Tepat saat Ersya keluar dari rumah sakit, Divta datang dengan Sekretaris pribadinya.
"Bagaimana Divia?" tanya Divta yang sudah masuk ke dalam ruang perawatan Divia.
"Divia sedang tidur pak!" jawab Rangga.
"Bagaimana Divia sampai tidak sadarkan diri?"
"Tadi kami pergi di taman, sepertinya Divia kelelahan pak!"
"Kok sepertinya? Kamu ngapain aja?" tanya Divta kesal, ia tidak bisa lalai menjaga putrinya.
"Maaf pak! Ini salah saya, tadi sebenarnya saya bertemu sama teman lama, jadi kamu mengobrol sebentar hingga saya lalai menjaga Divia!" ucap Rangga yang merasa bersalah karena telah lalai.
"Lain kali jangan lakukan kesalahan yang sama!"
"Baik pak, sekali lagi saya minta maaf!"
"Dad ....!" suara itu menghentikan perbincangan dua pria dewasa itu, Divta pun segera berlari menghampiri putrinya.
"Sayang ...., Daddy khawatir sama kamu!" ucap Divta sambil menghujani ciuman di seluruh wajah Divia.
"Bidadali Iyya mana?" tanya Divia setelah mengedarkan pandangannya dan tidak menemukan yang di cari.
Divta pun menoleh pada Rangga yang masih berdiri di tempatnya, Rangga pun mendekati mereka.
"Iyya ...., bidadari Iyya sedang ada urusan, jadi ia harus pergi!"
Mendengar ucapan Rangga, tiba-tiba Divia menangis.
"Iyya mau cama bidadali Iyya ....! Pokoknya Iyya mau cama bidadali Iyya ....!"
Tangis Divia semakin kencang saja.
"Sayang kan ada daddy ...., jadi sama daddy aja ya ...!"
"Iyya mau main cama bidadali ...., dad ...!"
Divta pun menggendong Divia, "Sayang tenang ya ...., nanti kita cariin bidadari Iyya ya ...!"
"Daddy janji kan cama Iyya?"
"Iya sayang ...., daddy janji!"
Siapa sebenarnya bidadari yang di katakan Divia ini ....? Apa temennya Rangga ....?
...***...
Ersya sudah sampai di rumah, ia mondar-mandir di ruang tamu untuk menunggu suaminya.
"Sudah jam sembilan ...., mas Rizal Kenapa ngga pulang-pulang?" gumam Ersya cemas.
Langkahnya tidak pernah berhenti, ia masih setia menunggu.
Akhirnya yang di tunggu datang juga, Ersya bisa mendengar suara mobil suaminya berhenti di depan rumah dengan cepat Ersya membukakan pintu untuk suaminya itu.
Ceklek
"Mas ....!" ucap Ersya dan Rizal berlalu begitu saja.
"Aku capek, nggak usah ngajak bertengkar!" ucap Rizal.
"Tapi mas ...., kita harus bicara! Aku nggak mau kayak gini terus!" ucap Ersya sambil menarik tangan Rizal.
Dengan cepat Rizal mengibaskan tangan Ersya dengan keras hingga membuat tubuh Ersya terpelanting ke belakang dan berbalik menatap Ersya dengan tatapan kemarahan.
"Aku juga nggak mau kayak gini terus ...., kita sudah lama menikah, dan kamu tidak juga hamil ....!" ucap Rizal sambil menunjuk wajah Ersya.
"Tapi mas ...., itu bukan kesalahan Ersya!"
"Kalau bukan kesalahan kamu, lalu kesalahan siapa? Tetangga atau orang tua kamu karena sudah melahirkan putri yang mandul!"
"Mas__! Cukup!"
Ersya benar-benar tidak terima dengan tuduhan suaminya sekarang.
"Ya cukup ...., sepertinya sudah cukup kita mencobanya! Aku sudah capek untuk mempertahankan semua ini!"
"Maksud mas Rizal apa?"
"Lebih baik kita pisah saja!"
"Mas__!"
Rizal tidak mempedulikan lagi tangisan Ersya, ia segera berlalu menuju ke kamar mereka dan mengambil tas besarnya, memasukkan baju-bajunya.
Ersya pun segera menyusul suaminya itu dan menahan tangannya.
"Mas ...., Ersya mohon mas ...., kita bisa bicarakan ini baik-baik mas ...! Kita bisa lakukan cek kesehatan mas!"
"Sudah terlambat, kemana saja empat tahun ini?!"
Rizal sudah menyelesaikan mengemas semua pakaiannya.
"Aku pergi ...., aku akan kembali dengan surat panggilan dari pengadilan!" ucap Rizal.
"Mas__!"
Rizal tidak mempedulikan lagi tangisan dan permohonan Ersya lagi, ia memilih pergi meninggalkan Ersya yang begitu terpukul di tempatnya.
Ersya menjatuhkan tubuhnya di lantai dengan tangan yang menjadi sandaran kepalanya di tepi tempat tidur.
Hujan deras di luar seakan mengisyarakatkan betapa derasnya air mata Ersya saat ini.
Sesekali Ersya terlihat memukul dadanya yang begitu sesak, mencoba menghembuskan nafasnya beberapa kali agar rasa sakit itu berkurang, tapi ternyata percuma, semakin di rasakan semakin sakit.
"Mas Rizal ...., kenapa jahat banget sih sama aku ....!"
"Di mana kata cinta yang dulu mas Rizal katakan padaku ...., di mana?"
"Kenapa semudah ini ...., dan ini sangat sakit mas ...!"
"Begitu tidak berartinya aku untukmu mas ...!"
Ersya terus menangis sepanjang malam hingga ia benar-benar lelah menangis, hingga ia tertidur dengan posisi yang sama.
...***...
Matahari sudah bersinar dan meninggi, wanita itu masih tetap di posisinya.
Saat matahari itu mengenai wajahnya, wanita itu mulai menggerak gerakkan kelopak matanya yang terasa begitu mengganjal karena terlalu banyak menangis semalam.
"Aduhhhh kaki ku ...., kakiku kesemutan!" gumam Ersya saat kakinya sulit di gerakkan.
Ia pun tetap berada di posisinya sampai kakinya bisa di gerakkan lagi.
Ia juga merasakan tubuhnya pegal-pegal karena tidur dengan posisi yang salah.
Ersya pun segera bangun dan melihat jam di dinding.
"Sudah jam tujuh!" gumam Ersya, ia pun segera berdiri dan berlari ke kamar mandi.
Ersya segera membersihkan diri, mandi dan sebagainya. Mengguyur tubuhnya dengan air hangat.
Selesai mandi, ia pun segera membalut tubuhnya dengan handuk yang terlipat di kamar mandi, saat hendak keluar ia memilih berhenti sebentar untuk menatap cermin besar yang ada di depan kamar mandi.
"Hahhhhhhh!?" pekik Ersya terkejut saat melihat wajahnya di cermin.
Kelopak matanya membesar, ia terlalu banyak menangis semalam hingga matanya bengkak. Bahkan saat ini pun Ersya masih tetap menangis setiap mengingat setiap detik pertengkarannya semalam dengan suaminya.
"Mana mungkin aku pergi kerja dengan mata kayak gini!" ucao Ersya.
Ersya pun segera mengganti handuk dengan baju rumahannya.
Setelah menyisir rambut dan memakai cream ke wajahnya, ia segera mengambil ponselnya dan melakukan panggilan ke kantor, meminta ijin tidak masuk hari ini karena tidak mungkin kerja dengan mata bengkaknya.
Ersya pun segera menuju ke dapur, mengambil air dingin dan kain yang biasa ia gunakan untuk mengompres wajahnya.
Setelah memasukkan air ke dalam kantong, Ersya pun mengompres matanya dengan benda itu.
Ersya kembali duduk tapi kali ini di ruang keluarga, ia memainkan ponselnya, mencari makanan siap antar untuknya sarapan.
Ersya berusaha keras untuk bisa mengendalikan kesedihannya dengan melakukan pekerjaan pekerjaan ringan, mencoba menghibur dirinya sendiri.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Lia Shechibie'slove
yg mandul itu si Rizal
2022-11-09
0
Rara Azalea shaquera
buang smpah dpat berlian 😂
2021-10-11
2
Heni Moel Yana
blm up
2021-09-10
0