Jantung Indira bergetar, merasakan pergelangan tangannya yang di genggam Rakha, di tambah mata Rakha yang menatapnya. Seperti terhipnotis oleh sepasang mata Rakha, Indira menganggukkan kepalanya.
Rakha dan Indira mulai berenang bersama menuju kedalaman 5 meter. Dengan sangat hati - hati dan berusaha tidak melihat kedalaman kolam, Indira menggerakkan kedua tangannya bergantian. Saat di kedalaman menuju 4 meter, tiba - tiba kaki Indira kram. Indira mulai kehilangan keseimbangan, dia hampir tenggelam namun berusaha memunculkan kepalanya di permukaan air dengan bantuan satu kaki dan dua tangannya. Rakha belum menyadari Indira tertinggal.
"Rakha!" panggil Indira gelagapan dan kembali tenggelam.
Rakha mulai merasa aneh, Rakha menghentikan berenangnya dan mengedarkan pandangannya. Rakha melihat Indira yang berusaha memunculkan kepalanya di permukaan.
"Jangan bercanda!" Rakha tersenyum lucu.
"Rakha!" ucap Indira lagi saat berhasil memunculkan kepalanya, Rakha mulai curiga, Indira benar - benar dalam bahaya.
Indira membuka matanya saat kembali tenggelam dan ingat dia berada di kedalaman yang belum pernah dia coba sebelumnya.
Tolong aku Rakha! batin Indira sebelum akhirnya tenggelam karena kehabisan tenaga.
"Indira!" teriak Rakha yang mulai panik. Rakha segera masuk ke dalam air, dengan cepat menangkap pinggang Indira dan kembali membawanya ke permukaan. Rakha membawa Indira yang nafasnya sudah tersengal - sengal dan hampir pingsan menuju tepi kolam. Dengan bantuan beberapa orang di sekitarnya Rakha berhasil menaikkan Indira ke tepi Kolam.
"Indira!" panggil Rakha panik bukan kepalang. Rakha menepuk kedua pipi Indira. "Indira!" panggil Rakha lagi.
Indira berhasil mengatur nafasnya, tapi dia masih terlihat sangat lemah dan bingung. Rakha mengangkat tubuh Indira untuk di baringkan di kursi baring di pinggiran kolam. Beberapa orang yang membantu Rakha sudah pergi meninggalkan Rakha dan Indira.
Rakha duduk di samping Indira, yang menyandarkan kepalanya di sandaran dengan pikiran yang masih bingung.
"Maafkan aku!" ucap Rakha mengusap lembut puncak kepala Indira.
Indira masih belum menjawab, dia berusaha untuk mengumpulkan tenaganya.
Apa benar tadi yang Rakha yang memanggil namaku? ucap Indira dalam hati, sambil menatap wajah Rakha, tanpa bicara sepatah katapun.
Kalau bukan dia, siapa lagi? tidak ada yang mengenalku di sini. Untuk pertama kalinya dia menyebut namaku, sejak aku mengejarnya. lanjut Indira dalam hati dengan berusaha tersenyum samar.
"Apa yang kau rasakan sekarang?" tanya Rakha yang masih diselimuti kepanikan.
"Kaki ku tadi kram!" jawab Indira.
"Kram?" tanya Rakha lagi yang di angguk i Indira pelan.
"Yang mana?"
Indira menunjuk kaki kirinya, menunjukkan pada Rakha kaki kirinya lah yang kram. Dengan cepat Rakha berdiri dan mencoba menarik jari jemari kaki Indira juga menarik pelan kakinya. Indira sedikit meringis saat merasakan sakit.
"Sudah.. Sudah!" ucap Indira mengangkat satu tangannya.
"Kamu yakin?" tanya Rakha.
"Hemm" Indira mengangguk pelan.
Rakha mengambil handuk kimono nya dan memakainya.
"Sebaiknya kita kembali ke apartemen," ucap Rakha mengambil handuk kimono Indira dan membantu Indira untuk memakainya. Lalu mengambil bajunya.
Indira masih merasa trauma, tapi dia senang dengan perhatian yang di berikan Rakha. Rakha memegangi pundak Indira untuk berjalan menuju lift. Hingga mereka masuk ke apartemen Rakha.
"Sebaiknya kamu segera mengganti bajumu," ucap Rakha membukakan pintu kamar Indira.
"Hemm" jawab Indira mengangguk, lalu masuk ke dalam kamarnya dan menutup pintunya.
"Yaa ampun, aku mau tenggelam lagi, asal Rakha memperlakukan aku seperti tadi." gumam Indira menyandarkan punggungnya di balik pintu dengan menyunggingkan senyumnya.
Indira masih diam di balik pintu itu dengan senyum - senyum sendiri mengingat momen saat dia hampir tenggelam tadi. Saat dengan pasti Rakha memanggil namanya.
Indira berjalan ke kamar mandi dan mengguyur tubuhnya di bawah guyuran shower. Setelah selesai dengan ritual mandinya, Indira mengambil baju dan memakainya. Menyisir rambutnya di depan meja rias dengan asal.
Setelah selesai, Indira keluar dari kamar dan duduk santai di sofa ruang tengah sambil mendengarkan musik menggunakan headset.
Rakha keluar dari kamarnya dengan membawa laptop di tangannya. Rakha menuruni tangga, matanya langsung tertuju pada Indira yang sudah duduk di sofa.
"Kau sudah lebih baik?" tanya Rakha, dengan nada bicara yang tak seketus biasanya.
"Eh!" Indira melepas headset nya menyadari kehadiran Rakha, "sudah kok!" jawab Indira.
"Maaf!" ucap Rakha duduk di samping Indira, "tadinya aku kira kamu sedang bercanda!" jelas Rakha.
"Bercanda?" Indira mengerutkan keningnya.
"Iya!" jawab Rakha dengan rasa menyesalnya. "Aku benar - benar minta maaf, aku tidak tau kalau kamu benar - benar butuh bantuan!"
"Hemm.." Indira membuang nafasnya malas, menatap mata Rakha di sampingnya. "Sebenarnya aku ingin berusaha untuk bisa mengikuti mu sampai di kedalaman 5 meter, tapi tiba - tiba kaki ku sakit dan susah di gerakkan. Di tambah aku ingat, aku sedang berada di kedalaman membuat tubuh dan pikiran ku kacau. Jadi aku pasrah dengan keadaan tadi. Untung kau menyelamatkan aku. Terima kasih ya?" ucap Indira.
"Kenapa berterima kasih?" tanya Rakha, "aku yang memaksamu untuk melawan rasa takutmu! akulah yang salah tidak menjagamu sesuai ucapan ku!"
"Yang penting aku selamat kan?" tanya Indira dengan senyum
"Kalau aku tidak memaksamu, mungkin kita masih bermain air di sana!" ucap Rakha.
"Minggu depan kita masih bisa berenang lagi di sana!" jawab Indira, agar Rakha tidak lagi merasa bersalah.
"Hemm!" Rakha mengangguk sambil mengoyak rambut kepala Indira.
"Ish!" Indira menepis tangan Rakha yang membuat rambutnya berantakan.
Rakha tersenyum melihat Indira yang manyun dengan rambut yang sedikit berantakan karena ulahnya.
"Kau mau apa membawa laptop mu?" tanya Indira.
"Hanya mengecek email dari kantor cabang yang beroperasi setiap hari!"
"Memang ada?"
"Tentu saja! mereka bekerja secara shift!"
"Contohnya?"
"Seperti SPBU dan Pusat perbelanjaan," jawab Rakha.
"Oh!" Indira mengangguk.
Rakha membuka laptop di pangkuannya, dan mulai menyalakannya. Rakha mulai fokus berselancar di dunia per emailan.
"Kau butuh bantuan ku?" tanya Indira setelah cukup lama melihat Rakha seperti sangat sibuk.
"Memangnya apa yang bisa kamu bantu?" tanya Rakha.
"Mengganggu mu! hehehe!" Indira tersenyum menunjukkan semua giginya.
Rakha menyunggingkan senyum kecilnya, melirik Indira di sampingnya lalu kembali melihat laptop dengan sedikit menggelengkan kepalanya.
"Kau mau makan siang pakai apa?" tanya Indira, "aku akan memasak untukmu!"
"Yakin kamu masak lagi?" tanya Rakha.
"Hemm!" jawab Indira yakin.
"Terserah kau sajalah!"
"Ok!"
Tok tok tok!
Terdengar ketukan pintu saat Indira berdiri dari duduknya di sofa.
"Biar aku yang buka!" ucap Indira, "oh Ya, berapa sandi apartemen mu?"
"131713!" jawab Rakha.
"131713 betul?" Indira mengulang.
"Iya!" jawab Rakha tanpa menoleh.
"Ok!"
Indira berjalan ke arah pintu utama apartemen, dan menekan sandi pintu yang di beri tau Rakha.
Ceklekk!
Indira membuka pintu, yang menampakkan perempuan cantik nan anggun. Indira tertegun untuk sesaat. Pandangan mata mereka bertemu seolah bertanya dengan pertanyaan yang sama, yakni siapa?.
"Selamat siang!" sapa perempuan.
"Si..siang!" jawab Indira gelagapan.
"Rakha ada?" tanya perempuan itu.
"Ada!" jawab Indira menunjuk dalam. Mereka saling diam untuk sesaat karena canggung.
"Angel?" ucap Rakha yang muncul dari dalam, untuk melihat Indira yang membuka pintu dari tadi tapi tidak ada pergerakan.
"Hai, Rakha!" sapa Angel.
"Masuklah! kenapa kalian hanya diam di situ?" ucap Rakha.
"Eh iya!" Indira tersenyum kikuk, "silahkan kak!" ucap Indira membuka pintu lebar.
"Makasih!" ucap Angel dengan senyum manisnya melewati Indira yang bersiap menutup pintu.
"Duduk!" ucap Rakha mempersilahkan Angel duduk.
Angel duduk di sofa yang sama dengan Rakha namun ada jarak di antar keduanya.
"Kita belum kenalan!" ucap Indira menghampiri Rakha dan Angel setelah menutup pintu. "Indira!" ucap Indira mengulurkan tangan disertai senyum tulus.
"Angel!" jawab Angel menyambut uluran tangan Indira. "Pasti pacarnya Rakha!" tebak Angel setelah melepas jabatan tangan mereka.
Rakha dan Indira terlibat saling tatap sejenak dengan Indira yang menebar senyum. Lalu kembali menatap Angel dengan senyum yang semakin lebar.
"Aku sepupunya!" ucap Indira, Rakha menatap Indira dengan tatapan yang sulit di artikan.
"Yakin sepupu?" tanya Angel dengan senyum yang seolah tak percaya.
"Hemm" jawab Indira mengangguk.
"Tapi kalian tidak ada mirip - miripnya!" lanjut Angel.
"Kita kan sepupu kak, bukan saudara kandung, hehe!" jawab Indira.
"Iya juga sih!" ucap Angel tergelak.
"Oh, ya! mau minum apa?" tanya Indira.
"Tidak usah repot - repot!" jawab Angel yakin.
"Sudahlah, jangan sungkan. Yang namanya tamu minimal harus di suguhi minun!" ucap Indira tulus.
"Aku tidak mau minum, aku maunya Rakha saja!" jawab Angel dengan senyum tak kalah manis dari Indira.
Deg!
Jantung Indira serasa diremas karena cemburu. Tapi Indira menutupi dengan senyum menawannya.
Rakha menerbitkan senyum canggung setengah terpaksa. Dia dalam posisi yang bingung harus condong kemana.
"Hehe! bisa saja!" ucap Indira mencoba menguasai dirinya. "Ya sudah kalian ngobrol dulu, aku buatkan minum seadanya ya?" ucap Indira.
"Iya!" jawab Angel.
Indira berjalan menuju dapur, dengan memejamkan mata dalam. Mencoba menutupi rasa cemburu yang mencubit hatinya.
Ingatlah Indira, ini resiko menaklukkan buaya darat! ucap Indira dalam hati, sambil menuang jus jeruk ke dalam dua gelas.
Setelah memindah dua gelas berisi jus jeruk ke atas nampan, Indira mengangkat nampan dan bersiap membawanya ke ruang tamu.
"You can do it, Indira!" ucap Indira pelan menatap lurus ke depan.
Jangan lupa tinggalkan Like dan Komentarnya ya teman - teman, hehe.
Terima kasih banyak yang sudah memberikan hadiah.
Salam Lovallena.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 100 Episodes
Comments
Little Peony
Like like like
2021-09-18
0
💯Fhashyafira✅
aku datang 5 like' Thor + paporit
2021-09-17
1
Cucu Suliani
Mangats
2021-09-09
1