Sean duduk di kursi ruang kerjanya sembari menempelkan telfonnya ke telinga. Setelah menekan nomor Axel, sambungan langsung terhubung di nada dering kedua.
"Kau sudah mengerjakan apa yang kusuruh?" tanya Sean datar.
"Sudah tuan, tetapi sulit untuk mencari dokter dengan kriteria tuan untuk ditemukan." Suara Axel terdengar sedikit ketakutan.
"Ini sudah dua hari tapi kau masih belum menemukannya?! Kau sangat tidak becus!" teriak Sean marah kemudian menutup sambungan telfonnya.
"Sudahlah! Kenapa kau mencari yang sulit jika yang mudah ada. Aku akan menelfon dokter Johan," ucap Trisha dihadapannya sembari menggigit apel ditangannya.
"Dia pria! Aku tidak suka!" ucap Sean ketus. Trisha tertawa di tempat duduknya.
"Tapi Linzy membutuhkannya, Bodoh! Jangan membuang waktu lagi, atau ia akan semakin parah. Atau lebih buruk berhasil mengakhiri hidupnya. Dia sudah berada diambang batasnya, Sean!" seru Trisha kesal pada Sean yang disaat seperti ini masih saja posesif.
"Apa kau mulai mecintainya?" tanya Trisha mulai menggoda Sean.
"Baiklah telfon dia," ucap Sean akhirnya setelah mempertimbangkannya tanpa menjawab pertanyaan Trisha. Meskipun dari nada bicaranya yang kurang suka, tetapi untuk sekarang yang menjadi prioritasnya adalah Zee.
"Hello, Johan!" sapa Trisha setelah sambungan telfon terhubung disebrang sana.
"Hi babe, what's wrong?" tanya Johan di sebrang sana. Sean yang mendengar panggilan sayang dari Dokter Johan untuk kakak sepupunya sedikit heran.
"Adik sepupuku ingin bicara denganmu," ucap Trisha dan memberikan ponselnya pada Sean.
Sean mengambil ponsel Trisha dan mematikan loudspeakernya kemudian menjauhi Trisha agar lebih leluasa mengobrol dengan Dokter Johan. 30 menit berlalu, Sean kembali masuk kedalam ruang kerjanya dan memberikan kembali ponsel Trisha.
"So?" tanya Trisha menatap Sean.
"Dia akan kesini besok," jawab Sean singkat.
"And?"
"Aku akan membicarakan detailnya setelah ia memeriksa keadaan Zee," jawab Sean kembali dengan malas.
"Apa dia kekasihmu?" Kini Sean yang giliran bertanya.
"Ya..." jawab Trisha acuh dengan tangan yang memainkan ponselnya tanpa menatap Sean.
"Aku akan kembali ke rumah sakit," ucap Trisha setelah bosan dengan ponselnya.
Sean mengangguk tanpa menatapnya, ia sudah tenggelam dalam pekerjaan dan komputernya. Dokter Trisha membereskan barang barangnya dan melangkah pergi. Suara pintu terbuka kemudian tertutup kembali terdengar.
🌞🌞🌞
Matahari pagi masuk ke dalam kamar yang ditempati Zee, menyorot tepat ke arah tubuhnya yang masih berbaring memejamkan matanya. Sinarnya yang menerpa wajahnya membuat tidurnya terusik. Perlahan ia mengerutkan dahinya dan menghalau sinar matahari dengan tangannya. Zee membalikkan tubuhnya agar wajahnya tak terkena sinar matahari. Saat sudah membalikkan tubuhnya, lagi-lagi wajah Sean tepat berada di depan wajahnya. Jangan lupakan tangan Sean yang memeluk pinggangnya erat. Zee menatap wajah Sean yang tertidur, ia kembali melamun jauh.
Pelukan tangan pada pingganya yang mengerat menyentak Zee. Ia menatap Sean yang mulai membuka matanya. Sean tersenyum menatap Zee yang tengah menatapnya. Senyum yang untuk pertama kalinya terlihat, sepanjang dirinya bersama Sean. Wajah Sean mendekat ke arah Zee, lalu dahinya merasakan sesuatu.
Sean mengecupnya dengan lembut. "Morning, Baby Girl," ucap Sean lembut dengan suara serak khas orang baru bangun tidur.
Zee masih diam tanpa ekspresi ditempatnya, hanya menatap Sean yang sudah melepaskan pingganya dan beranjak dari kasur. Sean masuk ke dalam walk in closet. Selama 30 menit, barulah ia keluar dengan keadaan yang sudah segar karena sehabis mandi sebab rambutnya yang basah. Pakaiannya terlihat santai, bukan setelan formal yang biasa dikenakan.
Sean berjalan ke arah Zee yang masih di atas kasur dengan posisi yang masih tetap sama seperti saat ia tinggalkan. Ia menaiki kasur mengusap rambut panjang Zee dengan lembut.
"Hari ini akan ada Dokter untuk memeriksa kesehatanmu, mandilah dan bersiap, ya?" tanya Sean lembut masih dengan mengusap rambut Zee.
Ia tersenyum menatap Zee yang sudah mau menatap wajahnya kembali, meskipun tanpa ekspresi apapun. Zee tak bergerak sedikitpun, dengan apa yang dikatakan Sean. Namun, Sean tak berencana untuk menyerah. Ia menggendong tubuh Zee dan mendudukkannya di atas toilet.
"Pelan-pelan saja. Aku akan menyiapkan pakaianmu di walk in closet, dan menunggu di kamar." Sean berkata dengan lembut tak lupa mengecup rambut Zee, sebelum akhirnya keluar dari toilet.
Zee masih duduk diam di tempatnya sembari menatap ke arah pintu kamar mandi yang baru saja ditutup Sean. Akhirnya setelah lama terdiam, ia menanggalkan seluruh pakaiannya dan masuk ke dalam bathup yang sudah penuh dengan air dan busa. Memejamkan matanya tenang.
Sean mengambil pakaian untuk Zee beserta pakaian dalamnya untuk dikenakan. Setelahnya ia keluar dari walk in closet dan menuju pintu keluar kamar untuk meminta bodyguardnya menyuruh Marlyn mengantarkan makanan.
Marlyn datang dengan nampan ditangannya yang berisi menu sarapan untuknya dan untuk Zee. Zee masih di dalam kamar mandi saat Marlyn mengantar makanan dan keluar lagi. 45 menit berlalu, gadis itu masih belum keluar dari kamar mandi membuat Sean khawatir sesuatu terjadi lagi pada Zee. Ia akhirnya memutuskan untuk melihatnya, tetapi baru saja ia berdiri dari duduknya, Zee keluar dengan keadaan yang sudah segar dan terlihat cantik dengan pakaian santainya.
Sean menghampiri Zee dan memapahnya untuk duduk di sofa di kamarnya. Setelah Zee duduk, Sean mengambil nampan makanan di meja nakas untuk kembali ke tempat Zee duduk. Ia duduk di sisi Zee dengan semangkuk bubur sayur dan ayam ditangannya. Sean menyuapi Zee dengan telaten sampai bubur tak bersisa. Zee juga meminum air putih yang ia teguk hingga tandas. Sean membersihkan bibir Zee yang basah karena air minumnya. Ia berdiri mengambil kotak obat dari walk in closet dan salep untuk Zee. Sean perlahan mengankat kaki Zee yang membengkak dan mengolesinya salep. Zee diam dengan semua perlakuan Sean kepada dirinya, ia hanya menatap Sean dalam diam tanpa ekspresi. Sean bersyukur karena Zee tidak menolaknya, meski ia menurutinya bagai robot.
Setelah selesai dengan kaki Zee, ia menurunkan kembali kakinya dengan hati hati. Mengambil tangan Zee untuk mengganti perban di pergelangan tangannya dan menutup luka goresan di tangannya. Dengan telaten ia melilitkan perban dan menempelkan hansaplas ke tangan Zee hingga lukanya kembali tertutup dengan sempurna. Sean kembali berdiri sembari membawa kotak obatnya kembali ke tempatnya semula. Ia kembali pada Zee yang masih duduk di tempatnya.
"Aku akan keluar menjemput Doktermu yang sudah datang. Aku akan kembali," ucap Sean dan mencium dahi Zee sebelum akhirnya ia pergi membawa serta nampan makanan mereka.
Di depan pintu sudah ada kedua bodyguard Sean yang berjaga. Ia memberikan nampan makanannya pada salah satu bodyguard.
"Apa dia sudah datang?" tanya Sean datar.
"Sudah tuan," jawab salah satu bodyguard yang mengerti siapa yang dimaksud bos mereka.
"Bawa dia ke ruang kerjaku!" perintah Sean kemudian dirinya melenggang pergi ke ruang kerjanya.
Tak lama seseorang mengetuk pintu ruang kerja Sean. Ia segera mempersilahkan seseorang diluar untuk masuk. Pria dengan jas putih khas Dokter masuk ke dalam ruang kerja Sean, mengalihkan atensinya. Sean berdiri dari duduknya menghampiri sang Dokter lantas membawanya langsung ke kamar Zee. Sean diikuti Dokter Johan masuk ke dalam kamar yang memperlihatkan Zee tengah duduk di tempat yang sama ketika Sean tinggalkan. Sean duduk di samping Zee. Ia menatap Sean dan Dokter Johan yang sudah duduk dihadapannya.
"Zee.. " panggil Sean lembut.
"Ia dokter Johan, dia yang akan memeriksa kesehatanmu," lanjut Sean memperkenalkan Dokter dihadapan mereka. Sang dokter tersenyum menatap Zee yang menatapnya.
"Halo, Nona Alanza. Saya Dokter Johan Hormes." Dokter tersebut memperkenalkan dirinya dengan ramah. Zee diam tak merespon.
"Bagaimana perasaanmu pagi ini?" tanya sang dokter kembali. Tetapi Zee tetap bungkam menatap kosong sang Dokter.
Dokter Johan memberikan kode pada Sean agar meninggalkan mereka, memberikan dirinya dan Zee ruang. Dengan setengah hati akhirnya Sean keluar meninggalkan keduanya.
*
*
*
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Tish Yulis
ceritamu bagus jg kakak...semangat ya....
2021-09-03
2
🌸 andariya❤️💚
next kak,💜💜💜💚💚💚
2021-08-29
3
🌸 andariya❤️💚
lanjutkan thor 🥰🥰🥰🥰🥰
2021-08-29
3