Manhattan, New york City, USA.
17.34 P.M.
Seorang pria berdiri di depan jendela besar, tengah memperlihatkan pemandangan kota yang berwarna jingga karena matahari yang sudah berada di ufuk barat. Segera menenggelamkan dirinya karena telah menyelesaikan tugasnya. Tangannya memegang gelas berisi cairan whiskey kemudian menenggaknya dengan sekali tegukan hingga tandas. Ia berjalan melangkah ke arah meja kecil yang terdapat botol whiskey sekaligus es baloknya. Kembali menuangkan whiskeynya ke gelas dan memasukkan es batu ke dalamnya. Tatapannya kembali tertuju pada keindahan kota berhias gedung pencakar langit yang menjulang tinggi.
"Tuan ini laporan mengenai kegiatan nona Linzy." Suara seorang pria membuyarkan lamunannya. Atensinya berpidah pada map yang dibawa Axel.
"Kita pergi Axell." Sean menerima berkasnya kemudian berlalu pergi membawa dokumen tadi beserta jasnya yang tergantung. Diikuti oleh tangan kanannya yang setia.
Sepanjang ia berjalan di lorong kantornya setelah keluar dari lift, dirinya sudah menjadi pusat perhatian. Semua karyawan wanita menatapnya dengan beragam ekspresi. Dari mulai tatapan kagum, memuja, liar, bahkan berfantasi dengan tubuhnya. Sean dengan wajah datar tanpa ekspresinya tak menjawab setiap sapaan yang dilontarkan karyawannya kepada dirinya. Sudah dua minggu dirinya di Manhattan mengurusi proyek barunya disini, tetapi pikirannya masih tetap tertuju pada Linzy yang berada di kota London.
London City, Britania Raya
18.05 P.M.
Zee baru selesai dengan club Aestheticnya. Akhir-akhir ini, ia lumayan sibuk karena clubnya akan mengadakan pameran galery seni. Dan dirinya memegang peran yang lumayan penting, mengharuskan dirinya harus selalu hadir setiap pertemuan rapat yang diadakan clubnya. Zee berjalan sambil memainkan ponselnya membuka aplikasi chatnya dengan Kyra. Setelah menerima pesan dari Kyra yang mengatakan bahwa dirinya sudah berada di apartmentnya. Zee akhirnya masuk ke dalam mobilnya tanpa menunggu Kyra yang ia kira masih berkegiatan di kampus.
"Zee!" Seseorang melambaikan tangannya ke arah dirinya yang berada di depan pintu mobil. Zee menutup kembali pintu mobil dan melambaikan tangannya juga membalas sapaan Aidan.
"Hi, Athan!" sapa Zee ramah pada Athan yang juga bersama Aidan. Athan membalasnya dengan senyuman.
"Pulang sendiri lo?" tanya Aidan setelah sampai di depannya. Zee mengangguk sebagai jawaban.
"Aidan mau ikut ke apartment juga?" tanya Zee. Ia sudah ingin segera pulang dan berendam dengan air hangat karena lelah seharian ini.
"Engga, gue masih ada tugas yang belum selesai. Gimana kalau lo di anterin Athan aja, lo kayaknya kecapean gitu," ucap Aidan khawatir dengan raut wajah Zee yang terlihat kelelahan.
"Gausah deh, kasian Athan mungkin ada tugas juga," tolak Zee merasa tak enak pada Athan.
"Jadwalku kosong setelah ini Zee, jangan khawatir. Biar aku mengantarmu." Athan angkat suara membalas perkataan Zee dan Aidan yang sedikit ia tangkap pembicaraannya.
"Tuh kan!" seru Aidan menimpali. "Udah gausah banyak mikir! Sana pulang, gue duluan ya Zee. Bye! Dude!" Aidan berpamitan pada keduanya sembari menepuk pundak Athan lalu pergi ke arah mobilnya.
Athan dan Zee duduk di dalam mobil dengan suasana canggung yang menyelimuti atmosfer di dalamnya. Tak ada yang mengeluarkan sepatah katapun baik Zee maupun Athan. Yang terdengar hanya suara mesin mobil saja. Biasanya mereka selalu berempat atau bertiga dengan Kyra atau Aidan. Baru kali ini mereka duduk berdua tanpa Kyra atau Aidan di tengah-tengah mereka sehingga membuat suasana yang tak biasa menjadi canggung.
"Zee, apa kau lapar?" tanya Athan akhirnya memecah keheningan.
"Tidak, maaf, Athan aku hanya ingin segera pulang. Apa kau lapar?" Zee bertanya balik.
"Tidak juga... baiklah aku akan mempercepat perjalanan." Athan kembali menimpali.
"Kalau kau lapar kau boleh mampir ke apartment kami untuk sekedar makan camilan sebagai tanda terima kasihku." Mobilnya sudah sampai di basemant apartment. Athan mematikan mesin mobilnya setelah memarkirkan mobilnya. Zee melepas sealbet dan hendak membuka pintu mobil.
"Zee..." Suara Athan menghentikan gerakan Zee yang hendak membuka mobil. Atensinya berfokus menatap Athan yang terlihat ingin mengatakan sesuatu.
"Iya Athan, ada apa?" tanya Zee menunggu kelanjutan ucapan Athan.
"Aku... aku menyukaimu, Zee," ungkap Athan pelan tanpa menatap Zee yang mendadak kaku.
Apa? Sejak kapan? Kenapa tiba tiba? Bagaimana denganku? Sekelebat pertanyaan-pertanyaan melayang di otaknya.
"Apa kau juga menyukaiku?" tanya Athan kembali setelah beberapa detik tak mendengar Zee mengeluarkan suaranya.
"Ya aku juga menyukaimu." Senyum Athan mengembang, ia kini menghadap ke arah Zee yang menundukkan wajahnya.
"Bisa kau menjadi pacarku?" tanya Athan melanjutkan dengan ekspresi wajah senang.
"Aku memang menyukaimu tapi hanya sebagai teman," jawab Zee pelan tanpa menatap Athan yang menampilkan raut kekecewaan sedetik setelah mendengarnya.
"Maaf, Athan... " ucap Zee yang kali ini menatap wajah Athan.
Athan menghela nafas lalu beralih menatap ke depan. "Kau tidak perlu meminta maaf, aku mengerti." Ia kemudian keluar dari mobilnya dan pergi meninggalkan Zee.
Zee menyandarkan kepalanya selama beberapa detik. Helaan nafas berat keluar dari mulutnya. Akhirnya ia keluar mobil berjalan ke arah lift dengan langkah gontai dan menekan tombol 15 menuju lantai apartmentnya. Ia masuk ke dalam apartment dengan lesu.
"Hai Zee!" sapa Kyra yang berada di depan televisi.
"Hai Kyra," jawabnya lesu.
Kyra menatap Zee yang berjalan dengan gontai ke kamarnya hingga pintu kamar tertutup.
Zee, Kyra, dan Aidan berada di Cafeteria setelah bunyi bell istirahat berkumandang di kampus.
Aidan dan Kyra saling melempar pandang kepada Zee yang terlihat murung dua minggu ini semenjak kepulangan Zee yang diantar Athan. Pasti terjadi sesuatu diantara keduanya.
"Ai, emm.. Dimana Athan?" tanya Kyra membuka suaranya, sengaja membicarakan Athan untuk memancing Vee.
"Katanya sibuk nugas," jawab Aidan memberikan informasi mengenai Athan.
Tebakan mereka adalah Zee yang menembak Athan tetapi di tolak. Tetapi Zee sampai sekarang tidak menceritakannya, kecuali jika dipancing. Ia masih fokus dengan makanannya, tampak tak peduli dengan percakapan keduanya.
"Zee..." panggil Kyra menyentuh pundak Zee yang membuat ia menatap Kyra bertanya ada apa lewat raut wajahnya.
"Lo ditolak Athan?" tanya Kyra gamblang yang membuat Aidan memelototinya. Zee menggeleng. Kyra dan Aidan saling pandang kembali dan menatap Zee lagi.
"Aku nolak Athan," ucap Zee seakan menjawab pertanyaan keduanya.
"Apa?!" seru keduanya serempak tak percaya.
"Bukannya Zee suka Athan?" tanya Aidan yang sudah mengontrol keterkejutannya.
"Iya aku emang suka Athan tapi cuman sebagai teman." Zee menjawab lemah.
"Engga mungkin! Zee, lo suka sama Athan tapi lo gak peka sama perasaan lo sendiri dan mengartikan perasaan itu sebagai suka kepada teman!" ucap Kyra gemas sekaligus kesal dengan sahabatnya.
Jelas jelas mereka tau dan yakin jika Zee menyukai Athan. Tetapi karena Zee sangat payah dengan yang namanya perasaan membuat ia salah mengartikan. Kyra dan Aidan menghela nafas frustasi. Zee hanya melanjutkan makannya dengan tidak semangat.
Zee mengguling gulingkan tubuhnya diatas kasur. Kini ia merasakan yang namanya penyesalan. Ia mengingat kembali ucapan Kyra di cafeteria hari itu.
'Kita liat dalam waktu satu bulan kalau lo masih belum move on dari Athan, fix lo suka dia!'
Dan sekarang ia hanya bisa menyesali perkataannya. Setelah Athan menyatakan perasaannya, ia dan Athan tak bertemu kembali sampai sekarang libur semester. Zee tak memiliki kegiatan apapun selama liburan. Yang ia habiskan hanyalah berhibernasi di kamarnya. Kyra pergi bersama Aidan untuk berkencan, sedangkan dirinya sedang meratapi nasibnya yang penuh penyesalan. Entah sudah keberapa kalinya ia kembali menghela nafas sembari menatap langit langit kamar apartmentnya.
-
-
-
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Rama Fitria Sari
hallo, saya sudah mampir ya
2022-12-01
0
🌸 andariya❤️💚
💚💚💚💚💜💜💜🤍🤍🤍💙💙💙💙❤️❤️❤️💖💖💖
2021-08-29
3
🌸 andariya❤️💚
lanjutkan thor 🥰🥰🥰
2021-08-29
3