Sean menggebrak meja di ruang rapat membuat karyawannya yang tengah fokus pada presentasi mendadak kaku. Takut jika bos mereka tak menyukai kinerjanya. Begitupun dengan karyawan lainnya yang terkejut dan menatap Sean ketakutan. Sean berdiri dari duduknya setelah mematikan sambungan telfon secara sepihak.
"Axel lanjutkan memimpin rapat!" perintah Sean, kemudian pergi dari ruang rapat.
Sejak pagi moodnya sudah tidak baik dengan sikap gadis itu dan sekarang tingkah gadis itu membuat emosi Sean berada di ujung tanduk. Sean kembali ke ruangannya mengambil jas dan kunci mobil sportnya. Ia berjalan tergesa-gesa menuju lift yang langsung membawanya ke basemant. Lift turun begitu lambat dari biasanya membuat Sean berdecak marah dan memukul dinding sisi lift. Setelah sampai dilantai basemant, ia menekan tombol dikunci mobilnya lalu menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi menuju mansionnya.
Zee berjalan menyusuri jalan yang bisa dilewati mobil. Ia terus berjalan tanpa mempedulikan kakinya yang sudah sangat kelelahan dan ia paksakan. Sudah dua jam lamanya mungkin ia berjalan, panas matahari semakin terik membakar kulitnya. Rasa haus mulai menyerang. Ia berhenti sejenak sembari mengelap keringat di pelipisnya yang mengucur deras. Zee menggerak-gerakan tangannya didepan wajahnya mencari angin. Namun, panas mengalahkan angin yang keluar dari kibasan tangannya. Ia akhirnya menutuskan untuk kembali menyusuri jalanan meski kelelahan.
Tiba-tiba, ekspresi senangnya tak dapat ia sembunyikan karena di depan matanya ada sebuah mobil yang menghampiri dirinya. Zee melambaikan tangannya menyuruh mobil tersebut berhenti. Akhirnya mobil tersebut berhenti di depan tubuh Zee, senyum mengembang menutupi rasa lelah yang Zee rasakan. Namun, senyumannya luntur begitu saja ketika melihat seseorang yang keluar dari dalam mobil. Ia mundur perlahan-lahan sembari menatap wajah pria yang terlihat sedang marah itu. Lalu ia berlari dengan kencang ke arah hutan tanpa menoleh ke belakang.
"Auww!" Zee mengaduh kesakitan karena kakinya yang terkilir, tetapi ia kembali berlari dengan kaki yang pincang untuk menghindar dari kejaran pria tersebut.
Tak lama, ia merasakan sebuah tangan memeluk perutnya dan menarik tubuhnya mendekat ke dalam dekapan tubuh besar itu. Dari aroma tubuhnya, Zee bisa menebak siapa yang menangkapnya.
"Tolong!" teriak Zee sekuat tenaga, berharap ada seseorang di sekitar mereka. Ia meronta-ronta di dalam pelukan pria tersebut. Pria itu mengikat tangannya menggunakan dasi miliknya dengan kuat hingga Zee merintih kesakitan. Harapan tinggalah harapan, tidak ada siapapun yang mendengar suaranya yang hampir habis karena kehausan. Zee sudah menangis ketika tubuhnya diangkat di atas pundak pria tersebut.
"Tolong!" Suaranya mulai mengecil karena tenggorokannya yang kering dan kehausan. Akhirnya ia pasrah dengan apa yang akan dilakukan Sean.
Sean menurunkan Zee di kursi penumpang mobilnya lalu memasangkan sabuk pengaman padanya. Ia berjalan memutari mobil dan segera menjalankannya dengan kecepatan di atas rata rata. Zee hanya bisa menangis ketakutan karena mobil yang dikendarainya melaju begitu cepat. 15 menit mereka sampai di pekarangan mansion. Dahinya memar akibat membentur dashboard mobil karena Sean mengerem mendadak mobilnya. Sekali lagi Sean memutari mobil dan membuka pintu mobil bagian Zee dan kembali menggendong Zee, kali ini ia menggendongnya ala bridal style.
Semua bodyguard berdiri berbaris di depan mansion menyambut Sean yang membawa Zee kembali, dengan menundukan kepala mereka. Marlyn menatap kaki dan tangan Zee khawatir. Ia hanya bisa diam tanpa bisa berbuat sesuatu. Malihat Sean begitu marahnya pada Zee.
Sean membawa gadis itu kembali ke kamar. Begitu kamar terkunci dari dalam oleh Sean, ia langsung membanting tubuh Zee ke atas kasur tanpa peduli kaki Zee yang terkilir.
"Auww... " Lagi-lagi suara ringisan Zee terdengar, tetapi tak digubris Sean sama sekali.
Sean membuka jas dan kemejanya lalu membuangnya ke sembarang arah, ia naik ke atas kasur mendekati tubuh Zee yang meringkuk ketakutan sambil menangis. Ia menarik kaki Zee yang terkilir membuat ia berteriak kesakitan.
"Sean!" teriak Zee.
Wajah Zee yang berantakan dipenuhi air mata, tak membuat Sean berbelas kasih. Sean melepaskan sepatu Zee tanpa melihat kakinya. Matanya fokus menatap Zee yang menangis terus menerus. Setelah sepatu dan kaos kakinya terlepas, tangan Sean bergerak melepas kaos Zee.
"Tidak! Kumohon, Sean!" Zee memohon dengan sangat. Namun, seakan gelap mata, Sean merobek kaosnya dengan sekali tarikan menyisakan bra putihnya.
Sean menarik tangan Zee diatas kepalanya dan mencium bibir Zee kasar. Sedangkan Zee, tentu saja terus menggelengkan kepalanya berusaha menghindari bibir Sean. Satu tangan Sean mencengkram dagu Zee dengan kuat hingga Zee tak dapat lagi menghindari bibir Sean. Bibirnya menggigit bibir Zee hingga darah mengalir keluar. Begitu kesempatan datang, lidahnya mulai menerobos masuk mulut Zee dan mengabsen setiap gigi yang ada didalamnya. Ia membelitkan lidahnya dengan lidah Zee. Lama Sean mencium bibir Zee hingga ciuman mereka menimbulkan decapan. Seolah tidak kehabisan napas, bibir Sean mulai merambat pada leher putih Zee dan memberikannya kecupan basah disana hingga meninggalkan jejak kemerahan yang banyak.
"Tidak! Tidak! ku-mo-mohon!" Akal sehat Zee memang tidak menginginkanya dan sangat ketakutan karena peristiwa ini membangkitkan memori buruknya. Namun suara dan tubuh Zee, mengatakan sebaliknya. Ia sekuat tenaga masih berusaha melepaskan tangannya dari cengkraman tangan Sean.
Sean seakan menulikan telinganya mendengar Zee yang berteriak histeris. Ia terus melanjutkan aksinya lebih dalam. Tangannya mulai berkeliaran di dada Zee, meremasnya kasar dari luar branya. ******* demi ******* mulai lolos dari mulut Zee. Suara yang paling ia benci, ketika ia tidak berdaya di bawah seorang pria.
Sean melepas tangan Zee yang berada diatas kepalanya tanpa melepaskan bibirnya pada sekujur leher dan dada gadis itu. Tangan tersebut, beralih melepaskan kaitan bra milik Zee hingga ia semakin bebas menjelajahi kedua dada milik Zee. Sean semakin gila ketika mendengar suara ******* disertai rintihan kesakitan dan tangis Zee.
Tubuh Zee telah benar-benar naked dan Sean menghentikan aktifitasnya. Begitupun dengan suara Zee. Kedua napas mereka saling bersahutan. Sean menatap Zee yang menatapnya dengan tatapan memohon untuk menghentikan ini semua. Tetapi hal yang dilakukan Sean selanjutnya adalah membuat dirinya sama polosnya dengan Zee.
Zee kembali menangis dan berteriak dengan sisa suara dan tenaga yang ia punya. Namun Sean, kembali membungkam bibir Zee dengan bibirnya. Semua sudah terlambat. Untuk kedua kalinya dirinya hancur. Sean sudah sangat menghancurkannya dengan memperlakukannya bagai wanita malam.
Hancur sudah semua yang ada pada dirinya. Ia sudah tak berdaya untuk melawan lagi. Zee hanya bisa mengeluarkan isak tangis disertai dengan suara yang paling ia benci dalam dirinya
Sedangkan Sean, terus menikmati setiap inchi tubuhnya dengan penuh kenikmatan. Tidak seperti gadis di bawahnya yang begitu tersiksa. Zee pingsan ditengah tengah permainan yang Sean mainkan. Ia sudah tak peduli lagi pada apa yang telah dilakukan Sean pada tubuhnya.
***
Zee mengerjapkan matanya yang terasa berat akibat kelelahan menangis. Tenggorokannya terasa kering karena terus berteriak. Kilasan ingatan yang terjadi pada dirinya berputar perlahan seperti kaset rusak di dalam otaknya. Kedua kalinya ia hancur oleh dua pria brengsek. Ia sudah muak dengan takdir hidupnya yang mempermainkannya.
Suara tangisnya sudah tak terdengar karena tenggorokannya terlalu kering. Organ intimnya perih luar biasa, pergelangan kakinya masih terasa nyeri dan bertambah parah, tangannya sama sakitnya karena ikatan yang ditalikan Sean begitu mengikat tangannya, belum lagi luka di pergelangan tangannya yang membuka kembali. Zee hancur luar dan dalam, yang ia inginkan sekarang adalah mati, ia sudah tak memikirkan apapun lagi.
Gerakan tangan seseorang pada perutnya yang memeluk dirinya, menyentak kesadaran Zee. Ia menatap ke sisi ranjangnya yang memperlihatkan wajah Sean yang tertidur pulas di depan lehernya. Wajahnya begitu polos seakan tanpa dosa. Namun, apa yang telah ia lakukan pada Zee sudah berhasil menghancurkannya. Zee lagi lagi hanya bisa menangis dalam diam sampai ia tertidur kembali karena kelelahan.
-
-
-
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lanang sejati
apakah Zee pernah diperkosa thooor...kok bilang hancur yg k dua kali
2021-09-06
3
🌸 andariya❤️💚
next kak
2021-08-29
3
🌸 andariya❤️💚
mengapa kamu melakukan hal itu
2021-08-29
3