Kejutan

"Nyonya Muda. Saya tidak ingin melanjutkan kontrak lagi. Saya mau pulang ke Indonesia," ucap Kara.

"Aku mohon, Kara. Tinggallah sebentar lagi. Ibu sedang sakit-sakitan. Jika berganti penjaga lagi, maka akan sulit untuk beradaptasi. Kami sudah nyaman bersamamu. Kamu pengasih, perhatian dan jujur. Sungguh aku tidak ingin melepasmu pulang."

"Tapi suami saya kesepian. Berkali-kali dia meminta saya untuk pulang," ucap Kara dalam bahasa mandarin bercampur inggris. Kara belum terlalu lancar bahasa sana, tetapi ia mengerti setiap perkataan sang majikan.

"Kamu minta gaji berapa pun akan aku berikan. Ibuku tidak bisa lagi berjalan. Dia hanya bisa duduk dan terbaring. Aku mohon, Kara. Kamu bukan lagi pengasuh, tetapi keluarga kami. Bantulah Kakakmu ini," ucap Nyonya Muda.

Kara mengangguk. "Baiklah, Nyonya. Saya akan melanjutkan kontrak lagi."

Dua tahun lagi Kara akan berada di Hongkong. Meninggalkan suaminya yang kesepian di sana. Elno dan Kara sudah melewati ini semua. Waktu dua tahun akan sangat singkat.

Mendapati kabar Kara yang masih ingin bekerja, Elno diam saja. Ia tidak lagi protes karena percuma sebab Kara tetap pada keputusannya.

"Kali ini aku janji. Habis kontrak ini langsung pulang," ucap Kara.

"Memangnya aku bisa melarangmu? Tidak, kan?" sahut Elno.

"Hanya dua tahun lagi, Sayang. Nyonya Gu sakit dan aku enggak tega meninggalkan beliau."

Elno mengangguk. "Iya. Tidak apa-apa. Baik-baik saja di sana."

Elno melambaikan tangan di layar ponsel, lalu memutus panggilan video itu. Ia mengembuskan napas lelah dalam arti menunggu kepulangan Kara yang tidak pasti. Dulu juga begitu janjinya. Buktinya, Kara tidak pulang juga.

"Kali ini pasti pulang," ucap Tedi.

"Entahlah, Ted. Hanya janji saja yang diucapkan Kara," sahut Elno.

"Delapan tahun sudah Kara pergi. Menunggu dua tahun lagi tidak akan terlalu lama," timpal Ilmi.

Ketiganya berada di rumah Tedy. Sepulang kerja, Elno ingin menghabiskan waktunya bersama kedua sahabatnya. Tidak disangka Kara malah menelepon.

"Aku sudah kangen dengannya. Memang aku sering menatapnya dari ponsel. Tapi tetap saja berbeda. Aku ingin dia di sisiku," kata Elno.

"Sabar, El. Ini ujian," ucap Ilmi dan Tedy bersamaan.

Apa mau dikata jika sang istri tercinta sudah memutuskan kehendaknya sendiri. Elno mau marah juga percuma. Kara jauh di sana. Kemarahan Elno hanya akan masuk ke telinga kanan, lalu keluar dari telinga kiri. Yang harus dilakukan adalah menerima.

...****************...

Hubungan Kara dan Elno renggang. Komunikasi mereka sangat jarang terjadi. Elno tidak lagi mengirim pesan pada istrinya, padahal Kara sangat berharap.

Setiap bertatap muka, Elno selalu marah. Nyatanya sang suami tercinta tidak menerima keputusan Kara. Bibir mengatakan lain daripada hatinya.

Elno mengiakan, tetapi hatinya tidak menerima. Dalam satu bulan hanya satu kali mereka berkomunikasi. Hubungan itu berlanjut sampai beberapa bulan hingga tidak terasa tersisa satu tahun lagi kontrak kerja Kara.

"Aku akan pulang tahun depan," kata Kara.

"Iya," jawab Elno.

"Sayang, kamu sibuk? Bagaimana pekerjaanmu di kantor?"

"Lancar," sahut Elno dengan malas.

"Aku janji akan pulang. Jangan marah lagi."

"Jangan menjanjikan hal yang tidak pasti. Aku akan percaya jika kamu sampai di rumah," ucap Elno.

Kara tersenyum. "Kali ini pasti pulang."

"Sudah dulu. Aku tutup teleponnya," ucap Elno, lalu memutus panggilan videonya.

Kara melipat bibir. Hubungannya bersama Elno belum juga membaik. Wajar saja suaminya marah karena berulang kali kecewa. Setiap ia mengatakan pasti pulang, Elno akan bahagia. Namun, Kara malah membuatnya kecewa. Kalaupun Kara mengatakan kebenarannya, maka Elno tidak akan percaya.

...****************...

Keluarga besar nyonya Gu tengah bersedih. Sekian lama menderita sakit, kini beliau telah berpulang ke hadapan Sang Pencipta. Penyakit komplikasi yang diderita beberapa tahun terakhir menjadi sebabnya.

Sebagai wanita yang sangat dekat dengan beliau, Kara sangatlah sedih. Nyonya Gu sudah seperti ibunya sendiri. Perlakuannya kepada Kara sangatlah baik termasuk putri beliau.

"Terima kasih selama ini sudah melayani ibuku," ucap Nyonya Muda.

"Ini sudah tugas saya, Nyonya," sahut Kara.

"Ibuku memberimu warisan. Sebelum dia tiada, beliau mengatakannya kepadaku."

Kara kaget mendengarnya. "Jangan, Nyonya. Saya tidak pantas."

Nyonya Muda tersenyum. "Hanya sedikit. Uang tiga milyar ini untukmu membuka usaha di kampung halaman."

"Itu banyak sekali," kata Kara.

"Aku masih ingin kamu di sini," ucap Nyonya Muda. "Kamu pulang dulu, setelah itu datang kemari bukan sebagai pekerja. Aku akan mengurus surat kepindahanmu."

"Saya punya keluarga, Nyonya. Impian saya sudah terwujud dan kepulangan ini saya akan menikmatinya," ucap Kara.

Nyonya Muda tersenyum. "Suamimu beruntung mendapatkanmu. Berikan aku alamatmu di sana. Aku akan kirim hadiah untukmu. Ketika sampai jangan lupakan aku. Sering-sering telepon."

Kara tersenyum, lalu mengangguk. "Pasti, Nyonya."

...****************...

Masa kontrak kerja pun berakhir. Kini saatnya Kara pulang ke Indonesia. Menemui sang suami tercinta yang telah lama menanti di sana. Kara mencoba menghubungi Elno lewat panggilan video. Cukup lama sampai suaminya mengangkat panggilan itu.

"Aku baru selesai mandi," kata Elno.

Kara tersenyum. Terlihat rambut suaminya yang basah. "Sayang, aku akan pulang."

"Iya," jawab Elno datar.

Biasanya Elno akan semangat mendengar kata pulang. Namun kali ini, Elno biasa saja mendengarnya.

"Ini sungguhan," kata Kara.

"Aku akan percaya jika kamu sampai di depan pintu rumah."

"Pasti. Aku akan pulang. Tunggu aku."

Elno tersenyum tipis. "Iya. Sudah dulu. Aku mau makan malam."

Panggilan video diputus. Kara kecewa sebab ia masih ingin bicara pada Elno. Betapa Kara sangat merindukan suaminya dan ia tidak sabar untuk pulang.

"Sebentar lagi, Sayang. Aku akan berada di depan pintu rumah kita," gumam Kara.

Akhirnya, rombongan Kara tiba dengan selamat di tanah air. Sekitar seratus pekerja pulang karena masa kontrak dan izin tinggal mereka habis. Semua dalam keadaan selamat dan bersiap untuk bertemu keluarga masing-masing.

Setelah melakukan pengecekan segala macam mengenai kepulangan tenaga kerja, barulah semuanya boleh kembali ke rumah masing-masing.

"Sampai jumpa lagi," kata Kara.

"Kami akan merindukanmu, Kara," sahut beberapa teman wanita.

"Aku juga," ucap Kara.

Perpisahan yang manis hingga satu per satu masuk ke mobil taksi. Kara pulang tanpa memberitahu suaminya, dan waktunya sangat pas karena ia tiba di hari Minggu. Elno akan berada di rumah saat ini.

Kara mengaktifkan ponsel. Ia menunjukan alamat rumah baru yang telah diberikan oleh Elno. Perumahan Cluster di jalan Anggrek.

Empat puluh menit, taksi sampai di gerbang perumahan. Kara sengaja turun di sana untuk berjalan sendiri mencari nomor rumahnya. Ia keluar, lalu membayar uang kepada sopir setelah membantu mengeluarkan barang-barangnya.

Kara berjalan dengan menyeret dua kopernya. Ia harus melewati delapan buah rumah hingga sampai di nomor A9. Kara tersenyum karena rumahnya sama seperti yang Kara lihat di foto.

Kara berjalan sampai di depan pintu rumah. Ia usap bangunan kokoh hasil keringatnya. Di halaman rumah ada dua mobil. Kara tersenyum melihat itu. Suaminya sudah sukses rupanya. Elno bahkan tidak mengatakan kalau dirinya membeli kendaraan roda empat itu.

Kara memencet bel beberapa kali. Ia tidak sabar untuk bertemu Elno. Tidak ada yang membuka pintu. Kara kembali memencet bel. Terdengar suara dari dalam. Kunci diputar, lalu pintu dibuka.

"Siapa?"

"Sayang! Ini aku," ucap Kara.

Elno terkesiap. "Kara!"

Kara mengangguk. "Iya, Sayang. Ini aku."

Kara memeluk suaminya dengan erat. Ia meneteskan air mata haru. Sepuluh tahun berpisah dan akhirnya mereka bertemu kembali.

"Ini sungguh kamu, Kara," ucap Elno.

Kara menarik diri. "Lihat aku, Sayang. Istrimu sudah kembali. Aku enggak bohong, kan? Aku pulang untukmu."

"Siapa, El?"

Kara menoleh ke belakang. "Sari!"

Bersambung

Terpopuler

Comments

EndRu

EndRu

astaghfirullah elno. teh sakali

2023-12-24

0

Shinta Dewiana

Shinta Dewiana

elno kamu selingkuh

2023-06-28

0

beby

beby

duh ngapain sari

2023-01-25

0

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!