Kekalahan Elno

"Sekarang kita tanding apa?" tanya Tedy.

"Terserah, deh. Permainan Legenda Mobile juga boleh," sahut Ilmi.

"Kamu mau tanding, El?" tawar Tedy.

Elno menggeleng. "Kali ini enggak, deh. Enggak punya modal. Kita balik aja. Kara tidak boleh pulang terlalu malam."

"Bukannya kalian sudah menikah?" sela pria yang bernama Sandy.

Kara menoleh ke arah remaja yang menyela. Pasti Tedy dan Ilmi yang sudah memberitahu kabar mengenai pernikahan mereka. Tidak heran teman Elno yang lain tidak kaget akan kedatangannya. Kara sering berkumpul bersama Tedy dan Ilmi, sedangkan Sandy dan satu orang teman lainnya, Kara belum pernah.

"Kara tidak boleh pulang malam pokoknya," ucap Elno.

"Satu kali saja. Waktu itu aku belum sempat mengalahkanmu," kata Sandy.

"Kita pulang saja, Sayang," ajak Kayla.

"Jangan bilang kamu takut," desak Sandy.

"Oke! Kita tanding. Aku pasang lima puluh ribu." Elno mengeluarkan selembar uang warna biru.

Kara terbelalak melihatnya. Ia ingin mengambil uang itu, tetapi Elno mencegahnya dan mengatakan kalau dirinya akan menang. Elno memang sering menang dalam permainan, tetapi bisa saja malam ini bukanlah keberuntungannya. Kesialan bisa saja terjadi, dan uang sebesar lima puluh begitu berharga bagi rumah tangga mereka.

"Aku juga," sahut Ilmi.

"Aku ikut." Tedy melempar uang lima puluh ribu.

Satu orang rekan mereka mengambil uang itu agar tidak menjadi pusat perhatian bagi pengunjung lain. Setelah pemenang ditentukan, maka uang itu akan diserahkan.

"Kita mulai. Siap, satu, dua, tiga!" hitung Sandy dan permainan berjalan.

Kara meremas kedua tangannya, ia ingin pulang dari cafe yang memang menjadi langganan anak-anak pencinta game online. Kara khawatir, Elno tidak akan menang dan uang mereka harus diberikan.

Setengah jam berlalu, Tedy sudah keluar. Ia menyerah karena sudah dihantam oleh Elno. Lanjut ketiganya masih dalam pertarungan. Ilmi menyusul kekalahan Tedy, dan kini tinggal Sandy serta Elno yang bertanding.

"Kamu mau makan, Kara? Pesan saja. Biar aku yang bayar," kata Ilmi.

"Lagi banyak uang, ya?" tanya Kara.

Ilmi menyengir. "Baru dapat duit dari pamanku. Dia baru datang dari Australia."

"Jadi TKI di sana?"

Ilmi mengangguk. "Iya. Pulang malah dapat istri bule. Anaknya cakep."

"Hebat, dong."

"Dia pulang karena kangen keluarga. Cuma seminggu di sini setelah itu balik lagi ke negara kangguru," ucap Ilmi. "Jika kamu perlu uang, tidak usah sungkan. Aku siap membantu."

Kara tersenyum. "Iya."

"Apa yang kamu ucapkan pada Kara?" Elno menghentikan percakapan keduanya.

"Ya, elah! Ngobrol biasa saja. Cemburuan amat."

"Ayo, Kara. Kita pulang," ajak Elno sembari menarik tangan istrinya.

"Sudah selesai? Kamu menang, kan?" tanya Kara.

"Aku kalah," jawab Elno.

"Maaf, ya, Kara. Elno kalah dariku. Uangnya untukku," ucap Sandy.

Kara menatap Elno, sedangkan yang ditatap memalingkan wajah. Kara melepaskan tangan, ia keluar sendiri dari cafe, dan Elno segera menyusul. Ia tahu istrinya pasti marah.

"Tunggu dulu, Kara!" seru Elno.

"Apalagi? Sekarang kita enggak punya duit sepersen pun. Mau makan nanti bagaimana?" tanya Kara.

"Besok aku dapat gaji dari bang Didi. Tenang saja."

"Jangan anggap enteng, Elno. Kita ini bukan lagi pacaran, tapi sudah menikah."

"Ayo, pulang. Malu bertengkar di sini," kata Elno.

...****************...

Sesampainya di rumah, Kara tidak menegur Elno. Ia langsung merebahkan diri di atas tilam lantai. Sementara Elno meringkuk di sebelahnya. Ia juga menyesal karena telah menerima tantangan yang menyebabkan kehilangan uang.

Elno ingin sekali pulang ke rumahnya. Menikmati makan enak, tempat tinggal nyaman serta uang jajan yang orang tuanya berikan. Ia tidak perlu pusing memikirkan belanja besok, uang kontrakan yang menunggu bulan depan serta tagihan lainnya.

Menyesal tiada guna. Semua telah terjadi dan hasil perbuatannya adalah anak yang dikandung oleh Kara. Elno tidak mungkin membiarkan Kara seorang diri menanggung beban dosa yang mereka torehkan.

"Maaf, Sayang. Aku tidak sengaja," ucap Elno.

"Sudahlah. Uangnya juga hilang. Mau marah tidak akan mengembalikan uangnya," kata Kara.

Elno membalik diri menghadap Kara. Ia raih pundak istrinya agar bisa memandang wajah cantik Kara. Biasanya ibu hamil akan berisi tubuhnya. Namun, berbeda dengan Kara. Wanita itu sama sekali tidak mengalami perubahan bentuk tubuh.

Selama mengandung, Kara tidak meminum susu khusus ibu hamil. Buah saja tidak ia makan. Hanya nasi dan telur yang istrinya konsumsi. Juga mie instan sebagai pelengkapnya.

"Di cafe tadi, minuman yang kamu pesan dihabiskan tidak?" tanya Elno.

"Iya. Sayang kalau tidak dihabiskan."

"Apa yang kamu pesan tadi?"

"Jus apel. Lumayan dapat gratisan," jawab Kara seraya tersenyum.

"Tidurlah. Besok aku harus ke sekolah dan pulangnya langsung ke bengkel bang Didi."

"Besok ijazahmu akan dibagikan?" tanya Kara.

Elno mengangguk. "Iya. Kalian kapan?"

"Dua hari lagi."

"Sekarang kita tidur. Besok, harus bangun pagi."

Kara mendekat, ia ingin tidur sembari memeluk Elno. Wangi tubuh suaminya membuatnya nyaman dan mudah terlelap.

...****************...

Ijazah inilah yang Elno tunggu-tunggu. Dengan ini, ia bisa melamar pekerjaan yang setidaknya bisa mendapat gaji bulanan. Jika teman-temannya heboh ingin masuk ke universitas, Elno sendiri sibuk ingin mencari pekerjaan.

"El, nongkrong, yuk," ajak Tedy.

Elno menggeleng. "Aku harus ke bengkel."

"Nasibmu, El. Seharusnya kita senang-senang dulu," timpal Ilmi.

"Mau bagaimana lagi. Jika ada uangnya, aku akan menyusul kalian."

"Eh, kamu mau buat apa plastik hitam itu?" tanya Tedy yang sedari tadi melihat Elno menenteng kantung plastik.

Elno menyengir. "Buah mangga di belakang sekolah banyak buahnya. Aku mau ambil buat Kara."

"Itu pohon punya orang, loh," kata Ilmi.

"Biasa kita juga sering nyolong, tuh, buah. Kalian mau ikut?" tanya Elno.

Tedy dan Ilmi saling pandang. Keduanya mengangguk. Kapan lagi membuat kenakalan di masa remaja. Mereka akan membuat kenangan yang tidak akan terlupakan.

Elno memanjat tembok hingga mencapai dahan pohon mangga. Pohon itu lebat, dahannya masuk sampai ke halaman sekolah. Mudah saja bagi siswa yang nakal untuk memungut buah milik warga.

"Cepat, El," kata Ilmi yang bertugas sebagai mata-mata.

"Di sana, El. Buahnya besar," ucap Tedy, bagian penyambut buah.

Elno dengan cepat memetik lima buah mangga, lalu melemparnya kepada Tedy. "Tangkap, Ted."

"Satu-satu melemparnya. Kamu kira tanganku ada berapa?" gerutu Tedy.

"Turun, El. Cepat turun. Pak kumis datang," kata Ilmi.

"Gawat!" sahut Elno.

Pak Kumis si pemilik pohon mangga. Jika pintu rumah yang terbuat dari seng itu terdengar, artinya, ada seseorang yang akan keluar. Elno bergegas turun. Ilmi melompat dari tembok yang disusul oleh Elno.

"Cepat kabur," kata Elno.

Ketiganya berlari dari halaman belakang sekolah. Tidak ada yang memperhatikan mereka karena siswa maupun guru sibuk dengan urusan masing-masing.

"Buat kalian satu-satu," kata Elno seraya membagikan buah itu kepada Tedy dan Ilmi.

"Gila! Terakhir sekolah kita masih sempat mencuri mangga pak Kumis," ucap Ilmi.

"Bulan depan kita akan mulai pengalaman baru. Kita akan jadi mahasiswa," teriak Tedy senang.

Elno meringis di dalam hati. Ia ingin seperti teman-temannya. Namun, apalah daya. Itu hanya angan-angan.

Bersambung

Terpopuler

Comments

Uswatun

Uswatun

semoga elno selalu inget tanggung jawab ya ke kara

2022-03-31

1

Nala Ratih Soemarna

Nala Ratih Soemarna

baru awal, perjalanan rumah tangga nya masih panjang

2022-03-28

0

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

ℤℍ𝔼𝔼💜N⃟ʲᵃᵃ࿐ⁿʲᵘˢ⋆⃝🌈

Elno2 sdh dlu seneng2nya krn kehidupan berumah tangga itu berbeda dg saat masi pacaran.. kebutuhan jg lebih banyak..

2022-03-20

1

lihat semua
Episodes
1 Kesalahan Fatal
2 Hidup Baru
3 Dapat Pekerjaan
4 Asam Manis Cinta
5 Kekalahan Elno
6 Mencoba
7 Tak Semanis Madu
8 Pinjaman
9 Perhatian Elno
10 Perjuangan Elno
11 Seorang Ibu dan Ayah
12 Ingin Kerja
13 Duka
14 Bantuan
15 Penolakan Elno
16 Luluhnya Elno
17 Berpisah
18 Perjuangan
19 Kejutan
20 Istri Kedua
21 Jatuh
22 Canggung
23 Meminta
24 Bisakah?
25 Tidak Mengalah
26 Iri
27 Bisakah Adil?
28 Meragu
29 Melunak
30 Rumah Mertua
31 Tamparan
32 Serbasalah
33 Posesif
34 Aku Cinta Dia
35 Pesona
36 Pengakuan
37 Melakukannya
38 Iri Lagi
39 Nafkah
40 Saran Delia
41 Pergi Ke Bandung
42 Menyusul
43 Hadapi
44 Perih
45 Paket Untuk Suami
46 Pilihan Sulit
47 Talak
48 Nasihat
49 Kerja Sama
50 Bertemu Kara
51 Menyerah
52 Resmi
53 Berakhir
54 Titik Terang
55 Menyelidiki
56 Mengenang
57 Tahu Segalanya
58 Sudah Terlambat
59 Ingin Cerai
60 Cinta itu Luka
61 Harus Merasakan
62 Semena-mena
63 Ungkapan Tedy
64 Bertemu Ilmi
65 Alasan Sebenarnya
66 Maaf Tiada Guna
67 Terusir
68 Dipecat
69 Perpisahan Ketiga
70 Pergi
71 Teringat
72 Kembali
73 Bertemu
74 Calon Istri
75 Daftar
76 Itu Kamu
77 Persiapan
78 Jalani Dulu
79 Ditolak
80 Bertemu Finola
81 Tidur Sore
82 Bangga
83 Terima
84 Meminta Restu
85 Setuju
86 Bertemu Masa Lalu
87 Setimpal
88 Tunangan
89 Ilmiah Saputro
90 Menjemput
91 Peringatan
92 Halal
93 Kisah Kara dan Elno
94 Liburan
95 Jacuzzi
96 Tanda
97 Semoga
98 Meriang
99 Titik Hitam
100 Bahagia
Episodes

Updated 100 Episodes

1
Kesalahan Fatal
2
Hidup Baru
3
Dapat Pekerjaan
4
Asam Manis Cinta
5
Kekalahan Elno
6
Mencoba
7
Tak Semanis Madu
8
Pinjaman
9
Perhatian Elno
10
Perjuangan Elno
11
Seorang Ibu dan Ayah
12
Ingin Kerja
13
Duka
14
Bantuan
15
Penolakan Elno
16
Luluhnya Elno
17
Berpisah
18
Perjuangan
19
Kejutan
20
Istri Kedua
21
Jatuh
22
Canggung
23
Meminta
24
Bisakah?
25
Tidak Mengalah
26
Iri
27
Bisakah Adil?
28
Meragu
29
Melunak
30
Rumah Mertua
31
Tamparan
32
Serbasalah
33
Posesif
34
Aku Cinta Dia
35
Pesona
36
Pengakuan
37
Melakukannya
38
Iri Lagi
39
Nafkah
40
Saran Delia
41
Pergi Ke Bandung
42
Menyusul
43
Hadapi
44
Perih
45
Paket Untuk Suami
46
Pilihan Sulit
47
Talak
48
Nasihat
49
Kerja Sama
50
Bertemu Kara
51
Menyerah
52
Resmi
53
Berakhir
54
Titik Terang
55
Menyelidiki
56
Mengenang
57
Tahu Segalanya
58
Sudah Terlambat
59
Ingin Cerai
60
Cinta itu Luka
61
Harus Merasakan
62
Semena-mena
63
Ungkapan Tedy
64
Bertemu Ilmi
65
Alasan Sebenarnya
66
Maaf Tiada Guna
67
Terusir
68
Dipecat
69
Perpisahan Ketiga
70
Pergi
71
Teringat
72
Kembali
73
Bertemu
74
Calon Istri
75
Daftar
76
Itu Kamu
77
Persiapan
78
Jalani Dulu
79
Ditolak
80
Bertemu Finola
81
Tidur Sore
82
Bangga
83
Terima
84
Meminta Restu
85
Setuju
86
Bertemu Masa Lalu
87
Setimpal
88
Tunangan
89
Ilmiah Saputro
90
Menjemput
91
Peringatan
92
Halal
93
Kisah Kara dan Elno
94
Liburan
95
Jacuzzi
96
Tanda
97
Semoga
98
Meriang
99
Titik Hitam
100
Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!