Mobil melaju memecah hirup pikuk jalanan yang sangat padat. Rangga mengantar Ersya
kembali ke rumahnya.
“Makasih ya udah ngantar gue!” ucap Ersya saat turun dari mobil.
“Lo di rumah sendiri?” tanya Rangga saat melihat rumah ersya masih gelap.
“Iya …, suami gue belum pulang mungkin, lo serius nggak mau mampir!”
“Nggak usah lah, lain kali aja kalau ada suami lo!”
Mobil Rangga pun segera melaju meninggalkan rumah Ersya. Setelah mobil Rangga
menghilang, Ersya menghela nafas beratnya, kembali ke mimpi buruk lagi …
***
Ersya hari ini berencana untuk ke rumah orang tuan Rizal, ia ingin tahu apakah memang
mertuanya sudah tahu tentang keputusan Rizal.
Ia sengaja libur untuk ke rumah mertuanya itu, mobilnya sudah siap di depan, ia
tinggal membawanya saja. Rumah orang tua Rizal berada di luar kota, butuh waktu
hampir dua jam untuk sampai di rumah mertuanya, sudah barang pasti jika Rizal tidak
menginap di rumah orang tuanya. Kata beberapa rekan kerja Rizal, Rizal menyewa
sebuah rumah untuk di tinggali nya.
Kedatangan Ersya masih di sambut hangat oleh keluarga Rizal, mungkin Rizal memang belum cerita tentang rencananya bercerai dengan Ersya.
“Bagaimana kabar kamu, Sya? Mana Rizal? Kenapa tidak ikut?” tanya mama nya Rizal. Ayah
Rizal sudah meninggal satu tahun yang lalu, mamanya mengelola mini market milik
keluarga sendiri.
“Mas Rizal nggak ke sini?” tanya Ersya, ia pikir jika Rizal sudah bercerita tentang
semua masalah keluarganya.
“Ma …, sebenernya mas Rizal ngasih Ersya ini!” ucap Ersya sambil menyerahkan surat
gugatan yang belum di tanda tangani oleh Ersya.
Mama Rizal segera mengambilnya dan membacanya, ia begitu terkejut mengetahui berkas apa
itu.
“Apa apaan ini? Kenapa kalian mau pisah? Apa masalahnya begitu serius?” tanya mamanya
Rizal.
“Ersya juga tidak tahu ma, awalnya semua baik-baik saja ma, hingga tiba-tiba mas Rizal
membahas soal anak ma …!”
“Maksudnya?”
“Mas Rizal tiba-tiba mempermasalahkan jika mungkin saya tidak bisa hamil ma!”
“Jangan khawatir Sya …, ibu yang akan bicara sama Rizal!”
“Tidak ada yang bisa di bicarakan lagi ma, keputusan Rizal sudah bulat untuk bercerai!
Ucap Rizal yang ternyata mengikuti Ersya sampai di rumah mamanya.
“mas Rizal!”
Ersya sudah berdiri dan berbalik menatap Rizal yang baru saja datang. Ia pun segera
menghampiri suaminya itu.
“Mas …!”
“Jangan berusaha mempengaruhi mama!” ucap Rizal lagi.
“Tapi mas …, Ersya hanya berusaha untuk mempertahankan rumah tangga kita mas!”
Mama Rizal pun segera menghampiri putranya itu,
“Rizal …, pernikahan kalian masih seumur jagung, masih banyak yang akan kalian lalui!
Jangan dikit-dikit cerai! Mama tidak pernah mengajarkan hal itu sama putra
mama!”
“Ma …, mau mama ngomong apapun, Rizal tetap dengan keputusan Rizal!”
Melihat betapa teguh nya keputusan suami, Ersya tidak bisa berbuat apa-apa selain hanya bisa pasrah. Ia tidak mungkin terus mempertahankan apa yang memang sudah tidak
bisa di pertahankan lagi.
“Baiklah …, Ersya akan tanda tangan surat ini!” ucap Ersya, ia pun mengambil bolpoin
yang ada di tasnya dan berjalan menuju ke meja tempat di mana surat itu berada, ia membubuhkan tanda tangan di surat itu dan menyerahkan kembali pada Rizal.
“Ma …, Ersya pamit ya, jaga diri mama!” ucap Ersya sambil memeluk mamanya Rizal.
“Sya …, kamu nggak nginep dulu di rumah mama?” tanya mama Rizal yang enggan untuk
melepaskan Ersya. Baginya Ersya adalah menantu terbaiknya.
“Maaf ma ..!”
Ersya pun benar-benar meninggalkan rumah itu, ia berjalan cepat menuju ke mobilnya dan segera masuk ke dalam mobil. Di dalam Ersya segera mengusap air matanya yang tidak mampu ia bendung lagi, entah sudah berapa banyak air mata yang ia keluarkan untuk suaminya itu.
Ersya memilih untuk segera menjalankan mobilnya, ia harus segera kembali ke Jakarta
dan menerima kenyataan jika rumah tangganya memang sudah tidak bisa lagi di
pertahankan.
***
Ersya mencoba bersikap biasa-biasa saja menjalani hidup. Hari-harinya di lalui dengan
bekerja dan bekerja. Setelah keluar dari rumah sakit, Felic ternyata kembali
bekerja, itu menjadi hal yang bagus untuk Ersya karena ia bisa unya teman makan
siang lagi.
Waktu sudah menunjukkan pukul dua belas siang, sudah waktunya untuk makan siang,
Ersya pun segera mencari sahabatnya itu. Ia juga berencana untuk cerita tentang
masalah keluarganya, mungkin memang sudah waktunya untuk Felic tahu.
Ersya
berdiri di belakang Felic saat Felic merapikan barang-barang peralatan
bersih-bersihnya. Felic yang berbalik begitu terkejut saat mendapati Ersya di
belakangnya hingga ia melompat satu langkah ke belakang.
“Ersya
…, lo ngagetin gua aja …!” ucap Felic sambil memegangi dadanya.
“Makan
siang bareng gue yuk!” ajak Ersya.
“Nggak biasanya, ada apa?” felic sudah sangat
hafal dengan sahabatnya itu, jika seperti itu pasti sahabatnya itu ada maunya.
“Gue traktir deh!”
“kalau di traktir mau deh …!”
“Nah gitu dong!”
Akhirnya Ersya mengajak sahabatnya itu makan siang, mereka memilih sebuah restaurant cepat saji sebagai tempat makan siang.
“Pilih apa aja yang lo mau!” ucap Ersya lagi sambil menyerahkan buku daftar menu yang
di bawa oleh pelayan restaurant.
“Beneran nih …, nggak mimpi kan gue?” tanya Felic yang masih tidak percaya dengan
kebaikan sahabatnya itu.
“Mau gue pukul biar bangun dari mimpi! gimana mau?” tanya Ersya sambil mengangkat
tangannya yang hendak memukul sahabatnya itu.
“Nggak perlu!”
Akhirnya Felic memilih beberapa makanan membuat Ersya hanya bisa melongo melihat begitu
banyak makanan yang akan di makan oleh sahabatnya itu.
“Lo serius mau habisin semuanya?” tanya Ersya yang tidak percaya dnegan begitu
banyaknya pesanan makanan yang di pesan oleh sahabatnya itu.
“Nggak ikhlas nih ceritanya?” goda Felic.
“Baperan banget sih lo …, sudah sana cepetan makan. Setelah habis gue bakal cerita banyak sama lo!”
Akhirnya Felic begitu lahap memakan semua makanan yang telah ia pesan, Ersya hanya bisa
menggelengkan kepalanya tidak percaya.
“Sebenarnya lo udah nggak makan berapa hari sih? Apa suami lo ngajak olah raga terus setiap malam? Gila ya emang pengantin baru, semalam abis berapa ronde?” ucap Ersya
yang geleng kepala melihat ***** makan sahabatnya yang luar biasa itu.
“Huuussstttt …!” Felic segera membekap mulut sahabatnya itu, “Nggak di saring banget sih
mulutnya!”
“Abis lo makannya kayak orang kesetanan begitu!” keluh Ersya, badan sahabatnya itu
kecil tapi makannya super banyak.
“Gue beneran lapar Er!”
“Er?”
protes Ersya saat sahabatnya itu memanggilnya dengan Er, panggilan Er begitu
asing baginya.
“Nama lo Ersya kan, suka suka gue mau panggil lo, Er atau Sya!”
“Ihhhh …, jijai tau Fe, jangan panggil gue kayak gitu!”
Felic hanya tersenyum, ia kembali melanjutkan makannya. Sedangkan Ersya sudah
menghabiskan makanannya.
“Kata Lisa, lo udah ke rumah suami lo ya? Gimana rumah suami lo? Dia beneran kaya
ya?”
Mendengarkan pertanyaan Ersya, Felic jadi kehilangan ***** makannya, ia segera menghentikan makannya dan menutupnya dengan meminum jusnya.
“Iya Sya …!”
“Lemes banget jawabnya!”
“gue bingung Sya, harus seneng atau malah sedih!”
“Kenapa gitu?”
“Gue ngerasa nggak pantes aja bersanding dengan seorang Frans, dia punya segalanya
dan gue hanya office girl,
Melihat sahabatnya yang ternyata juga sedang dalam masalah pun membuat Ersya
mengurungkan kembali niatnya untuk bercerita tentang masalahnya sendiri, ia
memilih untuk mendengarkan curhatan dari Felic dari pada bercerita tentang masalahnya sendiri.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Sulaiman Efendy
DAN BUAT JGN PNY PRASAAN SPRTI ITU, KLO FRANS SYG MA LO, LO JGN MINDER, SYUKURI DN NIKMATI, SERTA JDI ISTRI YG BAIK BUAT SUAMI, JGN BILG LO MSH CINTA MA RANGGA
2022-10-08
0
Sulaiman Efendy
FOCUS KE DIVTA DN ERSYA THOR..
2022-10-08
0
Erlinda
ga jelas banget arah cerita nya mau kemana..ga fokus ke satu tokoh utama aja. bertele tele
2022-03-29
0