Perempuan Istimewa?

Bvelva merasa seperti orang bodoh karena makan dipandangi oleh Bhumi dengan tidak biasa. Sesekali ia melirik Sagara yang terus-menerua diajak ngobrol oleh Lintang tanpa henti. Sampai-sampai, Belva dapat merasa jika Sagara agak kesal dengan Lintang.

" Kamu vegetarian?" Bhumi memandangi Belva sembari bertopang dagu.

Belva mengangguk kaku. Masih takut melihat Bhumi. Apalagi tadi dia benar-benar melihat ular itu berubah menjadi Bhumi. Sungguh sangat mengerikan.

" Apa yang kamu pikirkan?"

Pertanyaan Bhumi menarik perhatian Sagara dan Lintang. Dua orang yang saling balas kalimat itu kini sama-sama memandangi Bhumi sembari mengernyit.

" Ekhm!" menyadari dipandangi seperti narapidana, Bhumi berdehem, kemudian mengubah posisi duduknya yang tadi menghadap Belva kini menghadap ke hamparan kebun melati yang luas di depan sana, " kenapa kalian begitu?" tanyanya tanpa memandang Sagara dan Lintang sama sekali.

" Bhumi, bisa diulangi... tadi kamu bicara apa?" Lintang hanya ingin memastikan jika telinganya masih normal.

Bhumi terkekeh, " aku cuma pur-pura!"

" Ya. Aku sudah tahu. Kamu kan pandai berpura-pura!" Lintang menimpali.

" Lintang, bisakah kamu diam saja?"

" Oke, aku diam. Tapi... ada syaratnya."

" Aku tidak mau pergi ke istana langit!" Bhumi langsung tahu apa yang dipirkan Lintang. Jelas saja ia menolak. Ia tidak bisa membiarkan dirinya melankolis di depan Wulan.

Di tengah percekcokan ringan antara Lintang dan Bhumi, Sagara berusaha mengosongkan pikiran dan menguncinya agar Bhumi tidak bisa mencuri isi otaknya. Mengamati Belva yang hampir selesai, Sagara curiga akan sesuatu. Ia yakin, Bhumi benar-benar mengatakan soal apa yang Belva pikirkan. Apakah makhluk jelmaan ular itu juga tidak bisa menembus pikiran Belva?

Jika iya, berarti kehadiran Bhumi kemari bukan tanpa alasan. Keinginannya untuk mengenal Belva lebih jauh pasti karena ada sesuatu yang membuat Bhumi penasaran. Apakah itu hanya soal pikiran Belva yang tidak bisa ditembus oleh Bhumi? Oleh Sagara juga.

" Kamu sudah selesai?" Sagara melihat Belva mendorong piringnya menjauh.

Belva mengangguk. Sembari memandangi Bhumi dan Lintang yang masih adu mulut. Meski tidak paham apa yang mereka bicarakan, tatapi mendengar suara mereka membuat Belva jadi sakit kepala. Maklum saja, Belva lebih suka kesunyian daripada keramaian.

" Ayo kita pulang," Sagara berbisik dan berdiri. Membantu Belva untuk berdiri. Kemudian berjalan berdua meninggalkan Bhumi dan Lintang.

Entah mengapa, Sagara tidak peduli dengan dua orang temannya. Sama sekali. Ia hanya memikirkan Belva, Belva dan Belva. Apalagi setelah mendengar perkataan Bhumi. Jika Belva memang tidak bisa ditembus artinya, kekasih Sagara ini memiliki kekuatan di dalam dirinya. Dan bisa saja terancam bahaya jika ada makhluk lain yang tahu soal ini.

" Sagara!" Lintang berteriak, berdiri mengejar Sagara dan Belva yang tidak terlalu jauh.

Sagara refleks menggenggam tangan Belva. Kemudian, menerima pandangan aneh dari Bhumi. Tapi, Sagara tidak peduli. Bhumi memang sering seperti itu. Isi kepalanya tidak dapat ditebak.

" Cih, kenapa tanganmu erat sekali, Sagara?" Lintang berdecih, sembari berjalan mendahului Sagara dan Belva yang masih saling berpegangan.

" Kenapa tiba-tiba kamu aneh?" kini Bhumi yang bertanya. Ia mengamati betapa erat Sagara menggenggam tangan Belva. Seolah tidak ingin kehilangan perempuan itu.

" Jalanlah duluan," perintah Sagara yang kemudian dituruti oleh Bhumi.

" Belva, kamu tenang saja," Sagara berbisik di telinga Belva dengan suara yang rendah sekali, nyaris tidak terdengar agar telinga Bhumi yang sangat peka tidak bisa mendengarnya.

" Aku takut, Sagara. Bhumi sangat menyeramkan," Belva membalas bisikan Sagara tak kalah pelan. Ia juga berusaha menjaga pikirannya agar tidak kotor seperti yang dikatakan Sagara. Agar ia bisa menjaga kerahasiaan isi kepalanya.

" Aku mendengar percakapan kalian," Bhumi tiba-tiba bersuara tanpa menoleh, " ingatlah, telingaku bahkan bisa mendengar siksa kubur!"

Mendadak Belva bergidik ngeri. Tangan kirinya memegangi tangan Sagara begitu erat. Rupanya selama ini Belva salah jika menganggap Sagara adalah makhluk sakti mandraguna. Nyatanya, kini ia melihat sosok yang lebih sakti dari Sagara. Sosok sakti beserta auranya yang gelap.

Belva bejalan sembari sesekali melirik Sagara di sebelahnya. Entah mengapa, ia melihat ada berbeda dengan Sagara siang ini. Tidak seperti biasanya yang tenang, sekarang wajah Sagara kelihatan lebih tegang. Meski sebenarnya ketegangan itu tidak mengurangi sedikitpun kadar ketampanannya, tapi tetap saja. Belva jadi semakin takut. Padahal, Sagara berkali-bekali mengatakan kepadanya untuk tenang.

Jujur saja, dengan keberadaan Bhumi dan Lintang, Belva merasa gusar. Ia jadi tidak bisa sembarangan menyuruh-nyuruh Sagara seperti biasanya. Ia hanya takut dikutuk menjadi makhluk tidak berguna yang memenuhi semesta saja.

" Kenapa tempat tinggal kalian terang sekali, sih?" Bhumi menggerutu sendiri. Lelaki itu sudah duduk di teras kayu sembari memandangi Belva dari ujung kaki hingga ujung kepala.

" Kalau tidak suka terang, kembalilah ke tempat tinggalmu di goa!" Lintang yang menjawab. Meski kelihatan tidak bersahabat dengan Bhumi, Lintang tidak sungkan untuk duduk di sebelah Bhumi.

Belva dan Sagara memilih masuk ke kamar. Mereka duduk bersandar pada bale.

" Sagara, apa kamu cemas?" Belva membuka pembicaraan.

Sagara menggeleng, " Kenapa aku harus cemas?"

Ya. Benar juga. Kini mereka saling berdiaman. Mendengar suara-suara dari luar yang sangat berisik. Kemudian, percakapan itu perlahan-lahan memudar. Sagara berdiri, melongok dari jendela. Rupanya Lintang dan Bhumi sudah tidak lagi duduk-duduk sambil saling mengejek di teras. Sagara melihat dua orang itu berjalan bersisian di jalan setapak menuju rumah Lintang.

Syukurlah. Setelah sekian lama, akhirnya mereka menemukan ketenangan. Dan lebih bersyukur lagi, Bhumi semakin menjauh. Yang artinya, pendengaran lelaki itu bisa saja tidak sampai kemari. Bagaimanapun, Bhumi memiliki kelemahan. Lelaki itu hanya bisa membaca pikiran orang dari jarak tertentu. Begitu juga dengan kekuatan telinganya. Jika Bhumi main ke rumah Lintang, artinya Sagara sudah bisa membiarkan pikirannya berkelana sesuka hatinya lagi. Bicara tidak perlu bisik-bisik.

Sagara menghela napas lega dan kembali duduk di sebelah Belva, " mereka pergi."

Belva juga ikut menghela napas lega. Akhirnya, Belva bisa merasakan ketenangan yang sebelumnya ia rasakan.

" Belva, apa tadi Bhumi mengatakan tentang apa yang kamu pikirkan?" Sagara ingin memastikan jika ia tidak salah dengar.

" Iya, Sagara."

Benar, kan? Sagara tidak salah dengar. Apakah Lelaki itu benar-benar tidak bisa menembus pikiran Belva? Sagara memandangi Belva dengan heran. Jika iya, artinya kekasihnya adalah manusia yang sangat istimewa. Dan Sagara yakin, Belva yang pernah masuk ke kamarnya di istana laut waktu itu juga berhubungan dengan keistimewaan yang ia miliki ini. Tapi, kekuatan apa yang Belva miliki? Apakah rasa cintanya yang semakin tak tertahankan juga karena keistimewaan itu? Sagara bingung. Tapi ia tidak bisa melepaskan pandangannya dari Belva yang balas memandangnya. Tidak. Sagara tidak bisa menahan dirinya untuk tetap diam.

Sagara mencium bibir Belva.

***

Terpopuler

Comments

keysha🦅

keysha🦅

apa tuh keistimewaan belva?

2021-10-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!