Zee menatap pantulan cermin di depannya yang menampilkan wajahnya.
'***--***.'
'Kau memang pantas mati!'
'Apa yang kau tunggu?'
'Sampai kapan?'
Zee membasuh wajahnya di wastafel ketika suara-suara aneh itu kembali masuk ke dalam telinganya. Napasnya terengah-engah, dan perlahan kembali tenang. Ia menatap pada bayangannya di depan cermin.
Ingatannya mulai berputar saat ia duduk dibangku SMA. Tepatnya pada kejadian yang menorehkan masa lalu yang tidak dapat ia ubah sedikitpun. Berbagai cacian ia dengar dari berbagai mulut yang dilontarkan untuknya. Kejadian yang sudah berlalu satu tahun lalu. Namun, rasa sakit dan bayangan itu masih sama sakitnya, bagai terjadi hari kemarin. Air mata Zee tumpah begitu saja namun tanpa isakan.
Tangannya mengambil sesuatu di laci. Sebuah Cutter. Perlahan ia menyayat tangannya hingga membuat luka dan mengeluarkan darah. Setiap goresan luka di tangannya setiap itu pula hatinya merasakan perasaan lega.
Ia melakukan hal yang sama pada pahanya. Lagi dan lagi, setiap ia menorehkan luka pada tubuhnya, perasaan lega lagi-lagi menghampirinya. Zee membiarkan luka tersebut mengeluarkan darah. Ia menanggalkan seluruh pakaiannya dan berendam di bathup dengan air hangat membiarkan air menghilangkan darah ditubuhnya.
Beberapa menit ia beranjak dari bathup setelah berendam di hangatnya air hingga kulitnya mengerut. Zee membasuh tubuhnya dengan shower dan memakai handuknya lalu mengambil pakaian panjangnya. Tangannya membuka lemari obat dan mengoleskan betadine pada lukanya, lalu mengambil hansaplas untuk menutupinya. Setelah lukanya tertutupi sempurna dengan hansaplas, ia kemudian memakai pakaiannya. Kegiatan ini sudah menjadi rutinitasnya selama satu tahun lebihnya.
Zee keluar dari walk in closet setelah selesai. Berjalan menuju laci nakas untuk mengambil obatnya lalu meminumnya. Ia membaringkan tubuhnya dan terlelap tidur.
'Sayang, aku tau kau juga menyukai ini kan?' tanya seorang pria yang tengah menggerayangi leher seorang gadis.
Gadis di bawah tubuhnya memberontak dan mendorong sekuat tenaga tubuh besar miliknya. Saat gadis itu terbebas dari kukungan pria di depannya dan hendak berlari, rambutnya tertarik oleh tangan besar pria itu. Lalu tangan pria itu melayang menampar pipinya.
Sang gadis hanya bisa menangis sekuat yang ia bisa dan kembali memberontak dengan menggigit tangan pria yang mencengkram dagunya membuat ia mengaduh kesakitan. Gadis tersebut lantas *berlari ke pojok ruangan dengan sisa tenaga yang ia punya. Sedang pria di depannya menghampirinya dengan langkah pelan. Membuat ia ketakutan dan dalam hati, ia sangat berharap seseorang akan menolongnya.
'Percayalah kau akan suka Zee*.'
Zee terperanjat dari tidurnya dengan nafas terengah-engah. Tubuhnya sudah bermandikan keringat. Ia bangun dari tidurnya dan memegangi kepalanya. Air matanya tanpa sadar keluar ketika ia tertidur. Setiap kali ia menangis setelah kejadian itu, ia tak lagi menangis menjerit. Hanya air mata yang keluar dari matanya tanpa isakan sedikitpun. Suaranya seolah sudah hilang sepenuhnya untuk tangisannya.
Zee menarik nafasnya yang terasa penuh sesak dengan lendir. Ia menghapus air matanya dan menyandarkan kepalanya dikepala ranjang. Melirik jam di atas nakas yang menunjukan pukul 11. 50 P.M. Minatnya untuk tidur sudah hilang akibat mimpi itu. Ia memilih untuk bangkit dari ranjangnya dan keluar kamar menuju balkon. Udara dingin langsung menerpa kulitnya yang hanya dilapisi sweeter dan celana tidur panjang.
Zee duduk di kursi sembari menatap pemandangan langit kota London yang terang di tengah malam. Langit malam ini lumayan dipenuhi bintang, serta bulan sabit yang ikut menghiasi malam. Suasana kota masih tampak ramai orang meskipun waktu sudah hampir tengah malam. Ia lagi-lagi menghela napas. Udara dingin yang menusuk membuat Zee kembali masuk ke dalam kamarnya. Saat ia akan tertidur kembali, ponselnya berdering menandakan panggilan masuk.
"Halo, Pi," sapa Zee riang.
"Halo, Sayang. Bagaimana kabarmu?" tanya sang ayah dengan suara lelahnya yang kentara.
"Zee baik, Pi. Papi di sana gimana? Apa Papi udah selesai kerja?" tanya Zee beruntun.
Papinya terkekeh di sebrang sana kemudian menjawab, "Papi baik sweetheart. Sekarang jam makan siang makanya papi telfon kamu."
"Papi udah makan?" tanya Zee kembali setelah lama terdiam.
"Belum, ini baru mau. Kamu udah makan?" Papinya bertanya balik.
"Udah, Pi. Papi jaga kesehatan ya disana," nasehat Zee lembut mengingatkan papinya agar tidak telat makan. Semenjak maminya meninggal, papinya menjadi pribadi yang workaholic hingga lupa untuk makan. Zee yang mengingatkan karena ia tak mau sesuatu terjadi pada papinya setelah maminya meninggalkannya saat umurya 12 tahun.
"Iya, Sayang. Kamu juga jaga kesehatan di sana, sekarang kamu istirahat. Bukannya waktu disana sudah tengah malam?" papinya kembali menasehati yang diakhir dengan pertanyaan.
"Iya ini mau, yaudah bye papi Love you."
"Love you too sweatheart." Panggilan terputus setelah ayahnya mematikan sambungan.
Mood Zee kembali naik setelah mendengar suara papinya. Ia membaringkan tubuhnya dan kembali tertidur dengan senyuman di wajahnya.
🌞🌞🌞
Mentari sudah berada di atas kepala, tetapi Zee masih belum terusik dalam tidurnya. Karena akhir pekan, dirinya bisa bebas gangguan tidur dari Kyra yang selalu membangunkannya. Kyra sudah hafal betul dengan kelakuan Zee yang akan berhibernasi sampai siang jika akhir pekan. Maka dari itu, Kyra tak akan membangunkan Zee jika Zee belum keluar kamar.
13.15 p.m
Zee akhirnya bangun dari tidurnya. Rambutnya yang seperti singa membuat ia tampak konyol. Perutnya terus berbunyi hingga membuat ia terbangun. Akhirnya ia keluar kamar setengah sadar, membuka kulkas, mengambil air dingin di dalamnya, dan menuangkannya ke gelas, lalu meneguknya hingga tandas. Zee kembali membuka kulkas untuk menyimpan botol air minum. Setelah menutup kembali kulkas, matanya menangkap sebuah note yang tertempel di pintu kulkas.
'Zee gue dating sama Aidan. Kalau lo mau makan, udah gue siapin di meja makan. Lo tinggal panasin di microwave kalau dingin.'
-Kyra love Zee
Begitulah pesan yang tertulis di note yang ditulis oleh Kyra. Zee membuka penutup makanannya lalu memasukkan makanan tersebut ke microwave. Zee menunggu dengan sabar di depan microwave sampai bunyi nyaring dari microwave terdengar.
Ditengah rasa bosannya menunggu, suara bel Apartment Zee berbunyi. Ia mengerutkan keningnya, bertanya-tanya, siapa yang berkunjung siang bolong begini. Jika Kyra sudah pulang tidak mungkin dia membunyikan bel.
Dengan langkah gontai, Zee menghampiri pintu dan membukanya. Ketika ia buka, tak ada siapapun di luar, hanya ada sebuah paket tergeletak di depan pintunya begitu saja. Tanpa pikir panjang, ia membawa paket tersebut ke dalam setelah menoleh ke arah lorong kanan kirinya yang tak terlihat siapapun. Di tengah rasa bingungnya, suara microwave yang berbunyi membuyarkan pikiran Zee. Atensinya beralih ke makanan yang ia panaskan. Paket itu ia tinggalkan di sofa ruang tamu begitu saja tak ia pedulikan. Zee mengambil piring berisi spaghetti carbonara yang tercium baunya yang khas.
Aroma dari spaghetti membuat perutnya kembali berbunyi meminta diisi. Tanpa basa basi Zee mengambil garpu lalu memakannya sampai habis tak tersisa. 10 menit spaghetti itu sudah masuk ke dalam perutnya dan mulai dicerna. Ia mengusap mulutnya setelah minum dan menyandarkan tubuhnya di kursi makan setelah kenyang. Suara pintu Apartment yang terbuka membuat atensi Zee ke arah pintu yang menampilkan Kyra dan Aidan yang baru saja pulang.
"Hai Zee!" sapa Aidan dan membuka kulkas, mengambil sekaleng soda.
"Hai Dan." Zee kembali menyandarkan tubuhnya dikursi meja makan.
"Zee ini paket siapa?" tanya Kyra membolak balikan paket yang ada di tangannya. Zee mengangkat bahunya acuh menjawab pertanyaan Kyra.
Kyra membongkar paketnya dan melihat isinya. Kyra terkesiap ketika melihat isi paketnya membuat Zee ikut kepo pada isi paket. Sepatu hak tinggi. Membosankan, pikir Zee. Kyra begitu senang melihat sepatu yang cantik dan terlihat elegan nan mewah tersebut.
"Ini pasti dari pengagum rahasia lo Zee!" seru Kyra.
"Apa itu ga creepy, Ra?" tanya Zee sembari bergidik ngeri.
"Apanya yang creepy? Ini jelas-jelas dari pengagum rahasia lo!" bantah Kyra.
Kyra memang ketus dan galak pada orang yang tak dikenalnya. Namun, pikirannya kadang sempit dan emosinya labil seperti anak kecil. Zee memang seperti terlihat anak-anak, tetapi sikap dan pikirannya lebih luas daripada Kyra.
"Sok tau," ujar Zee singkat. Kyra mendelik saat mendengarnya.
"Ra yang dibilang Zee bener, siapa tau itu dari penguntit yang punya niat ga baik sama salah satu diantara kalian. Lebih baik buang aja atau kasihin kesiapa kek," ucap Aidan angkat bicara.
"Ai tapi sepatunya cantik. Masa dibuang?" Matanya mulai menunjukkan sebuah binar harapan.
"Aku beliin, yah?" Kyra tersenyum lalu melepaskan sepatunya dan mendekati Aidan sembari tersenyum.
"Love you!" ucap Kyra sembari mencium pipi Aidan. Aidan mendelik dengan ucapan Kyra, tetapi tak urung memeluk Kyra dengan sayang.
Zee melenggang pergi sembari membawa paket berisi sepatu tersebut dan membuangnya ke tempat sampah. Ia akhirnya kembali ke kamarnya dan memilih untuk olahraga dengan trade mill di balkon kamarnya.
*
*
*
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
Lanang sejati
apa jangan2 Zee pernah diperkosa pacarnya ya...
2021-09-06
1
🌸 andariya❤️💚
next kak💖💖💖💞💞💞💜💜💜🤍🤍🤍🤍
2021-08-29
4
🌸 andariya❤️💚
orang jaya mah bebas...🤪🤪🤪🤪
2021-08-29
5