Indira berjalan ke ruang tamu, dengan nampan di tangannya. Saat hendak sampai di ruang tamu, Indira sudah menguatkan hati dan matanya atas apa yang akan dia lihat di sana nanti.
"Indira! kenapa kamu repot - repot begini?" tanya Angel yang masih duduk di kursi yang sama dengan jarak yang sama.
"Tidak apa - apa kak! santai saja!" jawab Indira meletakkan dua gelas jus jeruk yang dia bawa, lalu duduk di sofa sebrang mereka.
"Kenapa hanya dua?" tanya Rakha, "buat kamu mana?"
"Ah! aku tidak perlu! aku mau masak untuk makan siang kita!" jawab Indira, "kak Angel makan siang di sini saja! aku akan masak lebih banyak. Kak Angel jangan khawatir, aku ahli dalam memasak!"
"Oh, Ya?" tanya Angel.
"Dia punya Cafe! yang menyediakan menu dengan resepnya sendiri!" sahut Rakha.
"Wow! hebat kamu!" puji Angel, "aku saja tidak bisa memasak!"
"Hehe, untuk menambah pengalaman berwirausaha saja kak!" ucap Indira.
"Berapa usiamu?" tanya Angel.
"22 tahun!" jawab Indira, "kalau Kakak? seumuran dengan Rakha?" tanya Indira.
"Rakha ini Kakak tingkat waktu aku masih kuliah di England!" jawab Angel melihat Rakha dengan senyum manisnya.
"Oh!" jawab Indira melihat ekspresi dua orang di depannya, "brarti kalian kuliah di kampus yang sama?" tanya Indira menutupi rasa cemburu dan hati yang tiba - tiba menciut.
"Iya! di Oxford University!" jawab Angel, "bersama Alexander juga dulu!"
"Wow! hebat sekali kalian!"
"Tapi aku hanya kuliah sampai S1 di sana. Karena Papa meminta aku kembali ke Indonesia. Lalu kami tidak sengaja bertemu lagi di Mall sekitar setahun yang lalu."
"Oh!" ucap Indira mengangguk dengan senyumnya.
Rakha hanya sesekali tersenyum kikuk melihat dua gadis beda usia yang sedang berbicara itu.
"Ya sudah Kak Angel, aku tinggal masak dulu ya? Sudah lewat jam makan siang ini!" ucap Indira berdiri dari duduknya.
"Ok!" jawab Angel dengan senyum tak kalah manis.
Indira berjalan menuju dapur dengan hati yang seolah di iris. Indira mulai memasak dengan hati yang kacau, tapi dia berusaha menunjukkan hasil masakan yang sempurna.
Setelah satu jam berkutat di dapur, Indira menata semua hasil masakannya di atas meja makan. Setelah itu berjalan ke arah ruang tamu, untuk memanggil Rakha dan Angel.
Siapkan hatimu untuk apapun yang akan kamu lihat di ruang tamu nanti Indira! batin Indira.
Deg!
Jantung Indira bergetar mendapati Angel yang menggenggam tangan kiri Rakha. Dengan posisi Angel yang sepenuhnya menghadap Rakha, seolah tengah memohon sesuatu. Saat Indira muncul, keduanya langsung menoleh ke arah Indira. Membuat Indira salah tingkah dan bingung.
"Ehm.. Maaf mengganggu!" ucap Indira, "Aku hanya.." Indira menunjuk tempat makan dengan bingung, "maksudku, makan siang sudah siap!"
"Sebaiknya kita makan sekarang!" ucap Rakha.
Indira berjalan lebih dulu ke meja makan, di ikuti Rakha dan Indira berjalan paling akhir sambil melihat - lihat isi apartemen Rakha.
Mereka bertiga duduk, Rakha duduk di kursi utama dengan di apit Indira dan Angel di sampingnya. Jelas tercipta kecanggungan di sana.
"Ayo, Kak! ambil yang ingin Kak Angel makan! cicipi masakan ala Indira!" ucap Indira dengan senyum bangganya untuk memecah keheningan.
"Iya!" jawab Angel dengan senyum manisnya.
"Masakan kamu enak Indira!" puji Angel setelah memakan satu suapan.
"Makasih, Kak!" ucap Indira.
Suasana makan semakin canggung untuk Indira. Manakala melihat dengan mata kepalanya beberapa kali Angel berusaha menyuapi Rakha. Dan dengan jelas, sesekali Rakha menerima suapan Angel. Tak jarang pula Rakha menolak suapan Angel.
Sesekali Rakha melirik Indira dengan perasaan tak menentu. Untuk itulah Rakha sering menolak suapan Angel. Indira sengaja hanya mengambil sedikit makanannya agar cepat selesai. Dan tak bicara sepatah katapun atas apapun yang di lakukan Angel.
"Kak, kalian lanjutkan makannya, aku sudah selesai. Nanti tinggalkan saja, biar aku yang merapikan," ucap Indira sembari berdiri dari duduknya dan membawa piring kotornya untuk di cuci.
"Yakin kamu sudah kenyang, Ndi?" tanya Angel.
"Sudah kok, Kak!"
"Oh!" Angel mengangguk.
"Aku ke kamar dulu ya!" ucap Indira setelah mencuci piring.
Indira berjalan ke kamarnya, meninggal Angel dan Rakha yang masih melanjutkan makan siang mereka. Indira menutup pintu kamarnya.
"Tidak ada yang menyuruhmu melakukan semua ini, Ndi!" gumam Indira berbaring di dalam kamarnya. "Kau sendiri yang memilih untuk tinggal di sini selama satu bulan. Jika dalam satu bulan kau harus melihat banyak wanita datang, itu resiko dari pilihanmu sendiri!" gumamnya lagi. "Mereka terlihat sangat serasi, cantik dan tampan, juga sama - sama cerdas. Apa orang yang cerdas berjodoh dengan orang yang cerdas pula?" tanya Indira pada dirinya sendiri. "Tapi Pak Alex dan Jova sangat berbanding terbalik, nyatanya mereka berjodoh!" Indira memutar tubuhnya ke kanan ke kiri di balik selimut tebalnya sampai akhirnya matanya terlelap.
Satu jam berlalu..
Tok tok tok
Rakha mengetuk pintu kamar Indira, tapi tidak ada jawaban.
Tok tok tok
Rakha mengetuk lagi, namun tetap saja nihil. Akhirnya Rakha memilih untuk membuka pintu Indira.
Ceklek!
Rakha membuka pintu dengan sangat hati - hati. Terlihat Indira tertidur lelap di balik selimut. Rakha berjalan mendekat tanpa menutup pintu kembali. Rakha menatap intens wajah cantik Indira saat terlelap. Ada perasaan aneh yang menjalar di hatinya. Rakha duduk di ranjang samping Indira.
"Apa kau cemburu?" tanya Rakha dengan suara pelan. Indira tak bergeming, masih terlihat sangat lelap.
"Dua kali aku dan Angel menjalin hubungan singkat, pertama saat kami masih di England," cerita Rakha dengan suara pelan, berharap Indira tidak mendengar. "Terakhir saat aku baru tiba di Indonesia dan memutuskan masuk ke Group G, setahun yang lalu." jelas Rakha, "Sebenarnya tadi aku bertemu dengannya, dan memang mengajukan untuk pertemanan saja dan mengundangnya ke sini jika ada waktu, aku tidak menyangka dia akan datang secepat itu. Dan hal di luar dugaan ku terjadi, dia memohon untuk kembali. Tapi inilah aku, yang belum bisa mencintai wanita secara tulus."ucap Rakha dengan sangat pelan. "Dalam hati kecilku, aku tidak ingin membuat gadis polos seperti mu melakukan hal konyol seperti ini." ucap Rakha mengusap kepala Indira yang masih terlelap. "Aku hanya takut, jika dalam satu bulan aku belum memiliki perasaan apapun padamu. Dan aku lebih takut jika aku menjalin hubungan dengan mu, dan berujung sama seperti dengan hubungan yang aku jalani dengan perempuan - perempuan di luar sana, itu akan lebih menyakitimu bukan?. Dan aku akan merasa sangat bersalah, karena baru kali ini ada gadis yang menginap di apartemen ku, untuk memperjuangkan cintanya padaku!" ucap Rakha serius, "apa aku pantas kau perjuangkan seperti ini?" tanya Rakha yang merasa dirinya terlalu buruk untuk di perjuangkan.
Rakha menghembuskan nafas kasar beberapa kali. Menatap intens wajah Indira yang menurutnya wajah gadis polos. Rakha mengusap dahinya dengan perasaan bingung.
"Maafkan aku, Indira!" ucap Rakha mengusap lembut lengan Indira, "seharusnya kau mengejar laki - laki yang jauh lebih baik dariku!" lanjutnya sebelum akhirnya keluar dari kamar Indira.
"Ini baru dua hari, Indira! kau masih punya 28 hari untuk menaklukkan Buaya tampan itu!" gumam Indira setelah mendengar pintunya tertutup.
Sebenarnya Indira terbangun saat Rakha mengetuk pintu yang kedua, saat hendak bangun Indira mendengar gagang pintu yang di tekan. Sehingga dia memilih untuk berpura - pura tidur, agar tau niat asli Rakha mencarinya. Dan benar, dia mendapatkan cerita yang memang sebenarnya ingin dia dengar. Mungkin Rakha tidak akan bercerita kalau Indira membuka matanya tadi.
Indira menatap langit - langit kamar yang di berikan Rakha untuknya selama sebulan itu. Dia seolah bimbang antara melanjutkan atau tidak.
"Baru dua hari saja hati ku rasanya di aduk - aduk seperti ini!" gumam Indira menepuk kesal selimut tebalnya. "Tadi pagi aku di buat bahagia, siangnya jantungku seperti di remas!" Indira menyebikkan bibirnya malas. "Tapi mendengar ucapannya tadi, aku yakin Rakha laki - laki yang punya hati. Hanya belum ada yang bisa membuka saja!"
Menjelang sore Indira keluar dari kamarnya, berjalan ke arah meja makan. Dia ingat belum membereskan sisa makan siang mereka tadi. Saat sampai di meja makan, ternyata semua sudah bersih dan kembali rapi.
"Siapa yang merapikan?" gumam Jova, "apa Angel!" tanya Indira pelan.
"Aku!" sahut Rakha dari arah belakangnya setelah menuruni tangga.
"Apa?" Indira mengerutkan kening dan menyungging senyum kecil. "Benar kamu yang membersihkan?" tanya Indira yang di jawab Rakha dengan mengangkat kedua alisnya. "Wah! kamu bisa juga membereskan dapur!" puji Indira.
Rakha tidak menjawab dia hanya menggelengkan kepalanya pelan.
"Kau tidak perlu memasak untuk makan malam, kita makan di luar saja!" ucap Rakha.
"What!" pekik Indira, "kau mengajak aku dinner?" tanya Indira.
"Hemm!" Rakha mengangguk pelan.
"Yeay!" Indira tersenyum senang, "baiklah, aku akan membersihkan apartemen mu ini saja kalau begitu!" ucap Indira.
"Terserah!" ucap Rakha cuek.
Duuh.. gerak gerik Rakha masih ambigu sekali ya.. Ada perasaan gak sih Kha! bikin Author gemes!
Hehe! dasar Author tukang halu!
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komentarnya ya.. atau boleh juga memberikan masukannya.
Terima kasih ya Kakak - Kakak, yang hari ini memberikan Vote untuk Novel kedua Author receh ini.
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Maniati Nia
kok serasa hatiku yg d remes remes si thor...huhuhuuuu
2023-06-08
1
Joice Meitasari
buat Rakha bucin dgn Indira donk,Thor🙏
2021-09-02
2
Adila Nisa Ardani
aku tdk tau harus berkata apa karna Rakha hatinya sulit di tebak...tp aku pesen Ama Indira klau hatimu tdk kuat untuk menghadapi Rakha yg TDK mau membuka hatinya pada Indira lebih baik kamu pergi Indi🤣🤣🤣🤣🤣
2021-08-24
2