" Lintang, sebenarnya apa alasan kamu memutuskan tinggal sementara di sini?" Sagara menyandarkan punggungnya pada dinding kayu di belakangnya. Langit gelap. Bulan pun hanya menunjukkan caranya setengah. Tapi, ada cukup banyak bintang-bintang yang menandakan jika cuaca malam ini sangat cerah.
" Aku rindu kamu, Sagara. Kamu tahu, aku jauh-jauh turun dari istana langit dan menenggelamkan diri ke istana laut cuma ingin ketemu kamu," Lintang menggeser duduknya agar lebih dekat dengan Sagara. Ia menyandarkan kepala pada kaki Sagara yang dilipat. Lintang jujur. Ia sangat merindukan Sagara. Ia memandang langit yang tak mendukung sekali. Wulan tahu jika Lintang sedang di bumi. Tapi, dia malah menyembunyikan sinarnya. Awas saja jika Lintang kembali ke istana langit!
" Hanya itu? kamu yakin tidak ada misi lain?" Sagara tidak percaya. Ia berteman dengan Lintang sejak jabang bayi. Sagara begitu mengetahui karakter Lintang yang tak mungkin mau merepotkan diri sendiri jika tidak ada yang sedang dia inginkan.
" Hanya itu. Tidak ada misi lain."
Sagara tahu Lintang berbohong. Ia memang tidak bisa membaca pikiran makhluk sejenisnya, apalagi merasakan perasaannya. Tapi, Sagara pernah iseng belajar salah satu cabang ilmu yang manusia kenal sebagai Ilmu Psikologi. Sagara dapat merasakan Lintang berbohong dari nada bicara dan raut wajahnya.
" Sagara, apa kamu menyukai perempuan itu?"
Tiba-tiba, Lintang membahas hal yang lain. Membuat Sagara semakin yakin jika Lintang kehadiran Lintang kemari bukan hanya karena rindu saja terhadap Sagara.
" Ya. Kami sudah resmi berpacaran, kemarin."
" Apa kamu senang punya pacar manusia?"
Sagara terus mengamati Lintang, " bukannya kamu juga sering berpacaran dengan manusia? kenapa harus tahu jawabanku?"
" Ya. Aku memang sering berpacaran dengan manusia. Tapi, mereka cuma ada maunya. Mereka tidak pernah tulus dengan makhluk seperti kita."
Lintang benar. ini juga bukan pertama kalinya Sagara menjalani hubungan dengan manusia. Sebelumnya, ia sudah berkali-kali menikah dengan manusia. Tentu saja karena Ayahandanya yang menyuruh. Tapi, Sagara tidak pernah menemukan ketulusan. Manusia yang dinikahinya hanya menginginkan sesuatu yang fana. Sesuatu yang mereka anggap sangat berarti di dunia mereka, tapi tidak ada artinya di dunia Sagara. Mereka semua serakah.
Tapi, ia pernah sekali jatuh cinta dengan manusia yang sangat baik hati. Seorang puteri dari kerajaan Samudera Pasai. Dia sangat cantik dan berakhlak baik. Tapi... itu hanyalah masa lalu Sagara. Sudah lama sekali. Bahkan, Sagara sudah tidak ingin mengingatnya lagi. Karena mengingat sang puteri, membuat dadanya bisa berdentam-dentam nyeri.
" Iya, kan, Sagara?" Lintang bertanya lagi. Seolah menekankan pertanyaan sebelumnya. Ia menginginkan jawaban yang serius dari Sagara.
" Ya."
" Jadi, kenapa kamu seperti orang jatuh cinta begitu kepada perempuan itu?"
Sagara tidak menjawab. Ia memainkan rambut Lintang dengan jemarinya. Sagara selalu suka menyisir rambut Lintang yang lembut dengan jemarinya yang besar-besar.
" Sagara..."
" Aku tidak tahu, Lintang. Jangan tanya soal itu lagi," entah mengapa Sagara tidak ingin Lintang membahas mengenai percintaannya lagi. Lagipula, Sagara tidak tahu mengapa ia bisa jatuh cinta kepada manusia yang banyak maunya seperti Belva.
Lintang menurut. Kini ka tutup mulut. Memejamkan mata sembari menikmati semilir angin malam yang dingin menusuk-nusuk kulitnya yang bersih.
" Kamu jangan pernah main-main dengan perasaan, Sagara," Lintang tiba-tiba berucap. Pelan nyaris melirih, tapi ia serius.
Sagara tahu. Ia tidak pernah bermain-main dengan perasaan. Apalagi perasaan manusia yang tulus dan tidak pernah makan binatang.
" Oh, apa dia vegetarian?" jelas saja Lintang beranggapan begitu, karena Sagara adalah tipe lelaki yang sangat menghormati makhluk hidup. Apapun. Termasuk binatang. Karena binatang memiliki darah, begitu alasannya. Sedangkan tumbuhan memang sama-sama makhluk hidup, tapi mereka tidak punya darah.
Lintang semakin ingin tahu saja. Sagara memilih diam. Membiarkan keheningan menyelimuti mereka. Hingga kemudian Sagara mendengar suara desisan yang sangat jelas. Suaranya dekat sekali dengannya. Untung bukan di bale lagi. Jika itu sampai terjadi, Sagara berjanji akan menghujani mahkluk itu dengan belut listrik.
" Bhumi, kamu mengintip kita ya?" Lintang masih betah dengan posisinya. Ia melihat kepala ular yang warnanya lebih hitam dari gelapnya malam itu melet-melet di dekat kakinya yang menjuntai sampai kolong teras, " tidak sopan mengintip begitu!" nada bicara Lintang semakin kesal.
Tidak tahu kapan ular itu menjauh dari kakinya, tiba-tiba Lintang melihat sosok lelaki berkulit sawo matang dengan warna rambut cokelat gelap tertawa-tawa di depannya. Mengeluarkan suara nyaring dan bisa membangunkan Belva yang merepotkan.
" Husst!" Lintang menyuruh Bhumi agar tidak berisik.
Lelaki tinggi kurus itu berjalan ke arah Lintang dan Sagara. Duduk di sebelah Lintang sembari bersedekap memandangi langit.
" Kenapa kamu tidak mengunjungi istanaku, Lintang?" Bhumi bertanya. Merasa tidak dihargai karena bidadari langit macam Lintang singgah ke bumi tapi tidak mampir ke istana tanah.
" Belum sempat," Lintang berkilah.
" Aku tidak yakin," Bhumi tidak percaya. Karena sejujurnya, lelaki itu menguntit Lintang sejak di hutan bakau.
Lintang lebih memilih diam. Malas berdebat dengan Bhumi. Selain Bumi berusia empat ratus tahun lebih tua dari dirinya dan Sagara, lelaki itu juga tidak dapat dipercaya. Semua teman-temannya tahu, jika Bumi adalah pendusta dan raja ilmu hitam yang paling banyak menyesatkan manusia.
" Aku tahu apa yang kamu pikirkan, Lintang," Bhumi mengingatkan, " jaga pikiran kamu."
Lintang jadi sebal sendiri. Untuk apa juga Bhumi harus repot-repot kemari?
" Mau aku jawab?"
" Tidak perlu!"
" Baguslah, kalau begitu."
Hening. Suara jangkrik jadi kedengaran semakin keras dan berisik.
" Lintang, bagaimana kabar Wulan?" suara Bhumi memecah keheningan.
" Baik. Sangat baik sekali," jawab Lintang. Seolah mencemooh Bhumi, jika kakak perempuannya memiliki kehidupan yang sangat baik meski tidak jadi menikah dengan Bhumi.
" Syukurlah. Aku rindu dia, Lintang."
" Mainlah sekali-kali ke istana langit. Siapa tahu Wulan kesengsem kamu lagi untuk yang kedua kali," lagi-lagi, Lintang seperti mencemooh. Perempuan itu tahu jika Bhumi tidak akan pernah menginjakkan kaki di istana langit karena tidak kuasa menahan perasaan terhadap Wulan.
" Kamu itu sok tahu sekali, Lintang!"
Hening lagi. Kini, Bhumi melirik ke arah Sagara yang kelihatan gundah gulana. Lelaki itu kehilangan dua ratus persen ketampanannya jika sedang gundah macam itu.
" Jangan lihat aku seperti itu, Bhumi!" Sagara melirik Bhumi yang kelihatan menyebalkan. Meski Bhumi temannya, tapi keberadaan Bhumi di sini bukanlah keinginannya. Sagara masih bertanya-tanya mengapa Bhumi berani-beraninya naik ke atas bale dan memandangi Belva seperti tadi.
" Sagara, sepertinya kita akan punya urusan sebentar lagi," Bhumi menyunggingkan sulas senyum miring.
Sagara mengernyit. Namun malas bertanya. Bhumi selalu suka memberinya masalah. Apakah urusan yang Bumi maksud adalah masalah yang lelaki itu rencanakan?
***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 46 Episodes
Comments
Mommy Gyo
10 like hadir thor semangat up-nya 💪💪
2021-09-28
1