Menjelang subuh, kedua mata Indira mengerjap menyesuaikan dengan cahaya lampu di dalam ruangan itu. Sampai akhirnya kedua matanya terbuka sempurna.
"Rumah sakit?" gumamnya menyadari ruangan itu dan infus di pergelangan tangannya. "Bajuku?" tanyanya melihat bajunya yang sudah berganti baju pasien. "Siapa yang mengganti bajuku?"
Indira yang masih sedikit lemas melihat sekelilingnya, dan tatapan matanya terpaku pada sofa dimana ada Rakha yang sedang tertidur pulas.
Tidak mungkin Rakha yang mengganti bajuku kan? batinnya menatap Rakha dengan penuh tanda tanya bercampur malu.
Bagaimana bisa Rakha menemukanku! tanyanya dalam hati.
Ah! aku hampir lupa siapa Rakha! apa lagi dia tau nomor ponsel ku!
Indira berusaha sekuat tenaga untuk duduk, setelah berhasil dia langsung meneguk segelas air minum di atas nakas. Indira mengambil infus dengan satu tangannya yang tidak terdapat jarum infus, lalu mengangkatnya ke atas, dan mencoba untuk turun dari tempat tidur. Dia berjalan ke arah pintu masuk ruang rawat VVIP itu.
Ceklek!
Dengan sangat hati - hati, Indira membuka pintu, agar Rakha tidak terbangun. Indira membuka sedikit pintu dan mengintip keadaan di luar pintu.
Hah! itukan Pengawal Group G! untuk apa Rakha meminta mereka berjaga di sini? tanya Indira dalam hati. Padahal aku berniat kabur dari tempat ini!
Indira kembali menutup pintu, setelah melihat dua orang Pengawal sedang berbincang di depan pintu, dengan membelakangi pintu.
Indira masuk ke toilet, menggantungkan infus pada gantungan baju. Lalu membuang air kecil dan mencuci mukanya. Dia diam berdiri menghadap cermin yang menempel di dinding. Menumpukan kedua tangannya pada meja wastafel.
Kenapa Rakha mencari ku? bukankah dia sudah bersama gadis yang jauh lebih sempurna dariku?
Beberapa menit berlalu, Indira keluar dari kamar mandi, dan kembali berbaring di tempat tidurnya saat melihat Rakha menggeliat dan mengerjapkan matanya.
"Kamu sudah bangun?" tanya Rakha yang langsung duduk dan berdiri menghampiri Indira.
"Heemm!" jawab Indira mengangguk malas tanpa melihat Rakha sedikitpun.
Rakha mengusap puncak kepala Indira. Sebelumnya Indira pasti bahagia jika di perlakukan lembut seperti itu. Tapi kali ini dia merasa di cium sebelum di cekik.
Rakha berjalan ke arah pintu, dan memerintahkan salah satu dari mereka untuk membelikan makanan bergizi untuk Indira sarapan.
"Kenapa kamu tidak pulang?" tanya Rakha lembut, "apa yang kamu lakukan di pantai tengah malam? apa kamu punya masalah? ceritakan padaku!" ucap Rakha dengan tak berdosa nya.
Seketika Indira menatap tajam mata Rakha, hingga Rakha merasa ada yang aneh. Karena tak pernah sebelumnya Indira menatapnya seperti itu.
"Aku mau pulang!" ucap Indira tanpa perduli dengan pertanyaan Rakha.
"Setelah sarapan kita pulang" ucap Rakha dengan mengusap lembut rambut Indira, berharap tatapan Indira kembali teduh seperti 27 hari sebelumnya. Indira membuang mukanya dengan menahan kesal.
"Dimana bajuku?" tanya Indira ketus.
"Sudah ku buang!"
"Apa!" pekik Indira, "apa kau yang mengganti bajuku?" tanya Indira kembali menatap tajam Rakha.
"Tidak!" jawab Rakha cepat, "Suster yang mengganti yang mengganti bajumu. Itu sudah aku siapkan yang baru!" Rakha menunjuk paper bag yang di bawa Pengawal semalam.
Indira kembali membuang muka dari tatapannya pada Rakha.
Kenapa dia jadi galak? apa aku melakukan kesalahan? batin Rakha yang belum menyadari Indira tau tentang Fellicya.
Rakha menerima sarapan yang di bawa Pengawal untuk Indira. Dengan sangat telaten dan hati - hati Rakha menyuapi Indira. Awalnya Indira menolak di suapi Rakha, tapi Rakha berhasil membujuknya, meskipun pada akhirnya Rakha merasa malu menurunkan egonya di depan Indira. Karena untuk pertama kalinya dia mendapat perlakuan acuh tak acuh dari seorang gadis. Indira membuka mulut dan mengunyah makanannya tanpa melihat Rakha sedikitpun.
Setelah sarapan Indira habis, Rakha memanggil Suster untuk melepas jarum suntik yang menempel di tangan kiri Indira. Setelah itu Indira mengganti bajunya sendiri di kamar mandi. Indira keluar dengan sangat malas melihat Rakha yang terlihat sabar menunggunya.
"Kita pulang sekarang?" tanya Rakha.
"Ya!" jawab Indira cuek, "dimana mobilku?" tanyanya ketus.
"Di apartemen!" jawab Rakha. "Pengawal yang membawanya" jawab Rakha lembut. "Ayo pulang!" ucap Rakha meraih tangan kanan Indira.
Indira menurut saja saat Rakha meraih telapak tangannya dan berjalan bergandengan keluar menuju parkiran.
Mungkin ini akan menjadi yang terakhir aku menggenggam tanganmu, Rakha! ucap Indira dalam hati, menatap teduh tangannya yang di genggam Rakha.
Indira mengangkat kepalanya, melihat sendu pada wajah Rakha dari samping, yang terlihat tampan meski belum mandi sekalipun.
Aku pernah bermimpi kelak bisa bergelayut manja di lenganmu seperti yang di lakukan gadis itu! Tapi apa? aku sudah kalah. Aku kalah dari tantangan ku sendiri! batin Indira dengan setetes air mata di pipinya, yang langsung d usapnya.
Indira berjalan menunduk mengikuti langkah kaki Rakha menuju tempat mobil yang sudah di siapkan oleh Pengawal.
Rakha membuka pintu untuk Indira, dan memutari mobil setelah memakaikan seat belt pada Indira. Indira yang berusaha bersikap acuh tak acuh pada Rakha, nyatanya luluh dengan perhatian Rakha.
Rakha menutup pintu perlahan dan berjalan ke pintu kemudi. Dengan kecepatan sedang Rakha mengemudikan mobilnya menuju apartemennya. Sepanjang perjalan hanya keheningan yang ada di antara mereka berdua.
"Kamu tidak usah ke kampus! hari ini kamu istirahat saja!" ucap Rakha lembut memecah keheningan pagi itu.
"Hemm!" jawan Indira menatap Rakha yang kembali fokus pada jalanan di depannya.
Rakha memarkirkan mobilnya di parkiran apartemen. Lalu membuka seat belt nya dan keluar untuk membukakan pintu Indira. Indira yang sudah melepas seat belt nya sendiri, segera keluar dari pintu penumpang. Rakha kembali meraih tangan kanan Indira dan membawanya ke apartemen.
"Tas dan ponsel mu sudah ada di kamarmu" ucap Rakha melirik Indira yang berdiri di sampingnya saat menaiki lift.
"Iya!" jawab Indira datar.
Kenapa aku merasa Indira benar - benar aneh! batin Rakha, atau dia tau tentang Fellicya! ucapnya dalam hati yang membuat sekujur tubuhnya merasa tegang, dan jantungnya mulai berdetak tidak normal.
Rakha menekan sandi apartemennya, dan mengarahkan Indira untuk masuk ke kamarnya. Rakha pula yang membuka pintu kamar Indira. Rakha mendudukkan Indira di tepi ranjang.
"Kamu tidur saja! hari ini kamu harus istirahat penuh! jangan keluar apartemen! jangan membuat dirimu lelah. Nanti aku akan mengantar makan siang untukmu!" ucap Rakha tanpa jeda.
"Hemm!" jawab Indira dengan memaksakan bibirnya yang ingin menangis itu untuk tersenyum.
Rakha menyunggingkan senyum manisnya, sembari mengusap puncak kepala Indira. Rakha mengambil ponsel Indira.
"Berapa sandi ponselmu?" tanya Rakha.
"232323" jawab Indira.
"Kenapa begitu?"
"Tanggal lahir ku!" jawab Indira datar.
Rakha memasukkan sandi Indira, dan memasang alat pelacak yang di tautkan dengan ponselnya.
Maafkan aku harus memasang alat seperti ini! Ini agar aku lebih cepat menemukanmu, jika kamu kembali melakukan hal konyol seperti ini! aku curiga kamu seperti ini karena tau tentang Fellicya! batin Rakha.
"Ini! aku mengambil beberapa nomor temanmu, agar kalau kamu kembali hilang, aku bisa lebih mudah menemukanmu!" ucap Rakha beralasan.
"Iyaa!" jawab Indira, menerima ponselnya kembali.
"Aku mau mandi dulu!" ucap Rakha yang di angguki Indira.
Tanpa punya nomor temanku saja kau bisa menemukanku! batin Indira.
Rakha keluar dari kamar Indira. Indira menatap nanar punggung Rakha sampai hilang di balik pintu. Indira membaringkan tubuhnya di tempat tidurnya dengan merangkul guling di sampingnya. Mencoba untuk kembali memejamkan matanya. Mencoba untuk melupakan bayangan Rakha.
Setengah jam berlalu, Rakha menuruni tangga dan kembali masuk ke kamar Indira dan membuka pintu dengan sangat hati - hati. Terlihat Indira memeluk guling dengan membelakangi pintu.
Rakha berjalan pelan ke arah ranjang Indira, agar suara sepatunya tak membuat Indira bangun. Rakha menengok wajah Indira yang menghadap guling dengan mata terpejam.
Sudah tidur rupanya! aku berangkat kerja dulu! nanti aku akan pulang untuk membawakan makan siang! ucap Rakha dalam hati, lalu mengecup kening Indira singkat, lalu Rakha mengusap kepala Indira lembut.
Rakha menarik tangannya yang mengusap kepala Indira, dan mengambil ponsel di saku celananya, saat merasakan ponselnya bergetar. Rakha menarik tombol hijau setelah membaca siapa yang menghubunginya sambil berjalan ke arah pintu.
"Halo! ada apa Fell?" jawab Rakha saat membuka pintu kamar Indira lalu keluar dengan melanjutkan telponnya.
Seketika air mata Indira menetes membasahi bantal mendengar nama Fell disebut. Sedari tadi Indira hanya berpura - pura tidur. Dia meresapi setiap sentuhan dan kecupan singkat Rakha yang mungkin tidak akan lagi dia rasakan. Indira berbalik menatap pintu yang sudah tertutup.
"Rakha" gumam Indira lirih.
Masih penasaran next episodenya nggak?
Next episode akan ada kepanikan luar biasa!
Jangan lupa untuk selalu meninggalkan Like setelah membaca ya! biar Author semangat buat Up.
Terima kasih,
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Linda Napitu
jangan menangis indi sayang airmatamu utk org seperti raka
2021-11-11
2
Yukity
hadir lagi Thor...
semangaat🆙😍
2021-10-06
1
💯Fhashyafira✅
aku datang 7 like thor
2021-09-19
1