Hari-hari perkuliahan mereka berjalan normal dan seperti biasanya. Setidaknya untuk Zee karena dia tak mengambil organisasi atau kegiatan lain di luar kampus. Sedangkan Kyra mengambil kegiatan marching band untuk kegiatan di luar kampus. Mereka mulai jarang pulang bersama membuat Zee sering mengendarai mobil seorang diri belakangan. Terkadang Aidan ada sedangkan Kyra tidak dan Kyra ada sedangkan Aidan tidak.
Begitulah hari hari yang dilalui Zee. Bangun, ngampus, pulang, makan, dan tidur. Tanpa ada kegiatan lainnya. Seperti sore ini, Zee dengan trade millnya di apartment seorang diri. Suara bell berbunyi menghentikan dirinya dari kegiatannya dan menghampiri pintu apartment. Kini sudah kedua kalinya ia tak mendapati siapapun di depan pintu, selain paket yang tergeletak begitu saja. Kali ini ia memutuskan untuk membiarkan saja paketnya teronggok di depan pintu. Dirinya kembali masuk dan melanjutkan kegiatannya.
Pintu apartment terbuka dan tertutup kembali. "Zee ini punya lo?"
Kyra yang baru saja pulang masuk ke dalam kamarnya sembari mengangkat paket tadi. Zee hanya menggeleng menjawab pertanyaan Kyra.
"Buang Ra, itu mungkin dari penguntit aneh lagi," ucap Zee sebelum Kyra benar-benar keluar.
Ia meningkatkan kecepatan trade millnya yang membuat dirinya semakin mengeluarkan peluh keringat.
16.45 P.M.
Zee menurunkan kecepafan trade millnya hingga berhenti. 60 menit ia habiskan dengan berlari di atas trade mill membuat ia mandi keringat. Ia beristirahat sejenak menikmati angin sore di atas balkon kamarnya, sembari memandangi pemandangan kota London dengan langit senjanya yang begitu indah.
15 menit ia habiskan hanya dengan memandangi kota London, ia akhirnya memutuskan untuk ke kamar mandi dan merendam tubuhnya dengan air hangat. Zee memainkan ponselnya sembari membiarkan tubuhnya relax oleh air hangat. Terdengar Kyra yang memanggil dirinya dari kamarnya. "Kalau lo lama, gue habisin cake yang dibawa Aidan!" ucap Kyra menyembulkan kepalanya ke dalam kamar mandi tiba-tiba.
"Kyra!!!" teriak Zee kesal begitu Kyra menutup pintunya. Sedangkan Kyra hanya tertawa di luar sana tak mempedulikan Zee yang berteriak kesal.
Hancur sudah waktu mandinya karena cake lezat sudah membayangi pikiran Zee. Ia sudah membayangkan rasa manis cake yang masuk ke dalam mulutnya. Saking terburu burunya, ia tak melihat apa yang ia ambil dari lemarinya. Hanya celana pendek yang menutupi lututnya dan kaos kebesaran yang sebatas lengan. Zee keluar kamar tergesa gesa tanpa peduli busa yang masih ada di rambutnya yang ia cepol secara asal.
"Mana cake Zee," ucap Zee dengan mata yang berbinar-binar. Zee menghampiri meja makan dengan semangat dan duduk di kursinya.
"Cake khusus buat My Lil Zee!" Aidan memberikan semua cake yang ia bawa dari cafe biasa tempat mereka menghabiskan waktu.
Mata Kyra menatap tangan kiri Zee yang dipenuhi hansaplas. Ia sedikit terkesiap dan hendak menanyakannya pada Zee, tetapi gerakan tangan Aidan membuat ia mengurungkan niatnya. Zee membawa semua cake yang diberikan Aidan ke ruang tamu, ia mengambil remot tv dan menyalakannya. Ia menikmati acara tv ditemani dengan cake kesukaannya.
"Ai ... " ucap Kyra lirih.
"Jangan ganggu kesenangan dia dulu, jangan tanya apapun menyangkut kejadian itu," jawab Aidan setengah berbisik.
"Gue ngerasa gagal jadi sahabat Zee. Selama ini, gue gak tau kalau dia lukain dirinya sendiri karena dia belum move dari kejadian itu." Kyra berusaha menahan isakan tangisnya.
"Itu sulit buat Zee, Sayang. Kita harus tetep di sisi Zee apapun yang terjadi. Dia pasti bakal cerita sama kita. Kalau ini lebih jauh, kita omongin ini sama om Dante," ucap Aidan berusaha menenangkan Kyra dengan memeluknya.
Setelah menghabiskan cakenya, tampaknya Zee terlelap tidur di atas sofa dengan tv yang masih menyala. Kyra dan Aidan yang terhanyut dengan dunia mereka, baru tersadar setelah Aidan melewati ruang tamu dan melihat Zee yang tertidur. Aidan membawa Zee pelan dan hati-hati ke kamarnya. Kyra menyelimuti Zee sampai sebatas lehernya. Keduanya keluar kamar Zee setelah mematikan lampu.
Aidan pulang setelah tak lama berbicara dengan Kyra.
Kyra diam diam kembali ke kamar Zee. Ia mulai mencari benda-benda tajam di setiap penjuru kamar Zee, kamar mandi, balkon, semua Kyra telusuri. Setelah mengambilnya, Kyra keluar kamar Zee dan menutupnya dengan hati hati. Zee membuka matanya setelah Kyra keluar. Sebenarnya, ia sudah terbangun sejak Aidan membawanya ke kamar. Dirinya menyadari kecerobohannya dan menyadari jika ia sudah tertangkap basah oleh Kyra dan Aidan.
Setelah mereka berdua tahu, mereka tak menanyakan itu dan lebih memilih menjaga perasaannya. Zee sekarang merasa egois pada mereka berdua. Keduanya tak pernah bertanya ataupun menyinggung masa lalunya tetapi mereka selalu ada di sisi Zee selama ia menghadapi itu semua. Sekarang Zee terlalu takut jika ia terlalu jujur dan berkata tentang semua isi hati dan masalahnya, mereka akan muak dan lebih memilih meninggalkannya. Keduanya sangat berarti bagi Zee.
Ia mengusap air matanya yang sudah keluar tanpa aba aba, membayangkan bila kejadian itu terjadi membuat air matanya keluar begitu saja.
Akhirnya Zee memilih tertidur daripada membayangkan hal yang belum tentu terjadi.
23.45 p.m.
Suara dentuman musik begitu keras memekakkan telinga. Club malam mulai dipenuhi oleh para pria yang memiliki kepentingannya masing masing, begitupun para wanita di sini. Ada yang bekerja, sekedar minum, bahkan menyewa wanita malam untuk menghangatkan ranjangannya.
Di ruang VIP, kedua pria tampan berpakaian jas yang sudah tak rapih lagi dengan dasi yang melonggar, kancing teratas kemeja yang terbuka dan jas yang sudah ... entah ada dimana. Keduanya menegak kembali alkohol yang terasa membakar tenggorokan. Dua orang wanita masuk mengantarkan minuman pesanan mereka dan duduk di sebelah masing-masing pria.
"Apa yang kau lakukan, Sean! Aku tidak butuh dia! Wanitaku bisa lebih memuaskanku!" ucapnya meracau tak jelas dan menunjuk wanita di sampingnya.
"Kita lihat saja Zach, sebrengsek apa hingga Aurel meninggalkanmu," ujar Sean tenang.
Ja--lang disisi Zach sudah menggerayangi tubuhnya. Karena Zach yang muak, ia mendorong kasar wanita yang sudah kurang ajar tersebut hingga jatuh tersungkur.
"Brengsek kau, Sean! Bajingan keparat!" umpat Zach kesal.
"Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya. Meskipun beribu wanita cantik kau suguhkan kepadaku, kau hanya akan memandang satu wanita yang sudah tertambat hati-" Sebelum dirinya bisa benar-benar menyelesaikan kalimatnya, ia memuntahkan alkohol yang sudah diminum serta makanan yang ia makan tadi siang.
"Bullshit!" ucap Sean meremehkan.
Sean menarik satu wanita malam ke dalam kamar privat. "Lepas pakaianmu!" perintah Sean dingin.
Wanita itu menuruti perkataan Sean dengan gaya sensualnya. Sean masih bergeming di tempatnya menatap datar pada tubuh naked di depannya.
"Make me turn on, Bit--ch!" ucap Sean kembali yang berjalan ke arah ranjang dan menanggalkan kemejanya.
Wanita malam itu mulai melancarkan aksinya, menindih tubuh Sean. Sean masih diam bergeming saat tangan ja--lang itu membuka celananya. Libido Sean mulai naik berkali kali lipat, ia mulai memegang kendali permainan. Sean menarik tubuh ja--lang itu kasar dan menindihnya. Saat ia akan memulai permainan tiba tiba wajah seorang gadis terlintas dipikirannya begitu saja. Sean mendadak berhenti dan speechless tanpa melakukan apapun. Beberapa detik berlalu dan Sean kembali memakai celananya.
"Keluar!" ujar Sean dingin. Wanita itupun memakai kembali pakaiannya dan keluar meninggalkan Sean dengan keheranan.
Pikiran Sean kembali memikirkan gadis remaja yang ia temui di kampus miliknya. Ada apa sebenarnya dengan dirinya? Kenapa pikirannya mendadak memikirkan gadis itu? Sean mengacak rambutnya fruatasi. Minatnya pada club malam hilang begitu saja. Ia mengeluarkan ponselnya lantas menelfon Axel, bawahannya.
"Jemput aku di Club Luxurious Axel," ucap Sean dingin. Setelah mengatakannya, Sean menutup telfonnya dan memakai kembali kemejanya.
Ia keluar dari kamar privat menatap Zach sahabatnya yang terkapar di sofa. 'Kau tidak akan mengerti bagaimana rasanya meskipun beribu wanita cantik kau suguhkan kepadaku, kau hanya akan memandang satu wanita yang sudah tertambat hati-' perkataan Zach melintas di kepalanya. Ia meminta bartender untuk membawa Zach pulang sebelum ia pergi.
Sean mengambil jasnya dan keluar dari club setelah kedatangan Axel yang menjemputnya. Sekarang dirinya berada didepan Apartment yang menjadi tempat tinggal gadis itu. Lampu kamarnya gelap menandakan si empu kamar sudah terlelap tidur mengingat jam sudah menunjukan pukul 01.15. Entah kenapa dirinya kesini tanpa melakukan apapun.
Beberapa menit mobilnya terparkir di depan Apartment entah menunggu apa, akhirnya Sean pergi dari sana dengan perasaan yang sulit dimengerti.
*
*
*
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Kadek Pinkponk
tersentuh dengan ketulusan persahabatan kyra dan aidan
2021-09-07
2
🌸 andariya❤️💚
seru kak.. cerinya 💖💖💖💖💖
2021-08-29
6
🌸 andariya❤️💚
lanjut 👌💞💞💞💞
2021-08-29
3