Hari-hari Ersya ia lalui dengan penuh kebohongan saat bersama orang-orang yang ada di sekitarnya. Ia bersikap seakan-akan tidak terjadi apapun dengan hidupnya, ia tetap tersenyum walaupun hatinya menangis.
Saat ia sendiri dan kembali ke rumah ia akan menangis, ia menyukai kesendiriannya.
Sebelum ke rumah ia selalu menuju ke gedung tinggi yang tidak jauh dari tempatnya bekerja, ia meminta ijin pada satpam untuk naik ke atap gedung, ia akan menghabiskan sebagian malamnya hanya untuk berteriak sepuasnya di sana dan akan pulang menjelang pagi.
Malam hari adalah waktu yang paling menakutkan baginya, ia bahkan tidak bisa tidur nyenyak setiap malam berharap suaminya akan datang dan memeluknya, mengatakan kalau dia sangat mencintainya.
Hari-hari itu Ersya lalu dengan sangat berat, apa lagi pagi ini ia mendapat surat dari pengadilan agama. Gugatan cerainya sudah datang.
Ersya meletakkan begitu saja berkas itu di atas meja, ia tidak bermaksud untuk membaca atau menandatangani berkas itu.
Ia memilih meninggalkan rumah menuju ke kantor, meninggalkan semua kesedihannya.
Ersya lupa kalau beberapa hari ini Felic sahabatnya tidak masuk karena di rawat di rumah sakit.
"Ahhh sepi kan jadinya nggak ada Felic!" gumamnya.
Ersya hampir kembali ke tempatnya tapi segera menghentikan langkahnya saat melihat bang ilham.
"Ya ...., nyariin Felic ya?" tanya Bang ilham dan Ersya pun mengangguk lemas.
"Fe sakit dia di rumah sakit!" ucap bang ilham lagi.
"Sudah tahu bang!" jawab Ersya lemah, ia rasanya tidak sanggup menahannya sendiri, ia rencananya ingin menceritakan masalahnya pada Felic, tapi seperti bukan sekarang waktunya.
"Sudah tahu kok nyariin!" gumam bang ilham. "Gimana jadi jengukin Felic?" tanya bang ilham kemudian.
"Iya bang, siang ini!"
"Ya udah nanti anak-anak mau nitip sekalian sama kamu ya!"
"Iya ....!" ucap Ersya lemas, ia berjalan lunglai menuju ke tempatnya lagi.
"Kenapa sih tuh anak, kayaknya sedang ada masalah!" gumam bang ilham.
Siang ini setelah jam makan siang Ersya sudah berkemas, ia akan segera berangkat.
"Jangan lupa ini titipannya ya!" ucap bang ilham dengan membawa bingkisan untuk Felic.
"Iya bang ...., aku berangkat ya!"
Ersya pun segera keluar dari dalam gedung, tapi di depan gedung ia melihat mobil Rangga terparkir.
Ersya pun memutuskan untuk menghampiri mobil itu dan ia melihat Rangga tertidur di dalam mobilnya.
Ersya pun segera mengetuk pintu itu, ia tahu jika hampir setiap hari di jam makan siang, Rangga selalu datang.
Ersya kembali mengetuk kaca mobil itu dan mengintip ke dalam mobil. Rangga yang terbangun segera membuka kaca mobil.
“Sya…!” pekik Rangga,
“Lo Ga? Gue kira orang mati di mobil, ngapain di sini?” tanya Ersya.
“Gue nungguin Felic, apa Felic nya sudah pulang?”
“Sampek lebaran monyet juga lo nggak bakal nemuin Felic di sini!”
“Kenapa?”
“Felic di rawat di rumah sakit!”
“Di rumah sakit? Dia kenapa?”
“Mana gue tahu, nih gue baru mau nengokin!”
“Gue ikut ya! Gue anterin!”
“Kebetulan banget lo nawarin, suami gue nggak jadi jemput karena ada meeting dadakan!” ucap Ersya beralasan. Dia memang sedang malas bawa mobil sendiri sekalian di ada temannya.
"Masuklah ...!" Rangga membukakan pintu mobil untuk Ersya.
Setelah memastikan Ersya sudah masuk dengan barang-barang yang di bawanya, Rangga pun segera menjalankan mobilnya meninggalkan gedung itu. Sudah jam tiga sore, jalanan sudah mulai macet.
Setelah berkutat dengan kemacetan akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit FrAd Medika, Rangga memarkirkan terlebih dulu mobilnya sedangkan Ersya langsung bertanya pada resepsionis.
“Maaf sus, ruang perawatan atas nama Felicia Daryl di mana ya?”
“Tunggu sebentar ya mbak!” suster itu tampak mengecek data, matanya terfokus pada satu nama istimewa, suster itu malah menatap Ersya bingung.
“Sebentar ya mbak, saya tanyakan dulu pada dokter Frans apa nona Felic bisa di kunjungi!”
“Aku tahu itu suaminya, jadi suami Felic juga bekerja di sini ya?” tanya Ersya dengan sumringah, setidaknya dia yakin sekarang jika suami sahabatnya itu benar-benar dokter karena suster itu juga mengenal yang namanya dokter Frans di
rumah sakit sebesar ini.
Suster itu tidak menjawab, ia hanya tersenyum dengan ramah. “Silahkan duduk dulu mbak!”
“Begini saja terimakasih sus!” Rangga yang sudah kembali pun menghampiri Ersya.
"Gimana?"
"Suruh nunggu dulu, duduk saja!" ucap Ersya dan Rangga bukannya duduk malah sibuk mengamati gedung rumah sakit
yang terkesan megah itu, tapi di sekelilingnya terlihat bagaimana para karyawannya memperlakukan semua pasien dan pengunjung dengan sangat ramah, mulai dari tukang parkir pun mereka menyambut tamunya dengan sangat ramah.
Kebetulan di saat bersamaan dengan kedatangan mereka, seseorang dengan pakaian lusuhnya sedang membopong putrinya yang sedang sakit, baru saja memasuki gerbang rumah sakit pak satpam sudah membatu bapak itu masuk dan memanggilkan suster lengkap
dengan tempat tidur rumah sakitnya, mereka menangani anak itu dengan begitu
cepat tanpa memilih siapa yang datang.
“Apa memang setiap hari seperti itu pelayanan di rumah sakit ini?’ tanya Rangga terpesona.
“Iya mas, semua karyawan di wajibkan mematuhi undang-undang sebagai pelayanan masyarakat mengedepankan kepentingan pasien di atas kepentingan pribadi!”
Rangga hanya mengangguk mendengarkan penjelasan suster yang satunya selama menunggu suster yang tadi menelpon dokter Frans. Tak berapa lama suster itu kembali
dengan wajah sumringah.
“Mbak, mas …, kalian di ijinkan masuk! Mari saya antar!”
“Terimakasih, tapi cukup tunjukkan saja di mana tempatnya!”
“Di ruang perawatan VVIP ekslusif nomor 1 lantai 8! Anda bisa langsung lurus di
sana ada pintu lift!”
“Terimakasih atas informasinya!”
Ersya dan Rangga pun segera menuju ke pintu lift yang di tunjuk oleh suster tadi.
Rangga segera menekan angka delapan dan pintu langsung terbuka. Ersya kembali
heran karena lift itu sepi sedangkan lift yang satunya berjejal.
“Kenapa mereka tidak naik lift ini saja?” tanya Ersya pada Rangga saat mereka sudah
memasuki lift.
“Kamu lihat saja, ini tombolnya cuma angka satu dan delapan, jadi lift ini tidak menuju ke ruangan lainnya!”
“Jadi maksud lo, ini lift khusus gitu?”
“Ya…, mungkin saja. Di daftar tadi aku lihat di lantai delapan hanya ada beberapa ruangan, salah satunya ruang dokter …!”
“Dokter siapa?”
“Dokter Frans!”
“Jadi menurut lo, dokter Frans suami Felic punya ruang praktek khusus?’ tanya Ersya
berbinar.
“Bisa jadi!" Rangga menanggapinya dengan wajah dingin, tampak sekali ada rasa cemburu di sana.
“Waaah…, luar biasa. Pantes saja mas kawinnya lima ratus juta! Apa jangan-jangan dokter Frans itu orang yang super duper kaya?”
"Lima ratus juta?" Rangga tertarik dengan ucapan Ersya. Dari mana uang lima ratus juta ...? Jika dia punya uang sebanyak itu kenapa pakek motor bukan mobil?
"Iya ....., Felic beruntung sekali deh pokoknya, dapat mas kawin lima ratus juta, belum lagi nanti pasti bakan di kasih rumah mewah tuh!"
Kali ini Rangga tidak mau lagi menanggapi ocehan ersya yang selalu memuji suami Felic, dia masih belum terima jika Felic menjadi istri dari orang lain.
Pintu lift pun terbuka, mata Ersya langsung di manjakan dengan interior gedung yang luar biasa indahnya, bukan seperti rumah
sakit tapi lebih mirip dengan hotel bintang lima.
“Ayo sya!” ajak Rangga yang sudah lebih dulu keluar dari lift sedangkan Ersya masih
tercengang di tempatnya. Ia menarik tangan Ersya.
“Iya!”
Ersya mengabadikan moment itu dengan berfoto selvi. Hingga puluhan foto berhasil ia
ambil.
“Mana ya Ga ruangannya Felic?”
“Sepertinya di ujung itu, kita tanya perawat!”
Rangga pun mempercepat langkahnya tidak lagi mempedulikan Ersya yang masih asik dengan imajinasinya sendiri.
“Apa benar itu ruangan Felic?”
“Iya, apa anda temannya nona Felic?”
“Iya.…, kami temannya!”
“Baiklah silahkan masuk!” perawat itu membukakan pintu itu. Rangga dan Ersya segera masuk, mereka di buat tercengang karena ternyata ada istana di dalam rumah
sakit.
“Fe …!” setelah menemukan keberadaan Felic, Ersya langsung berlari mendekati sahabatnya itu dan memeluknya.
"Aku merindukanmu Fe .....!" ucao Ersya.
Felic yang sedang memainkan ponselnya terkejut ketika melihat
kedatangan Ersya dan yang membuatnya lebih terkejut lagi adalah kedatangan
Rangga di sana bersama ersya.
“Rangga!” gumam Felic, ia segera meletakkan ponselnya begitu saja.
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentarnya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰😘😘❤️
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Erlinda
kok ceritanya kemana mana ya .sebenar nya tokoh utama disini siapa.sih Thor..?..
2022-03-29
1
Novika Riyanti
😨😨😨
2022-03-09
0
Indrijati Saptarita
cerita nya koq diulang dari crita dokter tampan itu suamiku.... harusnya ga usah crita detail lagi donk.... crita bagian divta aja...
2021-10-16
3