Luluhnya Elno

"Wajahmu kenapa?" tanya Ilmi.

"Kusut melulu," sahut Tedy.

"Lagi mikirin Kara," jawab Elno.

"Kenapa dia? Mau hamil lagi? Tinggal buat saja apa susahnya," celetuk Tedy.

Ilmi menoyor kepala sahabatnya. Enteng sekali Tedy mengatakan hal itu. Elno juga melakukan hal sama. Buat bayi memang gampang karena mereka telah resmi menikah, tetapi Elno dan Kara sama-sama menunda momongan sebelum mereka benar-benar mandiri.

"Aku serius. Kara ingin jadi TKW di Hongkong," ucap Elno.

"Seriusan?" tanya Ilmi.

Elno mengangguk. "Iya. Dia ngambek karena aku enggak kasih izin. Hongkong itu jauh. Kara di sana bukan liburan yang seminggu kemudian pulang. Entah berapa tahun nanti kami akan bertemu."

"Kara dapat ide dari mana? Tiba-tiba mau jadi TKW," sahut Tedy.

"Tetangga dekat rumah punya kerabat yang kerja di sana dan sukses. Kara mau ikutan. Biar dapat beli rumah, biaya pendidikanku dan tabungan usaha," tutur Elno.

"Ada bagusnya, sih. Hidup kalian saja sudah sangat susah. Kara pergi memang ingin menaikkan taraf hidup kalian," timpal Ilmi.

"Betul juga, sih. Kalau ingin sukses harus ada yang berkorban. Enggak mungkin juga kamu yang jadi TKI. Kara ingin kamu lulus dan kerja kantoran," sambung Tedy.

"Aku enggak mau pisah dengannya," ucap Elno.

"Susah juga, sih. Apalagi kalian sudah suami dan istri. Pasti kamu enggak mau kedinginan tidur malam." Tedy terkekeh ketika mengucapkannya.

"Ish, isi kepalamu harus dibersihkan," kata Ilmi.

"Bukan hanya itu. Mana ada pria yang ingin berpisah dari wanita yang ia cintai." Membayangkannya saja Elno tidak sanggup.

"Itulah pengorbanan, El. Kalau hidup kalian mau berubah, sih. Anggap saja ujian menuju kebahagian," ucap Ilmi.

Elno mengangguk. "Iya, aku coba bicarakan lagi dengan Kara. Siapa tau dia mau berubah pikiran."

Ilmi dan Tedy menepuk pundak sahabatnya. Niat Kara memang baik. Ia ingin bekerja demi masa depan mereka yang lebih baik. Ini juga sebagai pengalaman hidup yang akan keduanya jalani.

"Aku balik. Terima kasih traktirannya. Kara pasti senang aku bawain ayam goreng. Semoga dia enggak marah lagi," kata Elno.

Untungnya Elno bertemu Tedy dan Ilmi di jalan. Ketiganya sempat makan bersama di restoran ayam cepat saji dengan Ilmi yang menjadi bos-nya.

"Iya, hati-hati di jalan," kata Ilmi dan Tedy bersamaan.

Elno keluar dari restoran ayam goreng. Ia menuju parkir di mana motornya berada. Ilmi dan Tedy cuma memperhatikan dari balik kaca tempat mereka duduk.

"Kara sampai berpikiran seperti itu. Kalau aku menikah muda, pasti hidupku juga begitu," kata Tedy.

"Nasib orang beda-beda. Ada, kok, nikah muda tapi makmur. Tapi kebanyakan berakhir dengan perpisahan, sih. Untungnya Kara tidak seperti wanita lain. Dia rela tidak lagi bergabung bersama teman-temannya," kata Ilmi.

"Kara ingin, tetapi dia sadar statusnya sudah berubah. Dia tidak mungkin kumpul dengan teman sebaya yang mikirin penampilan dan cowok tampan," ucap Tedy.

"Sok tau!" Ilmi bangkit dari duduknya. "Yuk, pulang."

...****************...

Sesampainya Elno di rumah, Kara masih mengurung diri di dalam kamar. Elno mengetuk-ngetuk pintu sedari tadi, tetapi Kara tetap kukuh untuk berdiam diri di sana.

"Sayang, aku bawain ayam goreng kakek tua berjanggut. Cepat keluar. Nanti keburu dingin," seru Elno.

"Aku enggak mau makan," sahut Kara.

"Sayangku. Kita bicara dulu, deh. Kamu mau apa? Kasih alasan agar aku bisa izinin kamu ke luar negeri."

"Aku sudah bilang tadi."

"Kasih lagi alasan yang kuat. Aku enggak suka sikap kamu begini. Kita bicara baik-baik," kata Elno.

Terdengar kunci diputar. Elno langsung menekan gagang agar pintu terbuka. Ia masuk ke dalam kamar. Kara diam saja dengan melipat tangan di perut dan posisi membelakangi suaminya.

"Pikirin dulu secara matang, Sayang. Jangan ikut-ikutan orang. Kamu sanggup kerja begituan? Berat, loh," kata Elno.

"Mana ada kerja yang ringan. Semuanya keras dan berat," jawab Kara.

"Kalau bicara lihat aku, Sayang," ucap Elno.

Kara memutar diri menghadap sang suami. Elno mendekat, ia mengangkat dagu istrinya. Ia kecup kening Kara dengan lembut.

"Aku tanya sekali lagi. Kamu yakin mau kerja di sana?" ucap Elno.

Kara mengulurkan tangan mengusap wajah Elno. "Aku ingin hidup kita berubah, Sayang. Lihat wajahmu ini. Kamu sudah cukup bekerja keras."

"Itu sudah kewajibanku," ucap Elno.

"Lihat wajah dan tubuhmu ini. Matamu cekung, kurus. Kamu perlu istirahat."

"Aku begini karena untuk kita. Kamu malu punya suami jelek begini?"

"Kamu selalu tampan di mataku," ucap Kara.

"Jadi, kamu tega ninggalin suami tampanmu ini?" Elno masih ingin membujuk Kara agar mengurungkan niatnya.

"Kita masih bisa teleponan nanti. Sekarang media sosial sudah canggih. Aku akan selalu melakukan panggilan video," ucap Kara.

"Tetap saja rasanya berbeda."

Kara memeluk Elno erat. Ia kecup bahu kurus sang suami. "Sayang, ini juga demi kita. Aku janji untuk pulang kalau pekerjaan itu tidak baik."

Elno menarik napas panjang, lalu berucap, "Baik. Kalau itu sudah menjadi keinginan kamu, aku izinkan."

Kara menarik diri kemudian menatap Elno. "Sungguh? Kamu beneran izinin aku?"

Elno mengangguk. "Iya, Sayang."

Kara mengecup seluruh wajah suaminya. "Sayang, aku makin cinta sama kamu. Terima kasih."

Elno memeluk erat istrinya. Ia kecup beberapa kali puncak kepala Kara. Keduanya saling menatap, lalu merebahkan diri bersama-sama di kasur lantai.

Satu per satu pakaian yang melekat dari tubuh keduanya terlepas. Elno mengecup bibir Kara, membelitnya lembut dengan rasa sayang. Kuku jari Kara mencengkeram. Memberi goresan cinta di tubuh kurus Elno.

"Aku akan menidurimu setiap hari," bisik Elno.

"Aku bersedia jika kamu mampu melakukannya," balas Kara.

Perlahan desakan itu Kara rasakan. Pelan, tetapi menghunjam dalam. Seluruh tubuh serasa terbakar. Hunjaman bertempo lambat berganti cepat. Sentakan kuat dirasa dan Kara tidak sanggup menahan suara berat yang keluar.

Setitik demi setitik keringat dari kening Elno menetes di tubuh bagian depannya. Kara memeluk suaminya, melingkarkan kedua kaki di pinggang Elno agar desakan yang diberikan semakin nikmat.

Dalam, kuat dan cepat hingga Kara memejamkan mata dan tubuhnya melemah ketika mendapat pelepasan. Disusul Elno yang mengembuskan napas lega dan lelahnya.

"Kamu mengeluarkannya di dalam," kata Kara.

"Kelepasan tadi," ucap Elno sembari tertawa.

"Kamu lepasin aku dulu. Aku mau bersih-bersih."

"Nanti dulu. Aku mau sekali lagi," pinta Elno.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Aulia Nia

Aulia Nia

mudah2an sebelum berangkat jd TKW kara udah hamil lg. jd gagal deh ke luarnegerinya

2023-09-12

0

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

lepaskan aja terus di dalam biar Kara g jd keluar negeri😅😅😅

2022-03-20

1

Mifta Siregar

Mifta Siregar

baca opsi nya kara bakal berangkat selama 10 tahun pulang nya dapat kejutan,tp kejutan apa itu ya
jgn bilang se elno selingkuh atau punya istri lagi
uhhh jd ngak sabar kan nunggu up nya

2022-03-16

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!