Zee membuka matanya dan mengerjapkannya perlahan. Ia langsung menatap langit-langit kamar berwarna putih yang asing. Tangannya mulai memegangi kepalanya yang terasa sakit begitu ia berusaha untuk duduk. Kamar ini didominasi dengan warna hitam dan abu abu beraroma maskulin yang khas. Ia yakin jika kamar ini adalah kamar pria. Zee menatap sekeliling kamar yang tak dipenuhi oleh barang-barang. Hanya satu set sofa abu-abu yang berada di depan ranjang, lukisan yang lumayan besar dan terlihat begitu ia duduk di ranjang ini, dan meja nakas yang terdapat lampu tidur.
Tatapannya beralih pada pakaiannya yang sudah berganti. Yang semula celana jeans dan tangtop berlapis cardigan sudah berganti dengan baju tidur tipis dan pendek yang mirip dengan lingerie. Zee sudah berpikiran negatif dan liar atas apa yang terjadi padanya. Ia hanya mengingat ada seseorang yang membiusnya dan setelahnya ia tak tahu apa yang terjadi. Parahnya ia tak tahu dirinya dimana. Selain pakaiannya, tubuhnya tidak ada tanda-tanda pemerkosaan. Membuat perkiraan itu sedikit menenangkannya.
Suara pintu kamar yang terbuka mengalihkan atensinya. Seorang pria bertubuh tinggi proporsional dengan bentuk tubuh yang tercetak jelas dibalik kemeja putih yang dipakainya, masuk ke dalam kamar, menghampiri Zee. Tubuh Zee sudah gemetar ketakutan ketika langkah pria itu sudah semakin mendekatinya. Tangannya memegang erat selimut yang dipakainya menutupi tubuhnya yang nyaris terlihat karena pakaian yang tipis. Adegan ini mengingatkan Zee pada sebuah peristiwa.
Tangan besar pria tersebut terangkat menyentuh rambut Zee, yang membuatnya menunduk untuk menghindari tangan besar pria tersebut. Namun tetap, tangannya bergerak mengusap rambut Zee dengan gerakan pelan. Zee memberanikan diri untuk menatap pria di depannya. Perlahan ia mengangkat kepalanya. Matanya bertemu dengan manik mata biru pria tersebut yang juga menatapnya. Sorot mata yang dingin menatap tepat ke arah netra Zee yang berkaca kaca.
"Tu-tuan," panggil Zee dengan susah payah karena rasa takutnya yang menguasai dirinya. Pria tersebut menatap Zee dalam seolah menghipnotisnya.
"Panggil aku Sean," ucapnya dengan suara bariton yang khas memecahkan lamunan Zee yang diam diam mengagumi pahatan sempurna wajah pria di depannya.
"Di-dimana a-aku?" tanya Zee gugup dan pelan.
"Kau di mansionk," jawab Sean.
"Apa yang terjadi padaku? Boleh aku pulang?" tanya Zee beruntun. Ia mulai memberanikan diri setelah dirasa pria di depannya lumayan baik.
Wajahnya terasa familiar, begitupun dengan namanya. Otak Zee berusaha mengingat-ingat dimana ia pernah mendengar nama pria itu.
"Kau tidak bisa pulang," ucap pria itu seraya berdiri dari duduknya dan berjalan ke arah pintu.
"Aku akan kembali untuk membawamu ke ruang makan," lanjutnya sebelum ia benar benar keluar dari kamar. Suara pintu yang dikunci terdengar dari luar. Zee berlari ke arah pintu dan menggedornya.
"Keluarkan aku!" teriak Zee dari dalam. Air matanya keluar begitu saja karena ia tak mendengar suara apapun dari luar kamarnya.
Bagaimana nasibnya sekarang? Zee menghapus air matanya kasar. Sadar karena menangis tak menyelesaikan apapun. Otaknya berputar, mencari cara untuk kabur dari sini. Melihat pria tersebut menguncinya, sudah dipastikan pria itulah yang menculiknya.
Langkah kakinya berjalan menuju ke arah pintu lainnya di kamar ini yang ternyata adalah walk in closet dan toilet. Terdapat 2 Lemari besar. Satu lemari dipenuhi oleh jas dan tuxedo, sepatu, dasi, jam tangan, dan semua aksesoris pria. Lemari lainnya ia buka perlahan. Tak disangka di dalamnya terdapat banyak sekali pakaian wanita lengkap dengan semua perlengkapannya.
Ukurannya pun adalah ukuran dirinya, termasuk bra dan underwear. Apa selama ini pria itu menguntitnya. Pipi Zee memerah, ia menggelengkan kepalanya menepis pemikirannya. Pasti ini adalah kamar istrinya atau kekasihnya. Ia berusaha menjernihkan pikirannya.
Zee memutuskan untuk memanfaatkan yang ada di dalam lemari wanita. Ia mengganti pakaiannya dengan leging panjang dan hoodie, lalu memakai topi hitam untuk menutupi wajahnya. Zee keluar dari walk in closet setelah selesai berganti pakaian. Ia berjalan ke arah pintu kaca balkon, terkunci. Tentu saja, pasti pria itu benar benar sudah merencanakan penculikannya. Zee melihat ke luar balkon dari dalam kamar, pemandangan yang terlihat adalah pohon pohon yang menjulang tinggi. Apa ia berada di hutan belantara?
Jika benar dirinya berada di hutan, upaya pelarian dirinya pun akan semakin sulit. Untuk menuju ke jalan besar perkotaan, ia tak tau sejauh mana mansion ini berada dari kota. Tapi itu bisa menjadi keuntungannya, jika ia dikejar oleh anak buah pria itu dengan bersembunyi di antara pepohonan.
Zee memikirkan cara lain agar dirinya bisa keluar dari kamar ini. Ia berjalan kembali ke walk in closet mencari sesuatu di laci lemari. Setelah apa yang ia cari didapat, ia berjalan ke arah pintu balkon dan memutar mutar jepit rambut di dalam lubang kunci balkon. Bagai sebuah film, rencana konyolnya ternyata berhasil.
Tanpa membuang waktu, Zee membuka pintu balkon perlahan dan menatap ke bawah yang ia pastikan tak ada siapapun. Dirinya sudah menyiapkan tali yang terbuat dari pakaian-pakaian yang banyak di lemari tadi dan menyambungkannya. Zee mengikatnya di pembatas balkon lalu melemparkannya kebawah. Ia turun perlahan ke bawah dengan tali tersebut. Setelah sampai di bawah dengan selamat, ia menoleh-noleh mencari keberadaan seseorang. Zee pikir ini aneh karena tidak ada penjaga satupun untuk ukuran seorang penculik. Tanpa berpikir apapun lagi, ia berbalik ke belakang untuk kabur.
Namun tubuh seseorang menabrak dirinya yang membuat ia mundur beberapa langkah. Pria yang ia temui tadi di kamar sudah berdiri dihadapannya dengan tatapan dinginnya. Tanpa aba-aba pria tersebut mengangkat tubuhnya bagai karung beras membuat Zee terpekik kaget.
"Lepaskan aku, Pria Asing! Aku mau pulang!" teriak Zee meronta memukuli punggung keras pria tersebut dengan brutal.
Setelah sampai di kamar kembali, pria itu menurunkan tubuh Zee ke atas kasur dengan kasar. Zee menjauhi pria tersebut ke sisi kasur lainnya dan berlari kencang ke arah pintu. Ia membuka pintu itu kasar yang ternyata tak dikunci. Namun lagi lagi ia menabrak tubuh seorang pria yang keras. Dua orang bodyguard sudah berdiri didepan kamar dengan pakaian formal mereka. Zee menoleh ke belakang ke arah pria tersebut yang sudah berjalan ke arahnya. Pria itu menarik tangannya kasar kembali membuat Zee masuk kedalam kamar dan membanting pintu dengan kasar.
"Tu-tuan, kumohon lepaskan aku.. apa yang kau mau dariku?" tanya Zee memohon pada pria yang menariknya. Mencoba bernegosiasi.
"Auww!" Zee mengaduh saat ia jatuh diatas kasur dengan kasar lagi. Pria itu menindih tubuh kecilnya, mendekatkan wajahnya pada wajah Zee yang menatap ke sisi lain, menghindari wajah pria itu.
"Ganti pakaianmu sekarang," perintah pria tersebut dingin yang napasnya menerpa kulit pipi Zee. Ia bahkan dapat mencium bau mint dari mulutnya.
Pria itu menjauhkan wajahnya lalu kembali berdiri. Barulah Zee dapat bernapas lega dan bangun dari kasur. Untuk mencari aman, akhirnya ia menuruti perkataan pria tersebut.
Berjalan kembali ke dalam walk in closet dan mengganti pakaiannya. Zee mengambil asal pakaian yang ada di lemari kemudian memakainya. Lantas keluar setelah selesai berganti. Ia masih melihat pria itu di atas kasur menatap dirinya dari bawah sampai atas dengan pandangan yang tak terbaca.
"Ganti!" ucapnya dingin, nada suaranya terdengar enggan untuk dibantah.
Zee kembali menurutinya bagai pelayannya. Tak lama ia keluar kembali dengan pakaian lain.
"Ganti!" perintahnya lagi yang lagi-lagi menyuruhnya berganti pakaian. Dengan kesal Zee kembali masuk ke dalam walk in closet dan berganti pakaian.
"Ganti!" ucapnya dengan sedikit geraman.
"Apa pakaian yang kau mau?!" tanya Zee kesal karena ini sudah ketiga kalinya ia diperintah untuk berganti pakaian.
Apa yang salah dengan pakaiannya, memang pria itu akan mengajaknya kemana sih?!
Pria itu berdiri dan berjalan ke arah Zee yang membuat Zee ketakutan kembali. Ia menyesali emosinya yang keluar begitu saja.
"Ok aku akan menggantinya," ucap Zee pelan. Namun, pria itu menariknya untuk kembali masuk ke dalam walk in closet dan menarik satu dress dari hanger dan memberikannya pada Zee.
Zee mengambilnya dari tangan pria tersebut. "Apa yang salah dengan pakaian tadi?" tanya Zee dengan sedikit nada kesal.
"Terlalu pendek dan sexy," ucap pria itu datar.
"Salahkan isi lemari ini yang berisi dress sexy semua!" seru Zee sembari menunjuk lemari pakaian wanita, hingga tanpa sadar ia meluapkan emosinga lagi. Pria itu hanya menganggukkan kepalanya membuat Zee tak mengerti.
Pria itupun berjalan hendak keluar dari walk in closet. "Hei," panggil Zee pelan menghentikan langkah pria tersebut yang sudah berada di depan pintu.
"Kita akan kemana?" tanya Zee.
"Hanya ke ruang makan," jawabnya kemudian keluar dari walk in closet dan menutup pintunya.
Zee menganga tak percaya. Dirinya tiga kali menuruti perkataan pria asing itu berganti pakaian hanya untuk ke ruang makan saja! Ia berteriak kesal di dalam dan mengacak rambutnya frustasi.
-
-
-
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Zachira Noor
kayak mansionnya om angkasa
2022-10-22
0
Kadek Pinkponk
ngayal dulu biar makin nampol halunya 😁
2021-09-07
3
SHELVI UKTA VERINA
nurut aja da gw, klo mau lakuin hal " suruh nikahin dulu
2021-09-06
1