Indira menata semua hasil masakannya sore itu di atas meja makan. Kemudian dia masuk ke kamarnya untuk mandi dan mengganti bajunya. Setelah selesai dengan ritual mandinya, Indira menyisir rambutnya di depan cermin dan mengoles pelembab wajah tanpa make up.
Jam setengah tujuh malam, Indira duduk di kursi meja makan menunggu Rakha untuk makan malam. 15 menit menunggu, akhirnya Rakha memunculkan batang hidungnya.
"Hai!" sapa Indira.
"Hemm" jawab Rakha.
"Kamu mau makan sekarang?"
"Iya!" ucap Rakha, "aku lapar!"
"Okeh!"
Dengan senang hati Indira mengambilkan makan malam untuk Rakha. Indira bahkan sudah hafal porsi makan Rakha dan selera Rakha saat sarapan dan makan malam. Kalau siang, Rakha suka berubah - ubah mood makannya, lagi pula Rakha sangat jarang makan di rumah karena bekerja.
Indira meletakkan piring Rakha yang sudah terisi nasi dan lauk hasil masakan Indira. Indira mengambil untuknya dan mulai menyantap makan malam bersama - sama.
"Rakha? apa pekerjaan mu hari ini berat?" tanya Indira setelah menghabiskan makanan di piringnya.
"Aku akan menceritakan sesuatu padamu, tapi berjanjilah untuk tidak memberi tau siapapun!" ucap Rakha tegas.
"Apa?" tanya Indira penasaran, "aku janji tidak akan menceritakan pada siapapun!" ucap Indira memberikan jari kelingkingnya pada Rakha.
Rakha meraih jari kelingking Indira, "Ingat! hanya kau yang tau!" ucap Rakha penuh penekanan.
"Baik!" ucap Indira melepas jari kelingking mereka yang terpaut.
"Tadi Jova kecelakaan!" ucap Rakha serius.
"Apa!" pekik Indira berdiri dari duduknya. "Lalu dimana dia sekarang!" tanya Indira panik.
"Sudah di apartemen Alexander" ucap Rakha, "dia hanya shock lalu pingsan di tempat!"
"Kamu yakin tidak ada luka parah?" tanya Indira menatap tajam Rakha yang duduk di depannya.
"Yakin!" ucap Rakha.
"Bagaimana kronologi kecelakaan Jova?" tanya Indira penasaran dengan kembali duduk.
"Disengaja!"
"Disengaja bagaimana?"
"Carissa!"
"Carissa sialan itu?" tanya Indira membuka matanya lebar.
"Iya!"
"Berani sekali si Carissa itu!" ucap Indira kesal, "semoga saja Tuan Alexander memberi balasan yang setimpal!"
"Tentu saja!" jawab Rakha pelan.
"Aku bahkan sudah memutus kontrak Carissa dengan Agensi nya!" ucap Rakha ikut menahan kesal.
"Wow!" pekik Indira heran, "kamu juga punya hak untuk memutus kontrak kerja Carissa dengan Agensi nya?" tanya Indira sambil menggelengkan kepala.
"Dengan membawa nama Group G, apa yang tidak bisa aku lakukan!" ucap Rakha sombong.
"Hemh! sombong!" ucap Indira menyilangkan tangannya di dada sambil menyandarkan punggungnya di sandaran kursi.
"Itu kenyataan! kenapa kau tidak terima!" ucap Rakha menonjolkan wajahnya ke depan.
Indira menyebikkan bibirnya membuang muka ke arah lain.
"Wajahmu menyebalkan sekali sih!" ucap Rakha menatap Indira dengan menahan kesal.
"Menyebalkan bagaimana?" tanya Indira terpancing, "apa matamu sakit, tidak bisa membedakan mana cantik mana menyebalkan! wajahmu itu yang menyebalkan!" ucap Indira menatap tajam balik pada mata Rakha tanpa berkedip.
Rakha menggebrak meja dengan satu tangan. Indira membalas menggebrak dengan dua tangannya. Rakha menggebrak dengan dua tangannya. Indira membalas menggebrak meja berkali - kali.
Rakha di buat semakin gemas dengan tingkah Indira. Rakha berdiri di atas kursi, Indira tak mau kalah. Dia ikut berdiri di kursinya dengan menyilangkan tangan.
"Kau berani melawanku!" tanya Rakha membulatkan matanya.
"Kenapa tidak!" ucap Indira dengan nada menantang.
Rakha turun dari kursi dan mengangkat tubuh Indira di pundak kirinya, seperti mengangkat karung beras, dan membawanya menaiki tangga.
"Heehh! turunkan aku!" ucap indira memukul punggung Rakha. "Rakha!" teriak Indira.
Rakha tidak menggubris teriakan Indira. Dia membuka satu pintu di lantai atas, dan membawa Indira masuk ke ruangan itu.
"Kita beradu di sini!" ucap Rakha menurunkan Indira.
"Apa!" pekik Indira.
"Kau takut?" tanya Rakha dengan senyum sinis penuh kemenangan.
"Bukan takut! tapi aku tidak bisa sama sekali!" ucap Indira kesal menatap tajam mata Rakha.
"Pemalas!" ucap Rakha.
Indira memanyunkan bibirnya kesal menatap ruangan yang penuh dengan alat GYM.
"Harusnya kita tidak di sini!" ucap Indira memiliki ide.
"Lalu?" tanya Rakha mengangkat sebelah alisnya.
"Ikut aku!" ucap Indira menarik tangan kanan Rakha keluar dari ruang GYM milik Rakha.
Rakha menurut saja dengan tarikan Indira. Indira membawa Rakha menuruni tangga, ke ruang tengah. Dia meminta Rakha untuk menyingkirkan meja sofa. Setelah meja di pinggirkan Rakha, Indira berdiri di atas karpet menghadap Rakha yang juga menghadapnya.
"Kita bertanding!" ucap Indira setelah sedikit menunduk, dengan tatapan tajam mata Rakha.
"Maksudmu menantang ku karate!"
"Hai!" jawab Indira menggunakan bahasa jepang, dengan nada tegas dengan meninju telapak tangan kirinya menggunakan tangan kanannya.
"Oke!" jawab Rakha tidak mau kalah. "I'll be the winner!"
"Sombong!" ucap Indira menyebikkan bibirnya.
"Sabuk ku hitam kau tau!"
"Me too!" ucap Indira dengan senyum mengejek.
"HAH!" teriak mereka bersamaan saat mengambil posisi kuda - kuda.
Rakha dan Indira saling menatap tajam, sesaat kemudian mereka maju bersama. Dan pergulatan di mulai.
Pakk!
Rahang Indira terkena pukulan tangan Rakha, secara tidak sengaja.
"Auh!" pekik Indira menghentikan gerakannya di ikuti Rakha yang spontan berhenti.
"Sorry!" ucap Rakha menyentuh rahan Indira yang tertutup tangannya.
Tak melewatkan kesempatan yang ada, Indira memukul Rakha, Rakha menunduk sehingga dengan mudah Indira memukul punggung Rakha dengan siku tangannya, hingga jatuh.
Tak butuh waktu lama untuk Rakha bangkit dari jatuhnya, dia segera kembali menantang Indira yang tersenyum sinis padanya.
Indira hendak memukul, tapi tangannya berhasil di tangkap Rakha. Saat hendak memukul menggunakan tangan satunya, Rakha memutari Indira tanpa melepas tangan Indira di tangannya, sehingga dia berada di belakang Indira dan berhasil mengunci lengan Indira yang terakhir.
"Kamu kalah, Nona!" ucap Rakha.
"Jangan sombong dulu, Tuan!" ucap Indira mengeratkan giginya.
"Kamu sudah tidak bisa berkutik!"
"Siapa bilang!" ucap Indira melirik sinis wajah Rakha di belakangnya.
Bugg!
Menggunakan kepala belakangnya Indira memukul hidung Rakha yang sedikit menunduk.
"Aaahh!" pekik Rakha kesakitan melepas Indira dan memegangi hidungnya.
"Haha!" gelak Indira, "bagaimana Tuan sombong?" tanya indira dengan nada mengejek.
Melihat Rakha yang masih merasa kesakitan, Indira merasa kasian. Dia berjalan mendekati Rakha dan mengarahkan Rakha untuk duduk di sofa. Rakha duduk di sofa menyandarkan kepalanya di sandaran sofa. Indira menarik tangan Rakha yang menutupi hidung.
"Apa sesakit itu?" tanya Indira.
"Apa kepalamu itu kepala batu?" tanya Rakha heran.
"Haha! mana mungkin batu tumbuh di leher ku!" ucap Indira merasa lucu melihat ekspresi Rakha yang mengatainya. Indira mengusap hidung Rakha yang kesakitan.
"Mungkin saja iya!" ucap Rakha ketus.
Cup!
Indira mengecup singkat hidung Rakha. Rakha tertegun dengan apa yang baru saja di lakukan Indira. Rakha menatap lembut mata Indira. Dia masih bersandar di sandaran sofa.
"Sebentar lagi pasti sembuh!" ucap Indira kembali mengusap hidung Rakha dengan jari telunjuknya. "Kamu masih tetap terlihat tampan kok!" ucap Indira dengan senyum jahilnya.
"Tentu saja!" ucap Rakha percaya diri. "Rahang mu sakit?" tanya Rakha menyentuh rahang Indira yang tadi terkena pukulan olehnya.
"Sedikit!" ucap Indira.
"Maaf!" ucap Rakha, "aku tidak sengaja tadi"
"Aku tau! lagi pula aku pernah merasakan pukulan yang jauh lebih sakit dari ini!"
"Oh ya?" tanya Rakha mengerutkan keningnya, "kapan?"
"Saat masih sekolah SMA! aku dan Jova berantem dengan siswi lain yang waktu itu menyukai pacar ku yang sudah meninggal"
"Oh! brarti ini tidak sakit?" tanya Rakha menyentuh lagi rahang Indira.
"Tidak terlalu!" jawab Indira.
Rakha mengamati rahang Indira, yang dia takutkan akan adanya lebam dan sebagainya. Sampai fokus mata Rakha teralihkan pada bibir Indira. Dari yang semula mengusap rahang Indira beralih mengusap bibir Indira. Tanpa sadar tangan Rakha menarik dagu Indira, hingga jarak mereka sangat dekat.
Indira yang dagunya tertarik menatap lembut mata Rakha yang hanya berjarak tidak lebih dari 15 cm. Dia menyandarkan satu sikunya di paha Rakha. Dan matanya menatap mata Rakha penuh dengan tanda tanya.
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan Like dan Komentarnya ya Kak. Dukungan teman - teman sangat berarti bagi para Author.
Terima kasih,
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
💯Fhashyafira✅
aku datang 7 like lagi Thor 😄
2021-09-17
1
hiatus
asikk, lanjut thor 🥰🥰
2021-09-12
2
M_R
asikkk seru
2021-08-29
2