Rangga pun segera menarik tangan Ersya,
"Buka matamu!" ucap Rangga membuat Ersya perlahan membuka matanya dan mendongakkan kepalanya menatap siapa pria yang ada di depannya.
"Ersya!" pekik Rangga
"Rangga!" pekik Ersya.
Mereka sama-sama terkejut di pertemukan untuk kedua kalinya setelah sekian lama terpisah.
Akhirnya Rangga pun mengajak Ersya dan Divia ke sebuah taman yang dekat dengan tempat itu.
"Minumlah ....!" ucap Rangga sambil menyerahkan sebotol air mineral pada Ersya. Divia sedang bermain di depan Ersya yang duduk. Ia sedang memainkan boneka beruangnya.
Ersya pun segera menerimanya dan membuka segelnya. Dalam sekali tegukan air mineral itu tinggal setengahnya.
Rangga ikut duduk bersamanya di bangku taman yang berbahan besi itu dengan cat warna putih yang mendominasi.
Untung saja taman tidak terlalu ramai, udara juga tidak terlalu panas.
"Ada apa?" tanya Rangga.
"Bukan apa-apa, cuma ada sedikit masalah saja!"
"Sedikit gimana, kamu saja hampir mati gara-gara nggak fokus sama jalan! Lagi ada masalah sama suami kamu?"
Ersya pun mengangguk, "Tapi itu nggak penting, gue mau tanya sama lo!"
"Apaan?"
"Kenapa baru nongol sekarang, lo udah nggak cinta sama Felic?" tanya Ersya pada Rangga. Ia benar-benar kesal dengan pria di depannya itu, pria itu sudah membuat sahabatnya patah hati sepatah-patahnya.
"Felic udah nikah, gue nggak ada harapan lagi!" ucap Rangga yang malah terlihat lebih frustasi di bandingkan Ersya.
"Lo masih ngarepin Fe?" tanya Ersya dan Rangga pun mengangguk.
Ersya pun segera berdiri dan memegangi kepalanya pusing, ia tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
"Wah wah wah ...., ini nggak mungkin nih ...., nggak mungkin ..., Lo serius?" tanya Ersya lagi sambil menatap Rangga.
"Ya serius, memang aku punya muka suka becanda!?" ucap Rangga.
"Baiklah ...., anggaplah gue percaya, sekarang gue tanya sama lo kemana aja lo selama ini, lo sudah berapa lama di Indonesia?" tanya Ersya.
"Aku udah dua tahun di Indonesia, dan sejak saat itu aku nyariin Felic bahkan ayah juga ikut nyariin karena aku cuma mau nikah sama Felic dan ternyata ayah Felic juga temen ayah ku!"
"Trus kenapa nggak nemuin Felic? Kenapa nggak mencoba mengatakan perasaanmu sama dia? Trus siapa cewek yang bersama kamu waktu itu di reoni?"
"Sya ...., kalau tanya satu-satu!"
"Ya udah lah jangan banyak alasan, jawab aja nggak usah pakek ribet!"
"Yang di reoni itu sepupu aku, aku sengaja datang ke sana buat nemuin Felic!"
"Astaga ...., jadi Fe salah faham dong!" gumam Ersya tapi masih bisa di dengar oleh Rangga.
"Maksudnya apa ini?"
"Jadi gini Ga, Fe itu ngira cewek yang sama lo waktu itu, tunangan lo soalnya temen-temen juga ngomong gitu sih!"
"Astaga ...., separah itu! Lalu pernikahan Fe?"
"Ya apa boleh buat Fe udah nikah, lagian lo kalah cepet sih!"
"Fe nolak lamaran gue!" ucap Rangga lirih tapi masih bisa di dengar oleh Ersya.
"Lamaran? Lo pernah lamar Fe?" tanya Ersya tidak percaya.
"Iya ....!"
Ersya pun kembali mengingat-ingat ucapan Felic beberapa waktu lalu jika ia akan di jodohkan dengan anaknya teman ayahnya. Tapi namanya kan Abi ....? batin Ersya sambil menatap Rangga tidak percaya.
"Kenapa menatapku seperti itu?" tanya Rangga.
"Gue kok jadi lola gini ya ..., siapa nama lo?" tanya Ersya.
"Issstttttt ..., kamu bener-bener parah nih kalau kayak gini!"
"Sebutin aja siapa nama lo!" perintah Ersya.
"Rangga!"
"Iya tahu ...., maksud gue nama panjang lo!"
"Rangga Abiyasa!"
"Rangga Abiyasa ....? Jangan-jangan bapak lo panggil lo Abi ya?" tanya Ersya lagi meyakinkan.
"Iya, kok tahu sih?"
"Wah bener nih ...!" Ersya kembali duduk di samping Rangga, mengurusi masalahnya aja sudah pusing sekarang di tambah permasalahan sahabatnya.
Ia cukup tahu jika sahabatnya itu menikah tanpa cinta hanya agar mereka dapat status saja di mata masyarakat.
"Takdir apa yang sedang mempermainkan pemiliknya!"
"Maksudmu apa sih Sya, aku nggak ngerti!" ucap Rangga.
"Lo tahu, Felic itu udah nunggu lo lama banget sampek ia di bilang perawan tua gara-gara nggak nikah-nikah, tiba-tiba datang lamaran dan itu dari Abi, ia tidak pernah ngira jika Abi itu kamu makanya dia milik nikah sama orang lain yang nggak di kenal!"
"Jadi maksudnya__?"
"Iya lo benar!"
Rangga benar-benar syok dengan ucapan Ersya, ia sampai mengusap kepalanya begitu kasar hingga rambutnya tertarik ke belakang.
Ternyata cintanya tidak bertepuk sebelah tangan, seandainya dia bisa lebih cepat menyatakan perasannya. Penyesalan memang selalu datang di akhir.
Belum sempat Rangga kembali bertanya, tiba-tiba ia begitu terkejut saat melihat Divia jatuh pingsan.
"Iyya ....!" teriak Rangga lalu berlari menghampiri Divia, Ersya pun tidak kalah terkejutnya. Ia juga ikut menghampiri tubuh Divia yang lemah.
"Rangga ...., dia kenapa?" tanya Ersya panik.
"Kita bawa dia ke rumah sakit dulu!"
Rangga pun segera membawa Divia ke mobil.
"Gue ikut!"
"Ya udah ayo ...!"
Dua pengawal khusus Divia juga segera membukakan pintu mobil.
"Nona kenapa?" tanya salah satu dari mereka.
"Nggak tahu, tiba-tiba pingsan!"
Mereka pun segera melarikan Divia ke rumah sakit terdekat dari sana. Salah satu pengawal pribadi Divia segera menghubungi Divta beberapa kali, tapi sepertinya Divta sedang meeting jadi telponnya tidak juga di angkat.
Mobil pun mulai melaju menuju rumah sakit, untuk tidak terlalu jauh jadi hanya membutuhkan waktu lima menit untuk sampai.
Divia pun di bawa ke ruang IGD dan di tangani oleh para dokter.
"Silahkan kalian menunggu di luar!" ucap salah satu dokter.
"Baik dok!"
Dokter pun kembali masuk dan meninggalkan Rangga juga Ersya.
"Iyya kenapa?" tanya Ersya yang bingung melihat wajah pucat Divia.
"Kayaknya sakit Iyya kambuh!"
"Iyya sakit?" tanya Ersya dan Rangga pun mengangguk.
Rangga pun kembali menghubungi Divta hingga beberapa kali dan akhirnya telpon itu di angkat juga.
"Hallo pak Divta!"
"Ini saya, pak Divta sedang meeting!"
"Maaf pak Revan, tapi Divia jatuh pingsan!"
"Kok bisa? Baiklah di rumah sakit mana sekarang!"
"Intra medika!"
"Baiklah, saya akan memberitahu pak Divta, tetap di sana sampai kami datang!"
"Baik pak!"
Rangga pun kembali mematikan sambungan telponnya.
Tidak berapa lama, dokter pun sudah keluar dan Divia di pindahkan ke ruang perawatan.
"Bagaimana keadaannya dok?"
"Seperti Divia kecapekan, jangan biarkan dia terlalu capek ya!"
"Baik dok, kami sudah boleh menjenguknya?"
"Silahkan!"
Rangga dan Ersya pun segera masuk ke dalam ruang perawatan, terlihat Divia sudah sadarkan diri. Ia tersenyum saat melihat Ersya masih menemaninya.
"Bidadali ...!" ucap Divia dengan suara lemahnya dan senyum yang tidak lepas dari wajah pucatnya.
"Iya sayang ...., kamu benar-benar membuat tante panik tadi, bagaimana sudah enakan?" tanya Ersya sambil mengusap dahi Divia dan meninggalkan kecupan di sana.
Divia pun mengangguk, "Temani Iyya ya mom!"
"Iya sayang ...., tidurlah ...!"
Ersya terus mengelus rambut Divia hingga Divia kembali tertidur.
Setelah memastikan jika Divia benar-benar tidur, Ersya pun perlahan melepaskan tangannya. dan meninggalkan Divia.
Ia menghampiri Rangga yang sedari tadi berdiri di depan tempat tidur.
"Ga ...., gue pergi dulu ya! Ini nomor telpon gue kalau lo butuh sesuatu!"
"Makasih ya Sya, udah mau memenin Iyya!"
"Sama-sama!"
Spesial visual Rangga
Spesial visual Ersya
Felic dan Ersya
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Novika Riyanti
y ampn...
kamu lg ada masalah,tp ttp msh perduli sm sahabat sendiri...
2022-03-09
0
Rara Azalea shaquera
bang mondi
2021-10-11
0
Reisa Adiwidya
thor si rangga ama siapa
2021-10-01
0