Setelah puas menangis di dalam kamar, Ersya pun keluar dari kamarnya, tapi tetap saja suaminya tidak ada.
"Mas Rizal benar-benar keterlaluan!" ucap Ersya sambil meminum air putih yang baru saja ia tuangkan ke dalam gelas.
krukkkkk kuuukkkkkk
Ersya segera memegangi perutnya yang terasa lapar.
"Lapar ....!" tadi di tempat nikahan Felic ia sampai lupa memakan sesuatu, ia terlalu terpaku pada ketampanan suami sahabatnya itu.
Ersya pun kembali berdiri dari duduknya, ia berjalan menuju ke lemari pendingin dan ternyata benda itu tidak ada isinya kecuali hanya beberapa telor saja.
"Ahhhhh ...., kenapa gue bisa lupa gini ya, sudah berapa lama gue nggak belanja! Mas Rizal pulang lagi, kasihan kalau nggak aku masakin!"
Ersya pun memilih untuk kembali ke dalam kamar, membersihkan diri dan mengganti bajunya agar lebih santai.
Ia menyambar tas kecilnya dan memastikan kunci mobil, ponsel dan dompetnya sudah ada di dalam, tiga benda itu benar-benar menjadi barang wajib baginya.
Ersya segera keluar dari dalam rumah dan mengunci pintu dan menyimpan kunci rumahnya di balik keset yang ada di depan pintu.
Dengan sedikit berlari ia menghampiri mobilnya yang baru dua jam tadi ia matikan mesinnya.
Dengan menggunakan tombol otomatis yang ada di kunci mobil, pintu mobil pun sudah membuka kuncinya, Ersya tinggal menarik saja pintu itu sudah terbuka.
Ersya duduk dan melempar tasnya begitu saja di bangku kosong di sampingnya, dengan perlahan mobil mulai melaju meninggalkan rumah bergaya modern itu.
Tujuan pertama Ersya adalah mencari makan karena ia sangat lapar. Ia menuju ke salah satu restauran langganannya.
Ia memilih tempat duduk yang berada di dekat jendela kaca sambil menikmati gemericik air yang sengaja di buat di samping jendela kaca itu agar suasana di Restoran itu menjadi lebih nyaman.
Ersya memesan ayam bakar kesukaannya dengan bumbu pedas. Sambil menunggu makanannya datang, Ersya pun kembali mengedarkan matanya untuk menghilangkan kejenuhan, tapi tiba-tiba matanya terpaku pada satu tempat.
Ia melihat pria yang sangat ia kenal sedang menggandeng tangan seorang wanita yang usianya lebih muda darinya,
"Mas Rizal!"
Dada Ersya terasa bergemuruh, ia benar-benar tidak bisa menahan keinginannya untuk mendatangi dua orang itu.
Ersya pun dengan cepat mendekat pada meja yang tidak jauh dari tempatnya.
"Mas Rizal ...!" ucap Ersya membuat orang yang merasa itu namanya segera menoleh.
"Ersya!" Dengan cepat Rizal melepaskan tangan Tisya, wanita yang sedang bersamanya.
"Mas ...., dia siapa?" tanya Ersya dengan tatapan yang begitu tajam menatap Rizal dengan suara yang sedikit tertahan agar tidak terdengar suara getarannya.
"Semua bisa aku jelasin, lebih baik nanti kita bicara di rumah!" ucap Rizal meminta Ersya untuk meninggalkan mereka.
"Nggak ....! Aku maunya sekarang! Katakan siapa dia mas?" tanya Ersya lagi.
"Sudah ku bilang, nggak enak di sini nanti jadi tontonan semua orang!" ucap Rizal yang tetap memaksa Ersya untuk pergi dari sana.
"Nggak mas ....! kalau Ersya pergi berarti mas Rizal juga harus ikut sama aku!"
"Nggak bisa Sya ...., mengertilah ...!"
"Bagaimana aku bisa mengerti mas kalau begini, mas Rizal pegang-pegang an tangan sama wanita lain di depan umum mas ...! Itu artinya apa?!"
Wanita yang sedari tadi duduk diam itu pun segera berdiri dan meraih bahu Ersya.
"Kenalkan saya Tisya!" ucap Tisya.
"Jadi dia Tisya mas?" tanya Ersya pada Rizal bukan menanggapi ucapan Tisya.
"Iya ....! Dia anak atasan ku!" ucap Rizal.
"Ayo lah mas ...., katakan saja yang sebenarnya jika mas Rizal sudah nggak cinta sama dia! Mas Rizal cintanya sama aku!" ucap Tisya tiba-tiba membuat Ersya begitu syok.
"Mas ...., apa itu benar?" tanya Ersya lagi memastikan, ia tidak akan percaya jika itu tidak keluar dari mulut suaminya sendiri.
"Itu bohong kan mas? Ayo katakan sama wanita ini kalau itu bohong!" ucap Ersya yang sudah tidak mampu menahan air matanya lagi.
"Enggak Sya ...! Yang di katakan oleh Tisya itu benar!" ucap Rizal sambil merasa menyesal.
"Nggak ....!" Ersya menggelengkan kepalanya cepat, "Ini nggak mungkin, pasti ini hanya mimpi!" gumam Ersya lagi.
Ersya pun segera berbalik dan meninggalkan mereka, mengambil tasnya dan tidak lupa meninggalkan selembar uang seratus ribuan di atas meja untuk pesanannya yang belum datang.
Ersya segera berlari meninggalkan Restoran, ia melupakan perutnya yang lapar dan melupakan semuanya. Ersya tidak mampun menyetir mobil, ia memilih meninggalkan mobilnya begitu saja.
Ia berjalan menyusuri trotoar dengan air mata yang tidak mampu ia tahan lagi, dunianya seakan hancur saat itu juga, badai seperti sedang menerpanya.
Ersya melihat lampu lalu lintas zebra cross menyala merah, ia pun segera menyeberang, tapi ia merasa kakinya bahkan tidak mampun untuk di ajak berjalan, tenaganya seakan terkuras, Ersya tidak menyadari sampai lampu kembali menyala hijau, mobil pun saling membunyikan klaksonnya agar Ersya yang sedang menyeberang segera menyingkir.
Tin tin tinnnnn tin tin tinnnnn
Bukannya menyingkir Ersya malas seperti orang linglung, ia bingung harus melakukan apa, Ersya pun memilih berjongkok sambil menutupi kedua telinganya.
Tapi seseorang segera meraih tubuhnya dan menuntunnya untuk ke pinggir jalan, Ersya masih dengan mata terpejam dan telinga yang di tutup rapat.
Rizal yang ternyata mengejar Ersya, terpaku saat seseorang memeluknya dengan erat dan membawanya ke pinggir, Rizal mengenal siapa pria itu, sangat mengenalnya.
"Kamu tidak pa pa?" tanya pria itu saat mereka sudah di pinggir.
"Bidadali Iyya ...., apa cayapnya hilang lagi?" tanya gadis kecil yang ada di depan mereka.
Pria itu menoleh pada gadis kecil itu, pria itu adalah Rangga. Ia tidak tahu jika Divia mengenal wanita yang baru saja ia tolong.
"Divia tahu siapa dia?" tanya Rangga.
"Iya om ...., kata daddy, dia bidadali yang kehilangan cayapnya makanya dia malah-malah ...!"
"Dia marah-marah?" tanya Rangga dan Divia mengangguk, "Kamu nggak takut?"
Dan Divia pun menggelengkan kepalanya.
"Kenapa?"
"Kata daddy mammy Iyya udah jadi bidadali di culga, kalau kata daddy dia bidadali, mungkin bidadali ini mammy nya Iyya yang pengen ketemu cama Iyya!"
Walaupun Rangga dan Divia sudah berbicara panjang lebar tetap saja Ersya menutup kedua telinganya dan menutup matanya, menyembunyikan wajahnya di antara kedua lututnya.
Rangga pun segera menarik tangan Ersya,
"Buka matamu!" ucap Rangga membuat Ersya perlahan membuka matanya dan mendongakkan kepalanya menatap siapa pria yang ada di depannya.
"Ersya!" pekik Rangga
"Rangga!" pekik Ersya.
Mereka sama-sama terkejut di pertemukan untuk kedua kalinya setelah sekian lama terpisah.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Bidadali tak bersayap yea iyya🤭🤭🤭
2022-02-14
0
☪wHEniA1102™◼KB☪
Rangga ya,si Rizal salah paham sama sepupu sendiri akhirnya
2021-09-09
0
Ayyu S
salut sama ersya. mergoki suaminya sama cewek lain, kok ya masih inget bayar pesenannya yang bahkan belum dateng😂
2021-09-09
1