Perjuangan Elno

Pukul enam pagi Elno baru sampai di rumah. Ia meletakkan beras serta bahan lauk yang telah dibeli. Setelah pulang dari kelab, Elno menyempat diri menjadi kuli panggul serta belanja kebutuhan dapur.

"Kamu pulang terlambat," tegur Kara.

Sejak pukul lima pagi, Kara menunggu kedatangan Elno. Ditelepon dan dikirim pesan, tetapi suaminya tidak menjawab. Pekerjaan di kelab membuat Kara khawatir.

"Iya. Aku mencari pekerjaan tambahan. Aku ingin istirahat sebentar. Dua jam lagi harus ke kampus," ucap Elno.

Kara mengangguk. "Kamu tidur saja di dalam."

"Di sini saja. Aku belum mandi. Kasihan nanti Finola."

Elno meraih bantal kecil menjadi penyangga kepala dan tikar sebagai alasnya. Rasa letih mendera tubuh. Dalam sekejap ia terlelap.

Kara menyalin beras serta sayur yang dibawa oleh suaminya. Semua pesanan telah Elno beli, tetapi Kara heran melihat daun kecil berwarna hijau.Termasuk batangnya.

"Ini sayur apa daun, ya?" tanya Kara pada diri sendiri.

Ingin bertanya kepada Elno, tetapi suaminya itu tengah tidur. Kara menyimpan daun itu ke dalam kantung plastik kresek. Ia mulai memasak nasi dan lauk untuk sarapan.

Rasa enggan bergerak menghampiri. Elno harus bangun ketika alarm di ponsel berdering. Sebenarnya ia ingin tidur lagi. Waktu satu jam tidaklah cukup untuk istirahat, tetapi ia harus bangun demi pergi ke kampus.

"Mumpung kamu sudah bangun. Daun yang kamu beli itu sayur apa?" tanya Kara.

"Daun?" Elno malah balik bertanya.

Kara berjalan pelan-pelan meraih kantung plastik hitam, lalu menunjukkan daun hijau kepada Elno.

"Ini apa?"

"Oh, itu namanya daun katuk. Kamu buat sayur bening. Kata bibi di pasar supaya asi kamu lancar. Biar makin banyak," kata Elno.

"Aku kirain ini daun," sahut Kara yang sungguh tidak tahu apa pun.

"Aku juga mengira begitu saat pertama kali melihatnya. Kamu campur tahu yang aku beli tadi," ucap Elno.

"Tahu-nya sudah aku sambal," Kara berucap sembari menyengir.

Elno tertawa. "Buat sayur bening itu saja. Yang penting harus dihabiskan."

Kara mengangguk. "Kita makan bersama dulu. Setelah itu baru kamu mandi."

Elno meraih Kara untuk duduk. "Biar aku yang melayanimu. Kamu baru melahirkan. Aku takut jahitannya terlepas."

Kara bersyukur Elno sangat perhatian padanya. Ketakutannya selama ini tidak terjadi. Elno sangat bertanggung jawab.

"Memangnya ibu melahirkan boleh makan makanan pedas?" tanya Elno.

Kara mengangkat bahu. "Aku enggak tau. Lagian sambal tahu-nya enggak begitu pedas."

"Makan saja apa yang ada. Yang penting perut terisi."

"Oh, ya. Pulang nanti beliin pembalut sama popok sekali pakai buat Finola."

Elno mengangguk. "Iya. Apalagi?"

"Kayaknya itu saja. Nanti aku kirim pesan kalau butuh sesuatu."

Tengah makan, Finola merengek. Kara lekas membasuh tangan di air yang telah disediakan oleh Elno dalam baskom. Begitu juga Elno, ia rela menghentikan makannya demi membantu Kara.

"Dia haus," kata Kara.

"Dari tadi Finola tidur terus?" tanya Elno.

"Tadi dia bangun. Habis itu tidur lagi. Kata bu Warni, jangan dibiarin tidur terlalu lama. Dia juga kasih aku makanan. Katanya buat ngemil," tutur Kara.

"Kok, aku enggak dengar dia masuk ke rumah."

Kara tertawa. "Kamu tidurnya pulas banget. Bu Warni panggil-panggil malah enggak dengar."

"Iya. Aku capek banget. Aku lanjut makan, deh."

Elno keluar kamar, ia melanjutkan makan. Selesai mengisi perut, Elno segera membersihkan diri. Ia sibuk sendiri untuk berangkat ke kampus. Sebelum pergi, Elno memindahkan meja kecil di depan kamar. Ia menyiapkan air minum, piring plastik, serta roti pemberian tetangga agar Kara tidak berjalan jauh.

"Sayang, Papa pergi dulu, ya." Elno mengecup lembut pipi putrinya. Lalu, beralih pada Kara. "Jamu jangan lupa diminum."

Kara mengangguk. "Iya. Kamu hati-hati di jalan."

...****************...

Rasanya Elno tidak kuat mengikuti pelajaran. Tubuh lelah, matanya berat karena mengantuk. Jika dituruti napsu, maka Elno lebih baik bolos dan pergi tidur saja. Namun, ia tidak ingin mengecewakan Kara. Lebih cepat lulus, maka lebih cepat mendapat pekerjaan kantoran.

"El, tugasku kamu yang kerjainnya," kata Ilmi.

Elno mengangguk. "Aku dapat potongan berapa?"

"Lima ratus ribu."

"Setuju, deh. Aku langsung cabut, ya. Ada urusan," kata Elno.

"Buru-buru amat," sahut Tedy.

"Kalian tau kalau Kara enggak bisa terlalu banyak gerak. Aku juga harus ngerjain tugas. Belum lagi kerja."

"Nasibmu, El," celetuk Tedy.

"Biarin si Elno. Kita nongkrong saja," kata Ilmi sembari merangkul Tedy.

Elno menatap nanar sahabatnya. Ia juga mau seperti mereka. Namun apa daya, ada tanggung jawab besar di pundaknya. Pulang kampus, Elno pergi membayar kreditan laptop, lalu belanja pembalut dan popok bayi.

Elno mengerutkan kening saat melihat kasir yang bingung melihat belanjaannya. "Kenapa, Mbak?"

"Eh, enggak apa-apa, Mas."

"Ini untuk istri dan anak saya," kata Elno menunjuk pembalut bersayap dan popok sekali pakai.

"Iya, Mas." Kasir minimarket jadi salah tingkah.

Kenapa, sih? Memang aneh kalau cowok beli pembalut? "Terima kasih, Mbak," ucap Elno sembari menyerahkan biaya belanjaannya.

...****************...

Elno melangkah masuk ke dalam rumah. Hening. Perlahan ia melangkah menuju kamar dan melihat istri serta anaknya tengah tidur. Elno menggantung tas, dan mengganti pakaiannya. Saat ke kamar mandi, baju kotor bertumpuk termasuk popok kain milik Finola.

Jika siang hari, Kara akan memakaikan putrinya popok kain. Ini demi menghemat diaper sekali pakai. Elno menghela napas panjang. Langsung ia meraih tumpukan baju, lalu mencucinya.

Mendengar suara air dan sikat, Kara terbangun. Ia mencoba berdiri dengan tumpuan dinding. Kara berjalan perlahan menuju bilik mandi dan melihat Elno tengah mencuci.

"Maaf, ya, El. Kamu malah mencuci baju," kata Kara.

"Enggak apa-apa. Aku bisa, kok," sahut Elno. "Kamu istirahat saja."

"Aku bantu bilas," ucap Kara.

"Jangan. Beberapa hari ini biar aku yang berberes. Kamu baru kemarin melahirkan. Aku takut," kata Elno. "Oh, obat dari dokter sudah diminum? Kamu enggak lemah, kan?"

Kara menggeleng. "Aku baik-baik saja."

"Seharusnya aku memberimu makanan bergizi. Susu saja aku tidak mampu membelinya."

"Hei! Kamu memberiku makan yang cukup. Aku panasin lauk dulu buat kamu makan," kata Kara.

Kara menitikkan air mata. Ia bahagia bersama Elno, tetapi melihat suaminya seperti itu terasa menyakitkan. Kara harus tetap bersyukur. Ada lebih banyak orang yang lebih susah darinya. Punya tempat tinggal dan bisa makan sudah lebih dari cukup. Ini hanya sementara. Kara yakin suatu saat ia dan Elno akan bahagia.

"Ini hanya masalah waktu. Sebentar lagi Elno akan mendapat pekerjaan yang layak dengan gaji besar. Saat itu kebutuhan kami akan berkecukupan. Aku harap itu lekas terjadi," ucap Kara.

Bersambung

Terpopuler

Comments

beby

beby

Amin

2023-01-25

0

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

semangat papa El o demi mama kara dan Dede finola 💪

2022-12-17

0

💖Chacha~Q®F💖

💖Chacha~Q®F💖

AQ pengennya mereka bahagia,tapi kalo liat judulnya kara bakalan sedih aja deh🤧🤧

2022-11-14

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!