Pinjaman

Elno mondar-mandir di depan ruang tindakan. Ia tidak tahu apa yang terjadi pada Kara. Namun yang jelas, Elno ingin agar istrinya baik-baik saja. Sekarang masalahnya adalah uang untuk membayar rumah sakit. Simpanan saja sudah terpakai. Lalu, di mana Elno harus mendapatkan uang dalam sekejap? Orang tua maupun mertua sudah tidak menerima mereka lagi.

"Bagaimana ini? Pinjam saja ke Ilmi kali, ya. Semoga dia punya uang," gumam Elno.

Pintu kamar terbuka. Suster datang dengan membawa bayi mungil. Perasaan Elno tidak karuan. Antara senang, gugup, malah lebih ke arah khawatir.

"Ikut saya ke ruang bayi," ucap suster.

"I-iya, Sus," jawab Elno.

Sekarang ia tidak tahu apa yang harus dilakukan. Sesampainya di kamar perawatan bayi, suster memberikan bayi mungil tersebut kepada Elno. Dengan susah payah ia menggendong sang anak yang berjenis kelamin perempuan.

"Silakan," ucap suster.

"Saya harus apa, Sus?" tanya Elno tidak tahu.

"Bayi yang baru lahir harus di adzan-kan."

"Oh, saya tau, Sus. Maaf, saya pikir harus apa," ucap Elno.

Elno mulai melakukan tugasnya sebagai seorang ayah. Bayi itu mengeliat, menangis dan Elno dilanda ketakutan jika putrinya akan jatuh dari gendongan.

Selesai dengan tugasnya, Elno segera mengembalikan kembali bayi itu kepada suster. Tangan Elno terasa lega setelah putrinya diambil alih oleh perawat.

"Dia menangis," kata Elno.

"Tidak apa-apa. Bapak silakan keluar dulu," kata suster.

Elno mengangguk, lalu segera pergi dari ruang bayi. Ia segera menemui Kara yang sudah dipindahkan ke ruang perawatan. Syukurlah Kara bisa melahirkan secara normal. Tuhan membantu keluarga kecil Elno. Kara bisa melahirkan secara langsung.

"Apa sakit?" tanya Elno.

Kara mengangguk. "Iya. Kamu sudah melihatnya?"

"Iya, dia lucu."

"Namanya siapa? Dia putri yang cantik," kata Kara.

"Kamu saja yang kasih nama. Aku tidak tau," ucap Elno.

"Bagaimana kalau Finola?" usul Kara.

"Boleh juga. Finola saja," ucap Elno.

"Belakangnya apa?"

Elno mengedikan bahu. "Finola saja. Enggak perlu terlalu panjang."

Kara mengangguk. "Iya. Finola saja sudah bagus."

"Kamu sendiri dulu, ya. Aku mau keluar."

Elno menunduk mengucapkan itu. Kara tahu apa yang dikhawatirkan suaminya. Pasti masalah uang untuk biaya rumah sakit. Mereka tidak punya simpanan. Uang yang ada tidaklah cukup untuk membayarnya.

"Aku baik-baik saja. Kamu pergilah," ucap Kara.

Elno meninggalkan kecupan di kening setelah itu beranjak dari kamar. Ia bergegas keluar dari rumah sakit. Elno pergi menemui sahabatnya Ilmi dan Tedy.

Beberapa kali Elno menelepon Ilmi maupun Tedy, tetapi tidak ada yang menjawab. Bahkan pesan yang dikirim juga belum dibaca. Itu artinya, dua sahabat Elno berada di tempat tongkrongan. Elno segera mengendarai kendaraannya ke sana.

Sudah diduga, sesampainya Elno di cafe biasa, Ilmi dan Tedy tengah asik kumpul bareng teman lainnya. Mereka bahkan tidak sadar Elno yang berdiri di belakang.

"Ilmi, Tedy!" tegur Elno.

"Ya, terhapus!" seru Ilmi. Lalu, menoleh ke belakang. "Elno! Bikin kaget saja."

"Aku sudah mau selesai buat video laporan laba ruginya. Mana besok harus dikumpulin lagi tugasnya," sahut Tedy.

"Iya," jawab Ilmi sembari menutup laptopnya. "Ada apa, El? Tumben mau kumpul bareng kita."

"Kalian berdua ikut aku sebentar."

"Ke mana?" tanya keduanya serempak.

"Ikut saja," desak Elno.

"Ayolah. Kita ikut," sahut Ilmi, lalu berpamitan kepada teman yang lain begitu juga Tedy.

Ketiganya keluar menuju parkiran motor. Sebenarnya Elno bisa saja bicara di dalam cafe. Tapi ia malu jika didengar oleh anak-anak yang lain.

"Sekarang kamu cerita. Ada apa?" tanya Tedy.

"Aku butuh duit. Kara sudah melahirkan. Kalau ada tolong bantu aku sedikit," ucap Elno.

"Kapan Kara melahirkan?" tanya Ilmi.

"Tadi. Aku izin kerja malam ini. Bayi kami perempuan. Kara melahirkan secara normal. Untung saja bayinya sehat. Untuk biaya rumah sakit aku tidak punya," tutur Elno.

"Aku punya dua juta," kata Tedy sembari mengeluarkan dompet dari saku celananya.

"Biar aku yang bayar," cegah Ilmi.

"Seriusan?" tanya Elno dan Tedy berbarengan.

"Seriuslah. Lagi banyak duit aku."

"Dapat dari mana?" tanya Elno.

Setahu Elno, sahabatnya Ilmi bukan orang kaya sekali. Ibu Ilmi seorang guru dan ayahnya masih aktif sebagai TNI AD.

"Dari langit," jawab Ilmi sembari tertawa. "Jangan khawatir. Aku dapat jatah dari mamaku. Rumah kami yang lama laku terjual. Aku dikasih dikit. Awalnya mau buat beli ponsel terbaru model lipat merek S."

"Kamu beneran mau pinjamin aku duit?" tanya Elno.

"Iya, tapi ada syaratnya."

"Apa? Jangan kayak rentenir, dong," sahut Tedy.

"Kalau aku enggak sempat kerjain tugas, kamu yang kerjain, ya," ucap Ilmi.

Elno mengangguk cepat. "Iya. Aku mau asal kamu bayarin rumah sakit Kara."

"Oke. Saksinya Tedy yang setuju kalau kamu mau kerjain tugasku. Tenang saja. Aku enggak bakalan tagih uangnya. Kamu bisa cicil dengan tugas-tugas yang kamu kerjain," ucap Ilmi.

"Aku mau, kok. Sekarang kita ke rumah sakit, yuk," ajak Elno.

"Aku juga ikutan. Mau lihat bayi kalian," kata Tedy.

Ketiganya mengendarai motor masing-masing. Selama tiga puluh menit berkendara, mereka sampai di rumah sakit. Elno langsung membawa Ilmi ke ruang administrasi. Biaya melahirkan sekaligus perawatan dan menginap sekitar lima juta rupiah. Elno juga mengatakan kalau ia akan membawa Kara pulang besok meski tidak dapat izin dari dokter.

"Kenapa bawa rumah sakit elit begini? Biayanya mahal, El," ucap Tedy.

"Aku panik, Ted. Kara sudah kesakitan. Saat itu pikiranku cuma rumah sakit," jawab Elno.

"Nih, ambil uang ini. Buat kamu jaga-jaga," kata Tedy dengan menyerahkan uang satu juta rupiah.

"Ini pinjaman atau kasih beneran?" tanya Elno.

"Aku kasih. Dulu kamu juga banyak bantu. Ambil saja," ucap Tedy. "Itu uang taruhan main game, kok. Enggak apa-apa juga."

"Terima kasih, Ted. Sekarang kita ke kamar rawat Kara," kata Elno.

Ketiganya berjalan menyusuri kamar kelas tiga yang Kara tempati. Ada dua ibu bersalin juga di sana bersama kerabat mereka. Kara tersenyum melihat kedatangan Elno.

"Bayinya sudah di sini rupanya," kata Elno.

"Iya. Dia mau minum susu," ucap Kara.

"Lihat, dia putriku dan Kara." Elno antuasias memperkenalkan putri mereka.

"Untung saja beratnya cukup. Finola juga sehat." Kara mengecup hidung kecil putrinya.

Ilmi dan Tedy melihat sosok kecil yang tidur itu. Masih kecil saja sudah cantik. Hidungnya mancung. Bibirnya kecil kemerahan. Sungguh imut dan menggemaskan.

Kara sangat cantik. Kulitnya putih, hidung mancung dan punya dagu lancip. Jika banyak wanita yang ingin membuat wajahnya tirus, maka Kara tidak perlu repot untuk itu. Elno lumayan tampan. Wajahnya manis. Beruntung Elno mendapatkan cewek populer sebagai pacarnya dan sekarang malah jadi istrinya.

"Selamat buat kalian berdua," ucap Ilmi.

"Selamat, El, Kara. Enggak nyangka kalian sudah jadi mama dan papa," kata Tedy sembari tersenyum.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Ety Nadhif

Ety Nadhif

aku terharu,,,,
Elmo bahagianya kamu punya sahabat kaya Ilmi dan Tedy,jarang" ada sahabat yg mau membantu masalah finansial.saudara aja jarang pa LG shbt

2022-07-20

1

Nurul Hidayati

Nurul Hidayati

Aq terharu......
pertemanan yang tulus
Jarang sekali ada kawan yg sebaik mereka

2022-07-11

0

Erni Rada

Erni Rada

sahabat sejati selalu membutuhkan satu dgn yg lainnya dan itu dimiliki oleh mereka ber3

2022-06-28

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!