30 Hari Mengejar Badai
Novel ini kelanjutan dari Novel I LOVE YOU DOSEN! jadi sebelum membaca Novel ini, di sarankan untuk membaca Novel pertama Author I LOVE YOU DOSEN!.
Indira POV
"Jova, datang ke Cafe ku ya!" ucap ku, "aku punya menu baru yang harus kau coba!"
"Oh ya?" tanya Jova, "yakin enak?"
"Kau meragukan kemampuan memasak ku?"
"Haha! tentu saja tidak!" jawab Indira, "Keluargamu kan ahlinya menciptakan best recipe!"
"Of course!"
"Aku akan mengajak Bayu juga nanti!" ucap Jova.
"Harus!" jawabku.
Nama ku Indira Omara Clovis, orang - orang memanggilku Indira. Aku berwiraswasta mengikuti jejak Orang tua ku, yang merupakan Pengusaha Cafe. Orang tua ku punya banyak cabang di Jakarta. Dan dengan bantuan beliau aku mendirikan Cafe dengan nama yang ku buat sendiri tanpa embel - embel nama Cafe Orang tua ku, IDR Cafe.
Aku merintis usaha Cafe ini sejak lulus SMA. Hampir empat tahun usia Cafe ku sekarang. Sejak semester 3 aku memutuskan untuk tinggal di Cafe ku. Lantai dua yang semula hanya gudang dan tempat istirahat karyawan ku, sepertiga ruangannya ku ubah jadi kamar kedua ku setelah kamar pertamaku di rumah.
Ruko yang ku tempati ini di belikan Papa sebagai hadiah kelulusanku. Untuk mewujudkan cita - cita ku sebagai Wirausaha muda. Ruko ini semula dua Ruko, tapi oleh Papa di jadikan satu Ruko, sehingga Cafe ku paling luas di jajaran Ruko ini. Dengan bantuan Orang tua ku pula ku ciptakan menu yang banyak pada umumnya tapi sedikit ku ubah dengan resep khas Cafe ku.
Bergulat di dapur adalah hobi ku sejak kecil. Mama sama sekali tidak keberatan, jika aku mengganggu beliau di dapur. Nyatanya membuahkan hasil, aku menjadi si gadis apa adanya yang hobi memasak. Tentu banyak di impikan laki - laki untuk menjadi istri idaman bukan? tapi nyatanya kisah cintaku tak semulus kelihaian ku mengolah dapur.
Aku punya seorang adik laki - laki yang berusia 16 tahun. Dia masih duduk di kelas 2 SMA. Aku menyayanginya seperti dia menyayangiku. Kami saling menunjukkan perhatian dan tak sedikitpun kami pernah bertengkar. Kami berusaha untuk saling mengalah dan menjaga perasaan satu sama lain.
Jova dan Bayu adalah sahabat terbaik ku, Sejak kami duduk di bangku SMP. Hanya saja Bayu beda kelas dengan aku dan Jova. Tapi dia selalu dekat dengan kami. Karena dari penerawangan ku, Bayu menyukai sahabat ku Jova, si gadis rumahan yang tidak pernah jatuh cinta itu.
Meskipun dari awal selalu mendapat penolakan, tak sedikitpun Bayu merasa jengah. Sampai akhirnya kabar bahagia membuatnya menyerah.
Ya! pertunangan Jova dengan Dosen Alexander adalah kabar yang paling menggemparkan seluruh kampus saat itu. Dimana Dosen paling tampan di Kampus itu justru menikah dengan Mahasiswi yang paling sering di beri nya hukuman.
Aku sendiri, dua kali jatuh cinta. Pertama baru jadian dia mengalami kecelakaan dan meninggal. Yang kedua ternyata aku hanya pelariannya.
Dan di sini, aku akan menceritakan perjuangan mengejar sang pujaan hati. Siapa lagi kalau bukan Rakha Leonard, Asisten Tuan Alexander Gibran yang tampan itu.
Mungkin hampir seluruh penduduk Bumi tau kalau dia adalah seorang Playboy. Jika ingin menjalin hubungan serius, kebanyakan perempuan pasti akan menjauhinya. Tapi entah apa yang ada di dalam otakku ini, Aku justru mengejarnya. Tak peduli angin bahkan badai sekalipun, aku terus berusaha mendekatinya.
Sejak pertama kali melihatnya secara langsung di saat HUT Group G, aku sudah jatuh hati padanya. Mungkin wanita di luaran sana pun sama, akan dengan mudah jatuh hati pada Rakha di pandangan pertama. Karena memang seorang Rakha Leonard adalah pria yang tampan dan tidak sedingin Tuannya.
Sepanjang aku mendekatinya pun, tak jarang aku mendengar teman - teman atau artikel di ponsel menceritakan gebetan terbaru sang Asisten. Itu adalah julukan lain di artikel dari seorang Rakha Leonard.
Tapi sama sekali tak mengubah niatku, untuk mencuri hatinya. Hati yang entak kenapa sangat membatu untuk ku. Padahal dia sangat ramah pada semua wanita cantik yang berada di sekitarnya.
Hari itu aku pernah melihat Rakha bergandengan tangan dengan seorang wanita cantik di salah satu Mall di Jakarta. Padahal saat itu aku sedang menunggu hari Sabtu. Hari yang di janjikan Rakha untuk aku bisa tinggal bersama di apartemennya selama satu bulan.
Yah! itu adalah perjanjian konyol yang ku buat sendiri. Dimana jika dalam satu bulan Rakha tidak juga mencintai ku, maka aku akan meninggalkannya selamanya. Dan akan berpura - pura tidak mengenalnya dimana pun kami bertemu.
Hari ini adalah hari Jum'at, setelah kuliah aku pulang ke rumah Orang tua ku. Sebelum akhirnya besok aku akan tinggal di apartemen Rakha Leonard.
"Kamu sudah menyiapkan materi untuk skripsi mu?" tanya Mama.
"Sudah, Ma!" jawabku, "tinggal memulainya saja. Mama do'akan supaya langsung diterima nantinya."
"Aamiin," ucap Mama, "Mama selalu mendo'akan yang terbaik untukmu"
"Makasih Mama ku sayang!" ucap ku memeluk Mama yang duduk di sampingku di ruang tengah rumah Papa.
"Iya!" jawab Mama mengusap tanganku.
"Oh ya, Ma! satu lagi!"
"Apa?" tanya Mama.
"Aku sedang berusaha mencuri perhatian seorang laki - laki. Mama do'akan supaya usahaku lancar ya? please!" ucap ku mencium pipi Mama.
"Bukannya kamu harus fokus skripsi?" tanya Mama
"Aku akan tetap fokus dengan skripsi Ma!" jawabku, "aku hanya akan berusaha mencuri hatinya senatural mungkin. Jadi tidak akan menyita waktuku"
"Hemm.. kau ini!"
"Ayolah Ma.." rayuku, "anak Mama ini sudah 22 tahun. Jova saja sudah menikah" lanjut ku.
"Baiklah!" jawab Mama, "tapi ingat skripsi mu harus bagus!"
"Siap Boss!" jawabku yakin, "tapi jangan bilang Papa dulu ya Ma? aku takut Papa tidak setuju"
"Baiklah, tapi beri tau Mama dulu, seperti apa laki - laki incaran mu itu! kenapa kamu sampai berusaha untuk mendapatkannya!"
"Mama akan tau setelah Indira berhasil!"
"Tinggal jawab saja susah amat!"
"Sabarlah Mama! nanti juga akan tau!" ucap ku, "yang jelas sangat tampan!"
"Oh ya!"
"Heem" jawabku mengangguk yakin.
"Baiklah!" ucap Mama, "malam ini kamu mau menginap di sini?"
"Tidak, Ma," jawabku, "ada banyak pekerjaan di Cafe"
"Ya sudah! ayo makan siang dulu!"
"Siap!" ucap ku sambil berdiri dan menggandeng tangan Mama menuju meja makan.
"Gavin! ayo makan!" teriak ku memanggil adik ku yang masih berada di kamarnya di lantai atas.
"Iya kak!" sahutnya tak kalah keras.
Rumah ku tidak besar juga tidak bisa di katakan kecil. Jika kalian pernah membaca ukuran rumah orang tua Jova, maka rumah orang tua ku ini sedikit lebih besar. Halaman depan muat untuk 3 mobil. Dua orang pelayan, karena Mama ku juga sibuk membantu Papa mengelola cabang - cabang Cafe mereka.
Setelah selesai makan siang di rumah orang tua ku bersama Mama dan Gavin, tanpa Papa, karena Papa masih berada di salah satu Cafenya. Aku memutuskan untuk tidur siang di kamarku. Kamar yang aku tempati selama belasan tahun. Sejak kelahiran Gavin, aku meminta untuk tidur sendiri. Saat itu aku berusia 6 tahun.
Mama menghias kamar ku selucu mungkin saat itu. Lambat laun, kamar ku yang menggemaskan itu, ku ubah menjadi kamar khas seorang gadis muda yang menyukai warna Biru dan Pink.
Aku membaringkan tubuhku di ranjang yang sudah sangat jarang aku tempati itu. Tapi selalu tetap bersih, karena pelayan di rumah setiap hari membersihkannya. Bahkan tetap rutin mengganti sprei ku walau tidak pernah aku tempati. Karena itu adalah perintah Mamaku, yang sangat menyukai kebersihan.
Menjelang sore, aku bangun dari tidurku dan langsung mengguyur tubuhku di bawah shower. Setelah berlama - lama di bawah guyuran air shower, aku memilih untuk menyudahinya dan mengganti bajuku dengan baju ku yang ada di almari kamarku.
"Ma, Indira balik ke Cafe sekarang!" ucap ku sedikit berteriak karena Mama sedang asyik berendam di kamar mandinya.
"Iya, Sayang! hati - hati!" ucap Mama taka kalah keras.
"Siap, Ma!" jawab ku.
"Gavin, Kakak pergi dulu!" ucap ku pada Gavin yang sedang asyik bermain game di ponselnya.
"Iya, Kak!" jawab Gavin menoleh padaku sekilas.
Aku berjalan keluar rumah menuju mobilku yang terparkir manis di halaman rumah orang tua ku.
Aku mengemudikan mobilku di tengah keramaian kota Jakarta, membelah kemacetan karena jam pulang kerja orang - orang dari kantornya. Hingga hampir dua jam berlalu, barulah aku sampai di Cafe ku.
Aku merebahkan tubuh lelah ku di atas ranjang ku yang empuk. Pikiran ku tertuju pada wajah tampan Rakha, saat aku dengan sekuat tenaga mengumpulkan keberanian ku untuk duduk di pangkuannya tanpa permisi. Dan saat itu aku sangat bahagia, karena dia tidak marah, walau dia sama sekali tidak menyentuhku. Tapi dengan jelas dia menghargai ku, karena dia dengan segera mematikan rokok di tangannya.
Dan di sini, aku akan menceritakan 30 hari yang aku lalui sepanjang usaha ku mengejar badai tampan itu. Kisah cinta ku yang penuh perjuangan, yang bahkan belum pernah aku lakukan sebelumnya.
"Hi Reader, Call me Indira!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Rosa Rosiana
baru mulai baca, awalnya bagus, mau lanjut lg.
2023-03-14
1
auliasiamatir
awalnya aku suka.. aku lanjut baca deh
2021-12-07
1
Mel Rezki
like kak
salam dari KARENA USTADZ AKU CACAT 🙏
2021-09-19
1