagi galau" ucap damar
Nindy memberikan kuncinya pada damar
damar mengendarai motornya kesebuah rumah yang besar tampak asri karena banyak pohon dan tanaman
Nindy terpaku melihat rumah mewah yang tampak sejuk meski pun tidak sebesar rumah Bryan tapi Nindy suka dengan penghijauan di sekitarnya
" ini rumah siapa? " tanya Nindy
" rumah gue lah" ucap damar
" kok kita kesini?" ucap Nindy
" kita taro motor Lo disini terus kita jalan kaki" ucap damar
"mau kemana lagi? jangan malem malem ya?" ucap Nindy
" iya , sekarang baru jam 8 kita pulang jam 10 gimana?" tanya damar
" kayaknya gak terlalu malem, oke deh" ucap nindy
mereka berjalan melewati luasnya taman dekat rumah damar sampai akhirnya mereka sampai di pasar malam
Nindy membulatkan matanya dia senang karena sudah lama tidak pergi ke pasar malam
" ayo masuk kita senang senang" ucap damar
Nindy masuk senyumnya terus mengembang melihat keramaian disana
kekesalannya terobati hanya dengan pergi ke pasar malam
damar semakin mengagumi Nindy karena dia bukan gadis yang matre dan sok jaim
meskipun dia cantik tapi Nindy tidak gengsi pergi ke tempat seperti itu
damar menawarkannya jajanan atau naik wahana tapi Nindy menggeleng
" kenapa?" tanya damar
" gue gak bawa dompet hp aja ketinggalan, Lo liatkan gue pake baju tidur" ucap Nindy membuat damar tertawa
" gara gara kesal Lo lupa apapun? gimana kalo motor Lo mogok? mau minta bantuan sama siapa?" tanya damar
" iya ya kok gue oon banget sih" ucap Nindy
" Lo bebas jajan atau naik apa pun gue teraktir deh" ucap damar
" yang bener nih" ucap Nindy
" bener" ucap damar
Nindy menarik tangan damar naik bianglala, naik kuda berputar dan berbagai wahana dia juga menyuruh damar memenangkan boneka pada permainan lempar kaleng dan menembak
setelah mendapat dua boneka beruang Nindy mengajaknya membeli permen kapas
Nindy merasa senang dan melupakan kekesalannya pada Bryan
setelah puas bermain nindy melihat jam tangan damar
" udah jam 10 mar pulang yuk" ajak Nindy
mereka pulang ke rumah damar untuk mengambil motor Nindy
sebelum pergi Nindy memberi satu boneka beruang coklat pada damar dan menyimpan satu boneka pink untuk nya
" tunggu gue simpan boneka dulu" ucap damar
Nindy menunggu damar yang ternyata mengeluarkan motornya
damar mengantar Nindy dengan mengikutinya dari belakang
sesampainya di depan rumah Nindy mereka turun dari motor dan melepaskan helm yang mereka pakai
'' thanks ya Lo udah ajak gue seneng seneng" ucap Nindy
" iya kapan kapan kita ajak Wina sama dara" ucap damar
" gue pulang ya udah malem, bye" ucap damar
" iya bye, thanks ya sekali lagi hati hati" ucap Nindy melambaikan tangannya
damar sudah pergi ketika Nindy akan masuk melewati mobil Bryan betapa terkejutnya Nindy di hadang pintu mobil Bryan yang tiba tiba terbuka
Bryan turun langsung menggendong Nindy ke dalam mobilnya dan melemparkan boneka ke pintu rumah Nindy
Nindy hendak keluar tapi Bryan lebih dulu mengunci pintu mobilnya
Bryan membawa Nindy ke apartemennya meskipun Nindy berontak Bryan menggendongnya lalu menjatuhkannya di atas ranjang
Nindy hanya menangis melawan pun percuma tenaganya tidak bisa mengalahkan tenaga seorang lelaki
selesai dengan pergulatannya Bryan menjatuhkan dirinya di samping Nindy memakai selimut lalu tidur membelakangi nindy
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 118 Episodes
Comments