Zee sudah bersiap dengan pakaian rapinya. Hari ini adalah hari pertama ia dan sahabat karibnya akan belajar di kampus keduanya. Baik Zee ataupun Kyra, sangat antusias dan bersemangat dengan hari ini. Mood Zee bahkan begitu baik dari saat kemarin membuat ia tidak sulit untuk dibangunkan.
Kini keduanya tengah sarapan di meja makan bersama. Senyuman tak lepas dari bibir keduanya karena mengingat hari ini adalah hari pertama keduanya masuk ke kampus untuk belajar.
"Hello ladies, get ready?" tanya seseorang dari arah ambang pintu masuk membuat atensi keduanya ke arah sumber suara. Aidan berdiri disana dengan seyuman hangatnya.
"Morning, Aidan!" sapa Zee dengan senyumannya.
"Morning, Shine!" balas Aidan.
"Ai, sini sarapan bareng. Kamu pasti belum sarapan," ajak Kyra
Aidan menghampiri meja makan dan duduk di sisi Kyra. Ikut menyantap roti panggang dan croissant yang ada di piring.Setelah susu tandas, ketiganya pun berangkat bersama.
Aidan berhasil memarkirkan mobilnya dengan sempurna seperti mobil lainnya. Ia keluar lebih dulu dari mobil setelah mematikan mesin mobil lalu disusul Kyra dan Zee.
"Ladies, kita berpisah disini karena tujuan kita sudah berbeda," ucap Aidan berpamitan.
Ia menyempatkan diri mengecup rambut Kyra sebelum pergi. Hingga tersisalah Kyra dan Zee yang berjalan beriringan masuk ke kelas mereka. Sepanjang perjalanan, keduanya menjadi pusat perhatian. Kyra berjalan dengan tegas dan percaya diri sedangkan Zee menunduk tak percaya diri.
"Hi! Linzy, right?" tanya seorang pria menghadang langkah mereka. Ia tiba-tiba mengulurkan tangannya.
Kyra menatap pria didepannya dengan pandangan menilai. Rambut berantakan berwarna coklat pirang, bola mata berwarna abu abu, dan kulit berwarna putih sedikit pucat.
Zee mengangkat wajahnya dan membalas uluran tangan pria di depannya. "Yea, you can call me Zee," jawab Zee ramah dengan senyumannya.
"And you can call me Harry," balas si pria bule di depannya.
"We so sorry Harry, but we can late if we continue this unimportant talk," ucap Kyra datar.
Ia menarik tangan Zee pergi melanjutkan langkahnya yang tertunda untuk ke kelas, meninggalkan si pria bule yang sedikit kesal. Zee menatap pria bule itu dengan raut wajah menyesalnya.
"Kyra, ada apa sih?" tanya Zee sedikit kesal ketika mereka sampai dikelas dan duduk di bangku yang berdampingan.
"Zee lo tau kan dia tipe cowok kayak apa?" tanya Kyra menatap Zee lekat.
"Iya... aku tau, aku ngerti dan belajar dari kejadian yang udah berlalu." Zee menenangkan Kyra, ia mengerti perasaan apa yang dirasakan Kyra sekarang.
Kyra akhirnya bernapas lega dan tersenyum membalas senyuman Zee. Dosen datang menandakan pembelajaran akan dimulai.
***
"Ini dokumen yang tuan minta," Axel meletakkan dokumen berisi identitas seseorang.
"Apa kau lupa jika aku memintamu memberikannya dua hari yang lalu! kenapa baru sekarang?!" bentak pria arogan tersebut.
"Maaf tuan, dokumen Nona Linzy dilindungi dengan sangat ketat karena ayahnya adalah pebisnis penting di Indonesia." Axel membungkuk beberapa kali karena ketakutan akan kemarahan tuannya.
"Keluar." Tanpa banyak bicara, Axel menuruti perintah tuannya dalam senyap.
Pria itu membuka map coklat berisi data-data mengenai Linzy dengan lengkap. Namun itu hanya data umum bukan hal mendetail tentang kehidupannya. Tetapi pria tersebut begitu puas dengan apa yang telah ia temukan. Entah perasaan apa ini yang mendorongnya untuk mencari tau siapa gadis yang ia lihat. Dirinya kaya dan dengan senang hati bisa menunjuk wanita malam manapun untuk ia bawa ke atas ranjangnya. Namun, ia kini lebih tertarik pada gadis remaja asia ini.
Seseorang mengetuk pintu ruangannya disusul dengan seorang wanita dengan pakaian minim dan make up tebal masuk ke dalam ruangannya. Membawa secangkir kopi ditangannya. Ia yakin, jika kopi di tangannya hanya sebuah alasan untuk menggoda bosnya dengan pakaian minimnya.
"Ini kopi Anda, tuan," ucap sekretarisnya sembari membungkuk meletakkan kopi yang ia bawa di atas meja, sambil berlama lama. Sengaja memperlihatkan payu--dara--nya yang membusung mencuat keluar untuk merayu sang bos.
"Kau boleh keluar," balas Sean datar tanpa melirik sedikitpun wanita dihadapannya. Wanita itu belum beranjak dari posisinya, hanya diam masih berusaha menarik perhatian bosnya.
"Apa kau butuh sesuatu yang lain?" tanyanya dengan nada sensual, menggoda sembari mendekati kursi kebesaran bosnya.
"Misalnya, partner olahraga pagi?" tanyanya sekali lagi sembari mengusap dada bosnya dengan jari lentiknya yang merayap ke bawah. Ia mulai melancarkan aksinya.
"Aku butuh profesionalitas bukan ja--lang sepertimu," ucapnya dingin menatap tajam sekretatisnya.
"Tenang saja, Sean. Aku sangat profesional di atas ranjang," ucapnya sembari duduk dipangkuan bosnya dengan kurang ajar dan meliuk-liukkan tubuhnya diatas pangkuannya. Sengaja untuk membangunkan sesuatu dibawah sana.
"Keluar, kau dipecat!" seru Sean.
Namun, rupanya wanita di depannya masih belum menyerah. Wajahnya kian mendekati leher Sean hingga membuat napasnya menerpa masuk kedalam lubang telinga. Bibirnya semakin mendekati leher Sean. Sebelum bibir wanita itu berhasil menyentuh lehernya, Sean lebih dulu menjambak rambut sekretarisnya tanpa ampun membuat wanita di pangkuannya berteriak kesakitan.
Wanita itupun turun dari pangkuan Sean sembari berteriak meminta dilepaskan. Sean yang terganggu melepaskan jambakannya dengan kasar dan memanggil Axel melalui intercome.
Tak lama Axel datang dan membawa wanita itu pergi. Sean segera meminum kopi tadi guna menurunkan libidonya yang naik akibat ulah ja--lang yang menjelma menjadi sekretarisnya. Setelah tenang kembali ia melanjutkan pekerjaannya yang sempat tertunda.
***
Zee dan Kyra tengah menyantap makanannya dengan lahap di Cafeteria kampus. Pria dengan rambut coklat pirang dan bermata grey, duduk di hadapan Zee yang tengah fokus dengan makanannya.
"Hi Zee! Remember me? Harry," ucap pria bule yang tadi pagi mengajaknya berkenalan. Zee mengangguk sebagai jawaban, masih fokus dengan makanannya.
"Can I have your number phone?" tanyanya.
Namun, seseorang menarik kerah bajunya hingga berdiri. "She have a boyfriend, dude!" ucap Aidan datar mengusir pria bule tadi dan duduk di hadapan Kyra.
"Zee, lo butuh pengawalan?" tanya Aidan. Zee menggeleng dan meminum minumannya hingga tandas.
"Tapi kayanya mereka bakal terus ngejar lo," ucap Kyra menimpali sembari menunjuk segerombolan pria yang tengah menatap ke arah meja mereka, dengan dagunya.
Sedangkan Zee. Jangan mengharapkan kepeduliannya. Ia bahkan sama sekali tidak melirik ke arah segerombolan pria yang ditunjuk Kyra.
"Mau gue kenalin ke temen organisasi gue? Dia cowok baik kok." Aidan menawarkan.
"Aku gak butuh pengawalan ataupun pacar, aku cuman mau fokus kuliah dan sukses banggain Papi." Zee berbicara tegas.
"Owh unfortunately, you already have a handsome and hot guy?" ucap Aidan setengah berteriak, sengaja untuk memancing perhatian.
"Who this lucky guy, dude? I wanna know, Zee...?" tanya Aidan semakin kencang. Ia berpura pura mendekatkan telinganya pada Zee dan kembali berteriak heboh.
"Oh my god! Unbelieveable! Ahhh ... lucky man! I envy him!"
Anehnya lelaki yang menatap meja mereka bahkan yang baru menginjakkan kakinya di cafeteria terlihat begitu menyimak obrolan omong kosong ini. Beberapa ada yang percaya dan terlihat kecewa. Meski omong kosong, itu cukup dipercayai.
"Look at she! she looks shy!" ucap Aidan sembari tertawa melihat ekspresi Zee yang celingukan karena di tatap oleh hampir seisi cafeteria. Kyra ikut tertawa dibuatnya karena Zee yang panik sekaligus malu dengan semua orang.
Zee masih mendiami Aidan sepanjang mereka berjalan menuju parkiran. Setiap Aidan mendekat dan mencoba berbicara pada Zee, ia akan mendapatkan cubitan maut dari jari lentik Zee yang berkuku panjang.
"Udah dong Zee, kasian cowok gue. Liat sisi positifnya! Cowok-cowok gak ngeganggu lo lagi kan?" ucap Kyra merangkul Zee yang sedari tadi memajukan bibirnya.
Ketiganya telah didalam mobil tetapi Aidan tak kunjung menyalakan mesin mobil. "Ngapain diem?!" tanya Zee ketus.
"Maafin gue Zee, janji ga gitu lagi," ucap Aidan penuh sesal. Zee masih diam tak menanggapi.
Lama mereka saling diam hingga teriakan frustasi Zee memecah keheningan. "Aargh! Ok, fine! You got it! Sekarang jalan!" perintah Zee setengah berteriak. Aidan tersenyum lega lalu melakukan gesture hormat pada Zee yang akhirnya membuat Zee tersenyum kembali.
"Are u ready ladies?" tanya Aidan.
"Go!" seru keduanya bersemangat. Aidan menjalankan mobilnya dengan kecepatan tinggi tetapi tetap penuh kehati hatian. Kyra dan Zee berteriak kesenangan dan meminta untuk menambah kecepatan pada Aidan. Ketiganya sama-sama tertawa bahagia.
*
*
*
tbc
Follow ig Riby_Nabe
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 84 Episodes
Comments
ar💞
kalo boleh kasih saran tolong kasih terjemahan buat yg pake bahasa inggris thor karna ga semua orang tau artinya 😊🙃
2021-09-24
3
Kadek Pinkponk
nice dan akuh suka
2021-09-07
2
🌸 andariya❤️💚
good job...💞💞💞💞❤️❤️❤️❤️💙💙💙
2021-08-29
3