Mencoba

Setengah hari Elno berada di bengkel Didi dan ia mendapat upah dua puluh puluh ribu ditambah nasi bungkus dan sabun colek hadiah dari istri Didi.

Nasi bungkus hanya nasinya saja yang Elno makan. Didi begitu baik dengan membelikannya nasi ditambah sepotong ayam goreng.

Ia mengingat Kara yang tengah hamil. Pasti istrinya lebih membutuhkan daripada dirinya sendiri. Elno sampai di rumah pukul setengah enam sore. Kebetulan Kara tengah berada di teras.

"Aku sengaja menunggumu," kata Kara.

"Aku punya buah mangga dan lauk untuk kamu makan. Nih, salin dulu." Elno menyerahkan kantung plastik hitam bawaannya.

"Dapat dari mana buahnya. Kita enggak punya duit buat beli."

"Dari belakang sekolah. Aku mandi dulu. Nanti ngobrol lagi," kata Elno.

"Aku mau lihat nilaimu."

"Lihat saja di dalam tas. Kamu simpan baik-baik harta suamimu itu," teriak Elno sebelum ia masuk ke dalam kamar mandi.

Kara cuma bisa menggeleng, ia membongkar dulu makanan bawaan Elno. Kara ingin menitikkan air mata sebab Elno masih ingat akan dirinya. Ayam goreng itu masih utuh tanpa tersentuh. Hanya nasinya saja yang suaminya makan. Lalu, buah yang diambil Elno dari belakang sekolah meski mangga itu harus didiamkan beberapa hari sebelum benar-benar matang.

Kara membuka tas ransel suaminya. Ia melihat daftar nilai yang lumayan bagus. Jika Elno mendaftar di universitas pasti ia akan lulus diterima dengan mudah.

"Sudah lihat," tegur Elno.

Kara mengangguk. "Iya. Nilaimu cukup bagus. Kamu yakin enggak mau kuliah?"

"Aku mau, tapi duitnya enggak ada."

"Aku punya tabungan. Kira-kira ada tujuh sampai delapan juta," ucap Kara.

"Apa?" Elno kaget mendengarnya. "Kenapa kamu enggak bilang kalau punya duit banyak?"

Kara tertawa. "Uangnya di sekolah. Lusa aku akan mengambilnya. Dari kelas satu aku menabung buat kuliah tanpa sepengetahuan mama dan papa."

Elno mengusap lembut puncak kepala istrinya. "Simpan saja uangnya. Buat persalinan nanti."

"Aku rasa itu akan cukup buat daftar sama biaya persalinan. Salah satu dari kita harus meraih mimpinya. Aku juga pengen punya suami sukses. Kerja kantoran," tutur Kara.

Elno tersenyum. "Aku akan pikirkan nanti. Kita makan saja, yuk. Aku sudah lapar. Masak apa kamu hari ini?"

"Nasi goreng."

"Pas kalau begitu. Ada ayam gorengnya."

Kara menyiapkan makanan untuk ia dan suaminya. Berbekal bumbu cepat saji, makanan sederhana jadi lebih enak. Elno lahap makannya termasuk juga Sara.

...****************...

Dua hari kemudian, Elno mengantar Kara ke sekolah mengambil pembagian ijazah serta uang tabungan. Elno berdiam diri di depan gerbang sekolah sembari menunggu.

"Hai, El. Setia banget nungguin Kara," celetuk Sari.

Elno tersenyum. "Iya, dong. Pasangan harus setia dalam apa pun."

"Kalian satu kampus nanti?"

"Belum tau," jawab Elno sekenanya.

Artinya, teman Kara belum ada yang mengetahui kalau sebenarnya mereka berdua telah menikah.

"Kara itu lagi hamil," cetus seorang wanita.

Elno dan Sari menoleh ke sumber suara. Elno ingat jika remaja yang menyela adalah teman beda kelas Kara, tetapi rumah mereka berdekatan. Pasti masalah kehidupan Kara sudah tersebar.

"Hamil?" tanya Sari.

"Wah! Ketinggalan gosip kamu. Semua teman sudah tau kali. Guru saja sudah tau gosipnya. Anak-anak pada ngomongin di grup obrolan," ungkap Delia.

"Memangnya kenapa kalau dia hamil? Toh, Kara punya suami. Aku suaminya," balas Elno.

"Kalian sudah menikah?" tanya Sari.

"Iya, kita sudah menikah. Enggak ada masalah, dong. Kalau Kara hamil anakku."

"Nanti aku chat kamu, Sari," ucap Delia, lalu melangkah pergi.

"Maaf, El. Mungkin mereka ngegosip di grup lain. Soalnya di grup kelas enggak ada yang ngomongin Kara. Sungguh, El. Aku beneran enggak tau masalah kalian. Kara juga enggak bilang apa pun," kata Sari.

"Aku dan Kara sudah menikah dan istriku memang hamil," ucap Elno.

Sari mengangguk. "Selamat, deh. Buat kalian."

"Terima kasih."

"Sayang!" seru Kara.

Elno segera menghampiri Kara, sedangkan Sari menyingkir sebab ia tidak mau menganggu. Kara memeluk Elno dan memperlihatkan uang selama ini ia tabung.

"Ada delapan juta di dalam tabungan ini. Uangnya sudah ditransfer ke dalam akunku," kata Kara.

"Kamu simpan uangnya. Setidaknya aku bisa bernapas lega."

"Beneran enggak mau kuliah? Nilai bagus. Masuk ke perguruan negeri biayanya tidak akan mahal."

Elno mengangguk. "Iya. Aku akan coba."

Kara tersenyum. "Baguslah kalau begitu. Untuk uang semesternya, aku yakin kita dapat mengumpulkannya."

Elno mengangguk. "Aku akan berusaha keras. Ayo, kita pulang."

...****************...

Elno setuju atas saran dari Kara. Memang salah satu dari mereka harus meneruskan pendidikan. Setidaknya agar bisa mendapat pekerjaan yang layak. Elno ingin membahagiakan Kara.

Akhirnya, ia ikut mendaftar meski terlambat. Tinggal mengikuti tes dan menunggu hasil, maka baru tahu apakah Elno akan diterima di perguruan tinggi.

Sebenarnya Elno juga tidak terlalu berharap. Diterima syukur. Kalaupun tidak, juga tidak menjadi soal.

"Kenapa aku merasa berdebar menunggu hasilnya?" kata Kara.

"Kamu enggak apa-apa kalau aku yang kuliah?" tanya Elno.

Kara menggeleng. "Tentu saja tidak karena kamu yang akan mencari uang untuk kami."

Elno mengusap perut Kara yang sudah mulai terlihat membuncit. "Aku malah tidak sabar agar bayi kita lahir."

"Apa kita harus pulang ke rumah setelah bayi ini lahir?" tanya Kara.

Elno mengedikan bahu. "Aku juga tidak tahu."

"Bisakah kamu mengantarku ke rumah? Aku ingin ambil pakaian. Mama mungkin mau menerimaku."

"Boleh juga dicoba," kata Elno.

"Kita berangkat sekarang saja."

Tidak ada salahnya mencoba kembali ke rumah orang tua mereka masing-masing. Bagaimanapun tidak ada orang tua yang akan menelantarkan anaknya sendiri.

Elno mengantarkan Kara terlebih dulu ke rumah orang tuanya. Bel ditekan, rasa gugup melanda keduanya. Tidak lama pintu dibuka oleh seorang pria paruh baya dan itu adalah ayah dari Kara.

"Mau ngapain lagi kemari! Butuh duit? Kamu bukan lagi anakku!" ucap Sang Ayah.

"Siapa yang datang, Pa?" tanya Ibu dari Kara yang baru saja tiba.

"Mama," panggil Kara.

"Nak, kamu kembali." Sang ibu ingin memeluk putrinya, tetapi dihalangi.

"Sudah cukup, Ma. Dia diusir pun masih mencoreng kotoran di keluarga kita. Betapa malunya kita atas perbuatannya! Sekarang kamu pergi dari sini, Kara. Kami tidak sudi menerimamu," ucap Sang Ayah.

"Kara datang untuk ambil pakaian."

"Kebetulan kamu datang." Sang ayah masuk ke dalam rumah, lalu tidak lama kembali dengan mengeret koper. "Nih, ambil dan pergi dari sini!"

"Pa, maafkan Kara," pintanya.

"Pergi!" usir Sang Ayah.

Elno mengambil koper yang dibuang mertuanya. "Ayo, Kara. Kita sudah tidak diterima di sini. Lebih baik kita pergi."

Kara mengangguk. "Mama, Papa. Kara pergi dan tidak akan kembali."

Bersambung

Terpopuler

Comments

Sopi

Sopi

ortunya gebleg...aku juga pernah d klg ada yg begini tpi bisa menerima dan beelapang dada ...bikin geram ortu begini sadis amat ma anaknya sendiri..suka heran aja klo ada yg begini...kecewa sih pasti kecewa tpi ga segitu nya kali

2022-08-06

0

scarlet

scarlet

kejam amat jd org tua,,, anak emang salah tp ortu jg hrs bijak,, rangkul dan arahkanlah kembali k jln yg benar

2022-07-30

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

sedihnya😭😭😭
nanti pas kara sama Elmo dah sukses baru mereka mengakuimya

2022-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!