Setelah acara pernikahan Felic, Ersya pun berpamitan untuk pulang.
Wajahnya berubah kesal saat melihat mobil suaminya sudah terparkir di depan rumahnya. Dengan cepat Tisya turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah.
Suaminya sedang duduk di sofa sambil memainkan ponselnya.
"Mas Rizal!?"
Rizal pun segera berdiri dari duduknya, "Sudah datang sayang!" ucap Rizal sambil merentangkan tangannya.
Tisya pun menghampiri suaminya itu, "Cukup mas!" ucap Ersya kesal sambil menepis tangan Rizal.
"Kenapa sih sayang? Kamu nggak rindu sama aku?"
"Mas ini benar-benar keterlaluan ya, sudah Ersya bilang kan kalau hari ini Fe menikah, bisa-bisa mas malah pergi ke tempat lain dan membiarkan Ersya datang sendiri!"
"Kamu ini ya ...., kamu yang keterlaluan, suami datang bukannya di sambut dengan senyuman malah marah marah!"
He .....
Ersya tersenyum sambil menunjukkan gigi-gigi nya dengan sangat tidak ikhlas.
"Gimana? Puas?" tanya Ersya kesal.
"Lama lama kamu nyebelin ya!"
"Terserah lah aku capek!" ucap Ersya dan segera meninggalkan suaminya, ia sedikit berlari menuju ke dalam kamarnya dan mengunci kamarnya dari dalam.
Ersya menangis di balik pintu, ia benar-benar merasa seperti tidak punya suami.
Rizal segera menyusul Ersya.
tok tok tok
"Sya ...., buka pintunya!"
"Jangan dikit-dikit lari, dikit-dikit lari ..., kita harus bicara!"
Tapi Ersya tetap memilih untuk diam, ia merasa suaminya hanya mencari alasan saja. Setiap pulang hanya ingin menjamah tubuhnya saja lalu pergi lagi dan itu terus berulang. Ersya merasa seperti hanya menjadi tempat pemuas ***** suaminya saja dan setelah itu bye.
"Terserahlah ....! Aku nggak mau memaksa kamu, tenangkan dirimu dulu, kita bicara lagi setelah aku kembali!" ucap Rizal dari balik pintu
Tidak berapa lama terdengar suara mobil Rizal meninggalkan rumah.
"Mas Rizal sudah berubah ....!" ucap Ersya di sela tangisnya.
"Harusnya dia membujukku bukan malah meninggalkanku kan ...!"
"Apa benar mas Rizal sudah tidak mencintai aku?"
"Rasanya sakit sekali ....!"
...***...
Rizal sudah sampai di salah satu kafe yang ada di pusat kota. Seorang gadis sudah menunggunya di sana.
"Hai mas ....!"
"Hai Tisya ....!"
Rizal pun segera duduk di samping gadis itu, gadis itu bernama Tisya. Memang usianya terlihat lebih muda dari istrinya.
"Ada masalah apa mas?"
"Aku pusing mikirin rumah tangga aku!"
"Ada apa sih mas?"
"Istriku semakin posesif aja ..., kami sudah menikah selama hampir empat tahun, tapi dia belum juga hamil! Aku yakin istriku nggak bisa hamil!"
"Yakin banget mas kalau istri mas nggak bisa hamil?"
"Abis gimana lagi, sudah empat tahun dalam kami belum punya anak loh ini ...!"
"Sabar ya mas!!" ucap Tisya sambil mengusap lengan Rizal, Rizal pun tersenyum sambil memegang tangan Tisya.
"Tisya ...., sebenarnya aku punya perasaan khusus sama kamu!"
"Mas Rizal becanda ya? mas Rizal kan sudah punya istri!"
"Aku serius Tisya, kalau nggak buat apa aku selalu ada buat kamu setiap kali kamu butuh, pernikahan kami sudah sangat tidak sehat, kayaknya sudah nggak ada yang bisa di pertahanin lagi!"
"Mas Rizal yang sabar ya, Tisya akan selalu dukung mas Rizal apapun keputusan mas Rizal!"
"Terimakasih ya ...!"
...****...
Divta sedang mengerjakan kerjaannya di kantor bersama asistennya.
"Daddy ....!" ucap seorang gadis kecil yang tiba-tiba muncul dari balik pintu ruangannya, langkah kecilnya begitu cepat sampai di depan meja kerjanya.
"Sayang ...., perinya daddy ...., sama siapa ke sini?" tanya Divta yang segera menutup berkasnya. Tidak ada siapapun di belakang Divia saat ini.
"Paman Lepan ...., Iyya mau lewat!" ucap Divia sambil meminta sekretaris pribadi daddy Div agar memberinya jalan.
"Baiklah nona kecil!" ucap pria yang bernama Revan itu.
Asisten pribadi Divta pun segera mundur agar Divia bisa lebih mudah untuk mendekat pada Divta.
Setelah Divia segera berlari menghampiri daddy nya, Divta pun segera memeluknya.
"Revan ...., kamu boleh keluar! Kita bisa lanjutkan nanti!"
"Baik tuan!"
Sekretaris Revan pun meninggalkan mereka, sekarang hanya tinggal Divia dan daddy Div di sana.
"Sayang nya Daddy ...., kesini sama siapa?" tanya Divta lagi sambil terus menghujani ciuman di pipi Divia.
"Iyya cama om Langga ...!"
"Om Rangga ....?!"
Divta hampir lupa jika ia meminta Rangga untuk datang ke rumahnya mengambilkan berkas penting yang tertinggal.
"Sekarang om Rangga nya di mana?" tanya daddy Div.
"Daddy ......! Om Langga kelja, kalau om langga nggak kelja daddy akan malah cama om langga kan!"
"Ihhh pinter banget putrinya daddy ini!" ucap daddy Div sambil sambil mengusap rambut Divia.
Tok tok tok
Tidak berapa lama suara pintu di ketuk, seseorang yang bernama Rangga itu akhirnya muncul dari balik pintu itu.
"Selamat siang pak Divta!" sapa Rangga.
"Siang Rangga!"
Rangga pun mendekat dan menyerahkan sebuah map di depan Divta.
"Ini pak berkas yang anda cari!"
"Terimakasih ya ....!"
"Sama-sama pak, kalau begitu saya permisi!" ucap Rangga dan menunduk hormat hendak meninggalkan ruangan tapi Divta segera mencegahnya.
"Tunggu sebentar!" ucap Divta hal ini membuat Rangga menghentikan langkahnya.
Divta pun segera menoleh pada putri kecilnya dan mendudukkannya di atas meja di depannya, menggandeng tangan putrinya dan mengecupnya kemudian.
"Sayang .....!" ucap Divta dengan wajah yang langsung bisa di fahami oleh putrinya itu.
"Nggak ...., Iyya nggak mau ....! Iyya mau cama daddy!"
"Tapi sayang ...., lihatlah pekerjaan daddy masih banyak banget! Please ....!" ucap Div sambil menjewer kedua daun telinganya.
"Iyya kecal cama daddy!"
"Jangan dong Iyya ...., daddy janji nanti kalau pekerjaan daddy sudah selesai, Iyya boleh minta apa saja!"
"Janji?"
"Iya janji, mau ya main sama om Rangga dulu?"
"Iya deh ...., Iyya mau ...!"
Divta pun kembali menurunkan Divia dan mengantarkannya pada Rangga yang masih berdiri di tempatnya.
"Titip Divia ya ...., jangan biarkan dia lari lari atau apa yang membuatnya capek!"
"Baik pak!"
"Saya akan segera selesai, nanti saya akan menyusul kalian!"
"Baik pak!" ucap Rangga lalu beralih pada Divia.
"Divia sama om ya ...., kita jalan-jalan!"
"Mau mau mau ....!" ucap Divia dengan begitu bersemangat.
Rangga pun segera membawa Divia keluar dari ruangan Divta. Kini sekretaris Revan gantian yang masih ke dalam ruangan itu dan melanjutkan pekerjaan yang telah tertunda itu.
Divia dan Rangga memilih taman bermain sebagai tepat tujuan mereka dengan di dampingi oleh sopir dan dua bodyguard yang sengaja Divta tugaskan khusus untuk menjaga Divia.
Menurutnya keselamatan Divia adalah yang nomor satu, walaupun ia tahu sering kali mengabaikan Divia karena pekerjaannya.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Novika Riyanti
😞😞😞
2022-03-09
0
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Ternyta si rizal cap kadal buntung
2021-12-28
0
☪wHEniA1102™◼KB☪
dasar Rizal
2021-09-09
0