Penolakan Elno

Kara sudah memasukkan dua lamaran kerja di kafe dan minimarket. Ia berharap dari dua tempat, ada salah satunya yang bisa memperkerjakan dirinya.

Selagi menunggu wawancara, Kara berdiam diri di rumah. Kadang-kadang juga ia berkumpul bersama tetangga. Dari yang Kara tahu, ada beberapa ibu rumah tangga yang menjadi pembantu harian di rumah orang kaya. Kara tertarik untuk itu, tetapi Elno tidak mengizinkan.

"Sudah dapat kerja belum?" tanya Bu Warni.

"Belum, Bu. Lagi nunggu, nih," jawab Kara.

"Keponakan Ibu kerja di Hongkong. Lima tahun di sana sudah dapat bangun rumah dan beli tanah di kampung. Ini katanya mau beli mobil."

"Oh, ya, kerja apa memangnya?" tanya Kara.

"Jadi pengasuh orang tua. Kalau dapat majikan baik, hidup kita makmur. Keponakan Ibu enggak mau pulang saking betahnya," ucap Bu Warni.

"Caranya ke sana bagaimana?" Kara tertarik dengan obrolan ini.

"Ada yang bawa. Agen penyalur tenaga kerja. Kamu mau? Kebetulan nanti keponakan Ibu cuti pulang. Nanti Ibu kabarin gimana?"

"Jadi, Ibu mau balik ke kampung?"

"Besok rencananya," jawab Warni.

"Boleh, deh, Bu. Saya tanya-tanya dulu tentang kerjanya," kata Kara.

"Nanti Ibu kasih tau. Paling harus disiapkan paspor, visa. Oh, kalau kamu tau bahasa asing lebih hebat lagi."

"Kara mau, Bu. Kalau bahasa inggris, Kara jago."

"Iya. Ibu akan kasih tau kalau kamu tertarik buat ke luar negeri," ucap Warni.

Senyum Kara terbit ketika melihat Elno dari kejauhan. Ia pamit pulang kepada Warni dan menyambut kedatangan Elno.

Elno mematikan mesin motor dan membuka helm. "Asik ngobrol kayaknya."

Kara tersenyum. "Cuma ngobrol biasa."

"Aku bawain kamu es boba."

Elno menyerahkan satu kantong berisi dua gelas es boba cokelat. Kara senang hati menyambutnya. Suasana panas memang cocok menikmati minuman dingin.

Keduanya masuk rumah. Elno melepas tas ransel, lalu duduk di lantai. Begitu juga Kara yang mendaratkan tubuhnya di samping sang suami.

Elno meraih es boba cokelat dari tangan Kara, lalu menyeruputnya. Rasa dingin dan manis ia rasakan ketika air itu menjumpai indra perasa dan tenggorokannya.

"Sayang, aku ingin kerja di luar negeri," ucap Kara.

Elno terbatuk-batuk. Dengan cepat Kara mengusap punggung belakang suaminya. Elno seruput lagi minuman dinginnya, barulah ia tenang.

"Kamu bilang apa?" tanya Elno.

"Mau kerja di luar negeri," jawab Kara.

"Jauh amat. Mau kerja apa di sana?"

"Katanya jadi pengasuh orang tua. Gajinya gede, loh," ucap Kara.

"Kamu tau dari mana, sih? Tiba-tiba saja punya keinginan kerja di luar negeri."

"Keponakan bu Warni kerja di Hongkong. Dia sukses di sana. Bisa beli rumah, sawah, mobil di kampung. Aku mau juga gitu," tutur Kara.

"Jangan aneh-aneh, deh, Sayang. Masa kamu tega buat ninggalin aku. Hongkong itu jauh di sana. Aku enggak bisa mengantarmu dengan motorku," ucap Elno.

"Kalau aku kerja kita bisa buat rumah. Beli mobil, punya tabungan buat usaha nanti."

Elno menggaruk kepalanya. "Aku enggak izinin kamu. Nanti juga aku lulus kuliah bisa dapat kerja layak."

"Prosesnya lama, Sayang. Kalau langsung dapat kerja enak. Kamu harus melamar lagi terus mulai dari nol."

"Pokoknya aku enggak mau kamu keluar negeri. Aku enggak mau ditinggal sendiri. Titik!" ucap Elno, lalu bangkit dari duduknya dan melangkah ke kamar.

Kara mengembuskan napas panjang. Keinginannya untuk mengubah derajat rumah tangga gagal karena Elno tidak menyetujui rencana itu.

...****************...

Tiga minggu kemudian, bu Warni datang dari kampung dengan membawa sang keponakan. Kara tergiur melihat penampilan glamor dari wanita yang berumur dua puluh enam tahun. Kedua tangannya berderet gelang serta cincin emas.

"Kenalin keponakan Ibu. Namanya Susi. Kamu tanya-tanya tentang pekerjaan di sana," kata Warni.

"Iya, Bu," ucap Kara. Lalu, beralih kepada Susi. "Aku Kara." Sembari mengulurkan tangan.

Susi menyambut uluran tangan itu sembari tersenyum. "Susi. Kamu mau kerja di Hongkong jadi pengasuh? Biar aku bantu. Agen aku resmi. Jangan takut. Kalau ada apa-apa selama di sana, bisa minta tolong sama kedutaaan."

"Aku mau," ucap Kara, meski Elno melarang.

"Aku hubungi agen tenaga kerjanya. Kamu harus siapkan persyaratan, seperti KTP, kartu keluarga, surat izin suami, surat nikah, ijazah. Nanti nunggu lagi. Bukan langsung berangkat," kata Susi.

"Berapa lama?" tanya Kara.

"Setengah tahun. Nanti akan ada pelatihan lagi. Kalau kamu bagus belajarnya, pasti dapat kerjanya cepat," ucap Susi.

"Aku pandai bahasa inggris," kata Kara.

"Bagus itu. Lebih bagus lagi bahasa mandarin. Pokoknya tenang saja. Biasanya orang kaya di sana lebih mau sama pengasuh yang pandai bahasa asing."

"Aku mau," kata Kara. "Aku mau mengubah nasib keluarga. Bisa punya rumah, mobil sama tabungan."

"Aku juga betah. Nanti mau berangkat lagi. Majikanku baik di sana. Mau cari duit buat modal usaha sama pendidikan anakku," kata Susi.

Usai berbincang bersama Susi, Kara pulang. Ia tidak sabar menunggu kedatangan Elno dari kampus. Kara sudah memutuskan untuk bekerja di luar negeri.

Tidak lama, Elno pulang. Seperti biasa Kara menyambutnya dengan senyum. Tapi kali ini lebih lebar dan manis. Elno tahu pasti ada sesuatu yang membuat hati istrinya berbunga-bunga.

"Kamu kenapa?" tanya Elno.

"Keponakan bu Warni datang. Susi namanya. Penampilannya mewah, Sayang. Emas yang dia pakai banyak," kata Kara.

"Enggak takut dijambret, tuh?"

Kara tertawa. "Aku mikirnya begitu. Katanya, di rumah saja baru dipakai. Pas di jalan, disimpan."

"Terus? Kamu mau jadi seperti dia?"

"Izinin aku kerja. Aku bisa bantu kamu buat bayar uang kuliah. Kita bisa beli rumah, tabungan buat usaha. Agen penyalurnya juga resmi, kok," tutur Kara.

"Tega kamu! Jadi, aku ditinggalin sendiri? Berapa lama kamu di sana? Bukan sehari atau sebulan. Kita akan terpisah selama bertahun-tahun, Kara," ucap Elno, lalu melanjutkan. "Kamu enggak puas dengan hidupmu sekarang? Aku minta maaf karena enggak bisa kasih hidup yang layak buat kamu."

"Maksud aku baik. Aku ingin kita hidup dengan layak saja. Sampai kapan kita harus tinggal di rumah sewa ini? Aku juga enggak langsung berangkat. Menunggu lagi selama setengah tahun."

"Terserah kamu! Aku pusing berdebat masalah ini. Lama-lama aku enggak betah di rumah."

Kara melangkah masuk kamar dengan membanting pintu. Elno menghela napas panjang atas kelakuan istrinya. Mana mungkin Elno mengizinkan istrinya pergi merantau di negeri orang. Ia tidak ingin berpisah dari Kara. Sungguh Elno tidak sanggup.

"Sayang," seru Elno.

"Aku enggak mau ngomong," sahut Kara dari dalam kamar.

"Aku mau keluar. Mau dibawain makanan enggak?"

"Memangnya kamu punya duit? Uang listrik dan air saja belum dibayar."

"Ini mau dibayar. Aku bawaian ayam goreng mau?" tanya Elno membujuk.

"Aku mau yang ada di mal."

Elno menggaruk kepalanya. Ia menjejalkan tangan ke saku celana. Uang yang ada cuma cukup buat bayar tagihan rumah.

"Kalau uangnya cukup aku beliin," ucap Elno.

Bersambung

Terpopuler

Comments

beby

beby

jangan ke luar negeri kasian

2023-01-25

0

🍀 chichi illa 🍒

🍀 chichi illa 🍒

di satu sisi kasian elno pasti akan di tinggal lama .. sisi lain kara mau memperbaiki kehidupan .. kenapa gak pelan² di negri sendiri Ra ? LDR berat mbak e .... kalo gak kuat iman bisa²...........???😅😅😅😅

2022-12-17

0

Ety Nadhif

Ety Nadhif

kara ko jadi ngelunjak sih

2022-07-20

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!