Chapter empat belas : Regret 2

Sean memandangi wajah Zee yang tampak berantakan. Air mata yang mengering di pipinya, rambut kusut dan lepek akibat keringat bercampur air mata, dan sekitar matanya yang membengkak. Ia mengingat setiap apa yang dilakukannya. Fakta baru yang ia ketahui adalah Zee sudah tak virgin. Apa keperawanannya sudah ia berikan pada pria itu? Memikirkannya membuat emosi Sean naik kembali. Zee ternyata sama seperti gadis lainnya yang bisa memberikan keperawanannya pada siapapun.

Itulah penilaian Sean saat mengetahui jika Zee sudah tak virgin. Tetapi kenapa saat Sean menyetubuhinya, Zee sangat memberontak? Apa gadis ini sebegitu membencinya? Jika memang iya, maka Sean akan membuat gadis ini jatuh cinta padanya, tak peduli fakta jika dirinya bukan yang pertama bagi Zee. Sean semakin merasakan tantangan dalam diri Zee. Jika wanita lain akan dengan terang terangan menggodanya, tetapi tidak dengan Zee. Wanita asing ini sudah membuat obsesi dalam diri Sean bangkit. Kita lihat siapa yang akan memenangkan permainan ini.

Setelah lama Sean memandangi wajah Zee, ia perlahan beranjak dari atas kasur dan berjalan ke arah walk in closet untuk memakai pakaiannya dan mengambil pakaian untuk Zee serta kotak p3k. Ia merasa sedikit bersalah karena bermain kasar pada Zee tanpa mempedulikan luka yang ada di tubuhnya.

Emosinya naik saat mendengar Zee melarikan diri, tetapi ia menemukan Zee di jalan itu. Tetapi pakaian yang Zee kenakan membuat Sean kembali naik pitam. Jiwa posesifnya keluar saat Zee memakai pakaian yang memperlihatlan perutnya pada para bodyguardnya di mansion. Ia tidak bisa membiarkan siapapun melihat atau menyentuh miliknya! Sehingga ia menulikan telinganya terhadap teriakan, tangisan, dan jeritan kesakitan Zee. Ia akan tunjukan pada gadis ini, jika apa yang sudah dirinya miliki tak akan bisa dimiliki oleh siapapun barang seinchi pun. Anggap saja jika semua yang ia lakukan adalah hukuman untuknya.

Setelah memakai pakaiannya, Sean keluar membawa pakaian Zee dan kotak p3k. Perlahan ia melepas ikatan dasi pada tangan Zee dan memakaikan Zee pakaian kembali dengan penuh kehati-hatian. Ia mengecup lembut kedua mata Zee yang terlihat membengkak karena menangis. Sean mengecup juga dahi Zee yang memar sebelum memberikannya salep dan menutupnya dengan hansaplas. Ia beralih mengobati memar merah ditangan Zee akibat ikatan dasi yang terlampau kencang. Miliknya telah terluka akibat dirinya.

Matanya menangkap luka bekas sayatan di sepanjang tangan Zee yang banyak. Hansaplasnya sudah hilang entah kemana. Luka yang terlihat baru itu terlihat memerah dan belum mengering dengan sempurna. Ia mengobati juga luka yang terbuka itu lalu menutupnya dengan hansaplas kembali. Ia menatap lama luka tersebut dan bertanya tanya, mengapa Zee melukai dirinya sendiri? Kenapa sisi lain dalam diri Sean seolah marah dan tak terima jika gadis ini melukai dirinya sendiri?

Lama ia melihat tangan Zee, lalu setelahnya mengecup tangan Zee yang sudah tertutup hansaplas itu dengan lembut. Ia beralih ke kaki Zee yang memar dan membengkak besar karena terkilir. Sean memberikan salep pada kakinya dan menutup kembali tubuh Zee dengan selimut sampai ke lehernya. Setelah selesai, akhirnya Sean dapat bernapas dengan lega. Sebelum ia meninggalkan Zee, ia mengecup lembut rambut Zee dan memunguti pakaiannya dan pakaian Zee lalu menyimpannya pada keranjang pakaian kotor. Ia lantas keluar dan masuk kembali ke dalam ruangan yang berada di seberang kamar Zee.

Tak berapa lama, Sean kembali masuk bersama seorang wanita yang memakai jas putih khas seorang dokter ke dalam kamar yang ditempati Zee, setelah menelfonnya. Zee terlihat tengah berbaring di kasur, sudah terbangun tanpa melakukan apapun, selain memandang kosong ke langit langit kamar.

Sean menunjuk pergelangan kaki Zee yang membengkak besar. Sang dokter memeriksa kaki Zee dan sekujur tubuhnya yang terdapat banyak luka memar serta sayatan di tangannya. Setelah memeriksanya sang dokter menutup kembali tubuh Zee dengan selimut.

"Hai Nona, siapa namamu?" tanya sang dokter lembut menatap Zee yang terlihat seperti mayat hidup.

"Linzy Alanza," jawab Sean karena Zee tak mengeluarkan suaranya. Sang dokter menatap Sean kesal, sedangkan Sean menatap dokter wanita itu datar.

"Tuan Sean, bisakah Anda keluar? kami ada obrolan sesama wanita!" ucap dokter tersebut dengan nada intimidasi sembari mendorong tubuh Sean agar keluar. Tam memiliki pilihan, Sean akhirnya keluar.

"Nona Linzy, aku dokter Trisha. Kau bisa memanggilku Trisha saja," ucap dokter Trisha yang masih tak mendapat respon apapun.

"Kau bisa menganggapku kakakmu. Kau boleh bercerita apapun padaku," lanjutnya lagi masih dengan nada lembut.

"Jika kau belum ingin berbicara padaku tak apa, kau bisa menelfonku." Akhirnya dokter Trisha memilih menyerah karena merasa bukan bidangnya.

"Kalau begitu aku pamit dulu, jangan lupa untuk minum obatmu dan jaga kesehatanmu ya." Dokter itupun berpamitan pada Zee yang masih tak merespon apapun. Ia keluar dari kamar yang sudah ada Sean menunggunya di depan pintu.

"Ada yang ingin kukatakan, Sean." Dokter Trisha menatap serius Sean, begitu ia menutup pintu kamar.

"Ikut aku." Sean melenggang pergi ke ruang kerjanya yang berada di depan kamar Zee dan diikuti oleh Dokter Trisha.

Dokter Trisha menyeruput tehnya yang masih mengepulkan uap dengan perlahan, begitu minumannya diantarkan. Sean menatap Dokter di depannya dengan datar. Setelah menyeruput tehnya ia meletakan kembali gelasnya.

"Apa saja yang sudah kau lakukan pada gadis itu?" tanya Dokter Trisha memulai pembicaraan.

"Aku hanya menidurinya," jawab Sean acuh.

"Apa dia terlihat sangat memberontak?" tanya dokter Trisha kembali. Kali ini Sean menyerngitkan dahinya. "Kenapa kau tau?" tanya Sean heran.

"Kau lihat luka sayatan di pergelangan tangannya?" tanya sang dokter kembali yang diangguki Sean.

"Itu adalah salah satu tanda pasien pengidap depresi," lanjut dokter Trisha tenang.

"Ini bukan bidangku, kau harus membawanya ke dokter psikiater sebelum terlambat." Sean menatap Dokter di depannya sekaligus sepupunya ini dengan tatapan yang masih belum mengerti.

"Pengidap depresi rentan bunuh diri jika emosinya terguncang. Dan biasanya, pasien memiliki emosi yang berubah-ubah secara ekstrem." Ucapan dokter Trisha membuat hati Sean mencelos begitu saja.

"Menurut yang kau katakan, ia mungkin telah depresi karena hal yang telah kau lakukan dilakukan oleh orang lain sehingga itu membuat ia semakin parah." Dokter Trisha menghela napas. Sean masih diam mencerna apa yang dikatakan oleh Dokter Trisha.

"Untuk luka memar di tubuhnya ambil salepnya di apotek, pakai secara rutin. Aku akan memeriksanya dua minggu sekali. Aku pulang dulu, dan ingat ucapanku." Dokter Trisha memberikan sebuah kertas pada Sean. Ia beranjak berdiri dari duduknya setelah menghabiskan tehnya.

"Dokter Johan kenalanku adalah psikiater yang berpengalaman, kau mau aku menghubunginya?" tanya dokter Trisha sebelum ia benar benar keluar dari ruangan Sean.

"Tidak perlu," jawab Sean dingin. Dokter Trisha mengangkat bahunya acuh kemudian berlalu pergi.

Sean menghela napas dan menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi kerjanya. Ia memejamkan matanya. Setelah apa yang dikatakan oleh sepupunya, Sean mendadak merasakan penyesalan mulai menghampiri dirinya. Ia mulai berandai-andai.

Andai ia bisa mengontrol emosinya lebih baik, andai ia mendengarkan Zee, andai ia tak memperkosa Zee. Atau mungkin, ia harusnya berhenti terobsesi pada Zee. Semua kata pengandaian tak berguna untuk memutar kembali waktu. Semua yang terjadi pada gadis itu terjadi karena dirinya. Akhirnya ia hanya bisa menyalahkan dirinya sendiri. Sean memejamkan matanya guna mengendalikan dirinya dari semua rasa bersalah dan penyesalannya. Tetapi rasa kemarahan lebih besar dari semua itu. Siapa pria brengsek yang sudah membuat miliknya seperti ini?

Sean berdiri dari kursinya kemudian keluar dari ruangan. Ia berjalan ke pintu sebrang. Sebelum dirinya membuka pintu kamar Zee, ia menarik napas dalam. Kali ini ia akan menurunkan egonya dan meminta maaf pada gadis itu. Biar bagaimanapun, rasa bersalah ini menganggu Sean. Ketika ia membuka pintu kamar, Zee tidak ada di kasurnya. Sean mempercepat langkahnya untuk mencari Zee. Pintu yang pertama ia buka adalah walk in closet. Zee tidak ada, Sean masuk ke dalam walk in closet untuk mencari Zee di dalam toilet karena mendengar suara gemericik air yang mengalir. Begitu ia membuka pintu toilet, Zee sudah tenggelam di dalam bathup tak sadarkan diri.

"Zee!" teriak Sean langsung mengangkat Zee keluar dari bathup dan membawanya kembali ke kasur.

Sean memanggil bodyguard yang berjaga di luar untuk memanggil Marlyn. Tak lama Marlyn datang dan tak kalah terkejutnya melihat Zee tak sadarkan diri dengan keadaan basah kuyup.

"Tolong gantikan pakaiannya Marlyn," ucap Sean panik. Sedangkan dirinya keluar kamar dan kembali ke ruang kerjanya untuk mengambil ponselnya, menelfon Axel.

"Cari dokter psikiater wanita terbaik di dunia ini segera Axel dan bawa dia kemari!" Sean memberikan perintahnha setelah Axel menjawab telfon. Sean kembali menutup telfon dan memasukannya ke dalam saku celananya. Ia kembali masuk ke dalam kamar Zee yang sudah diganti pakaiannya. Marlyn sedang mengeringkan rambut Zee. Sean naik ke atas ranjang di sisi Zee lainnya. Ia memegang tangan Zee yang dingin dan mengecupnya dalam.

Ia tidak menyangka jika Zee separah ini. Penyesalan semakin menggelayuti hatinya.

*

*

*

tbc

Parah Sean!

Follow ig Riby_Nabe

Terpopuler

Comments

Fina Tanjung

Fina Tanjung

setidaknya cwonya baik

2021-10-20

1

Aisyah Prasutio

Aisyah Prasutio

bagus Thor novelmu,aqu doain banyak yg like ,sukses trus💪💪💪💞💞

2021-09-04

2

🌸 andariya❤️💚

🌸 andariya❤️💚

up double ya

2021-08-29

4

lihat semua
Episodes
1 Chapter satu : Lifegoals
2 Chapter Dua : Beginning
3 Chapter tiga : Mysterious Pack
4 Chapter Empat : Firts Day
5 Chapter lima : What's wrong with me?
6 Chapter enam : New Friend
7 Chapter tujuh : Regret
8 Chapter delapan : Don't deserve to be happy ?
9 Chapter sembilan : Stranger
10 Chapter sempuluh : She's lost
11 Chapter Sebelas : What the reason ?
12 Chapter dua belas : Escape
13 Chapter tiga belas : Broken for the second
14 Chapter empat belas : Regret 2
15 Chapter lima belas : Love ?
16 Chapter enam belas : Explanation
17 Chapter tujuh belas : new morning
18 Chapter delapan belas : Never give up
19 Chapter sembilan belas : For the first time again
20 Chapter dua puluh : Little happiness
21 Chapter 21 : Start back
22 Chapter 22 : Rooftop
23 Chapter 23 : Bad dream or past
24 Chapter 24 : What relationship
25 Chapter 25 : Stupid brother
26 Chapter 26 : brave tough girl
27 Chapter 27 : tempting or tempted
28 Chapter 28 : Rexford corp
29 Chapter 29 : Know
30 Chapter 30 : What's wrong?
31 Chapter 31 : Don't you worry
32 Chapter 32 : first love
33 Chapter 33 : Who r u
34 Chapter 34 : Curious
35 Chapter 35 : Jealous
36 Chapter 36 : Deep kiss
37 Chapter 37 : Engaged ?
38 Chapter 38 : talk
39 Chapter 39 : Stuck with me
40 Chapter 40 : jealous 2
41 Chapter 41 : A Fact
42 Chapter 42 : Believe
43 Chapter 43 : Surprise
44 Chapter 44 : Realife
45 Chapter 45 : Confused
46 Chapter 46 : Long time
47 Chapter 47 : Accept
48 Chapter 48 : Dont Go
49 COMEBACK!
50 Chapter 49 : Good news?
51 Chapter 50 : Stop acting like her brother
52 Chapter 51 : Dissapointed
53 Chapter 52 : Happy
54 Chapter 53 : Talk
55 Chapter 54 : Weakness
56 Chapter 55 : Keeping Promises
57 Chapter 56 : Back Together
58 Chapter 57 : Explanation
59 Chapter 58 : News
60 Chapter 59 : Meet Future Parent-in-laws
61 Chapter 60 : Worries
62 Chapter 61 : Worries II
63 Chapter 62 : Miss him
64 Chapter 63 : Regret
65 Chapter 64 : Flight to Indonesia
66 Chapter 65 : Meet Father-in-law
67 Chapter 66 : Disappointment
68 Chapter 67 : Deep Talk
69 Chapter 68 : Jealous
70 Chapter 69 : Jealous II
71 Chapter 70 : Invitation Surprise
72 Chapter 71 : Sean's Family
73 Chapter 72 : Daddy's Coming
74 Chapter 73 : Zee's Request
75 Chapter 74 : D-1
76 Chapter 75 : Abduction
77 Chapter 76 : The Past
78 Chapter 77 : The feeling
79 Chapter 78 : Too Late ?
80 Chapter 79 : Dying
81 Chapter 80 : Happy Ever After
82 Xtra Chapter 1.
83 Xtra Chapter 2.
84 Xtra Chapter 3. (Lastly)
Episodes

Updated 84 Episodes

1
Chapter satu : Lifegoals
2
Chapter Dua : Beginning
3
Chapter tiga : Mysterious Pack
4
Chapter Empat : Firts Day
5
Chapter lima : What's wrong with me?
6
Chapter enam : New Friend
7
Chapter tujuh : Regret
8
Chapter delapan : Don't deserve to be happy ?
9
Chapter sembilan : Stranger
10
Chapter sempuluh : She's lost
11
Chapter Sebelas : What the reason ?
12
Chapter dua belas : Escape
13
Chapter tiga belas : Broken for the second
14
Chapter empat belas : Regret 2
15
Chapter lima belas : Love ?
16
Chapter enam belas : Explanation
17
Chapter tujuh belas : new morning
18
Chapter delapan belas : Never give up
19
Chapter sembilan belas : For the first time again
20
Chapter dua puluh : Little happiness
21
Chapter 21 : Start back
22
Chapter 22 : Rooftop
23
Chapter 23 : Bad dream or past
24
Chapter 24 : What relationship
25
Chapter 25 : Stupid brother
26
Chapter 26 : brave tough girl
27
Chapter 27 : tempting or tempted
28
Chapter 28 : Rexford corp
29
Chapter 29 : Know
30
Chapter 30 : What's wrong?
31
Chapter 31 : Don't you worry
32
Chapter 32 : first love
33
Chapter 33 : Who r u
34
Chapter 34 : Curious
35
Chapter 35 : Jealous
36
Chapter 36 : Deep kiss
37
Chapter 37 : Engaged ?
38
Chapter 38 : talk
39
Chapter 39 : Stuck with me
40
Chapter 40 : jealous 2
41
Chapter 41 : A Fact
42
Chapter 42 : Believe
43
Chapter 43 : Surprise
44
Chapter 44 : Realife
45
Chapter 45 : Confused
46
Chapter 46 : Long time
47
Chapter 47 : Accept
48
Chapter 48 : Dont Go
49
COMEBACK!
50
Chapter 49 : Good news?
51
Chapter 50 : Stop acting like her brother
52
Chapter 51 : Dissapointed
53
Chapter 52 : Happy
54
Chapter 53 : Talk
55
Chapter 54 : Weakness
56
Chapter 55 : Keeping Promises
57
Chapter 56 : Back Together
58
Chapter 57 : Explanation
59
Chapter 58 : News
60
Chapter 59 : Meet Future Parent-in-laws
61
Chapter 60 : Worries
62
Chapter 61 : Worries II
63
Chapter 62 : Miss him
64
Chapter 63 : Regret
65
Chapter 64 : Flight to Indonesia
66
Chapter 65 : Meet Father-in-law
67
Chapter 66 : Disappointment
68
Chapter 67 : Deep Talk
69
Chapter 68 : Jealous
70
Chapter 69 : Jealous II
71
Chapter 70 : Invitation Surprise
72
Chapter 71 : Sean's Family
73
Chapter 72 : Daddy's Coming
74
Chapter 73 : Zee's Request
75
Chapter 74 : D-1
76
Chapter 75 : Abduction
77
Chapter 76 : The Past
78
Chapter 77 : The feeling
79
Chapter 78 : Too Late ?
80
Chapter 79 : Dying
81
Chapter 80 : Happy Ever After
82
Xtra Chapter 1.
83
Xtra Chapter 2.
84
Xtra Chapter 3. (Lastly)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!