Pagi ini seperti hari-hari biasanya, Divta harus mengantar Divia untuk ke rumah sakit melakukan kontrol rutin.
Memang tidak terlalu parah tapi butuh banyak pemeriksaan sebelum Divia melakukan pencakokan jantung atau hanya membutuhkan rutin mengkonsumsi obat-obatan.
"Peri kecil dady, bagaimana apa sudah siap?" tanya Divta pada putri kecilnya itu.
"Iyya sudah siap dad ....!" ucap gadis kecil itu.
"Baiklah ...., kalau begitu kita harus segera bertemu dengan uncle dokter!" ucap Divta sambil mengangkat tubuh mungil itu.
Divta mengajak Divia menuju ke mobil, ia mendudukkan putra nya di kursi depan di samping kemudi, Divta tidak terlaku suka menggunakan jasa sopir kalau tidak bepergian jauh.
"Biar dady pasang dulu ya sabuk pengamannya!" ucap Divta sambil memasang seltbelt pada Divia.
"Apa nanti Iyya bisa belmain sepelti teman-teman Iyya lainnya?" tanya Divia dan Divta pun mengusap pipi putrinya itu.
"Iya sayang, peri dady yang paling cantik! Nanti kita bisa bermain bersama!"
"Ayah lendi juga sudah lama tidak mengunjungi Iyya, apa ayah lendi tidak melindukan Iyya?"
"Sayang ...., ayah Rendi sama menyayanginya seperti Daddy, bunda Nadin sedang mengandung dedek bayi jadi ayah Rendi pasti sedang menjaga bunda Nadin, jika Via merindukan mereka, akhir pekan kita bisa ke sana!"
"Benalkan ...., Iyya cenang!"
"Baiklah kalau senang, sekarang saatnya kita ke tempat uncle dokter!"
"Ciap ....!"
Mobil Divta pun mulai melaju meninggalkan rumah itu, Divta tidak pernah berani menambah kecepatannya saat bersama dengan Divia.
Setelah menempuh perjalanan selama setengah jam akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit FrAd Medika, ia sudah melakukan janji dengan dokter Frans.
Kedatangan mereka langsung di sambut oleh dokter Frans.
"Hallo cantik ...., bagaimana kabar peri cantik uncle?" sapa dokter Frans sambil berjongkok mensejajarkan diri dengan Divia.
"Iyya baik uncle tampan ....!"
"Issstttt ...., uncle suka dengan panggilan itu, tos dulu dong sayang ...!" ucap dokter Frans sambil mengangkat tangannya dan melakukan tos dengan Divia.
"Okey sayang, uncle dokter yang tampan ini akan mulai periksa tubuh Via ya!" dokter Frans pun mengangkat tubuh Divia di atas tempat pemeriksaan.
"Tapi Iyya mau cama daddy!" ucap Divia sambil mengulurkan tangannya pada Divta.
"Iya peri kecil daddy, daddy akan selalu ada buat Iyya!"
Dokter Frans pun segera melakukan pemeriksaan pada tubuh Divia, kalau di lihat dari fisik Divia, Divia terlihat sehat-sehat saja tapi keadaan Divia tidak sesehat seperti apa yang terlihat.
"Bagaimana Frans?" tanya Divta setelah Divia di bawa pergi oleh suster ke tempat bermain.
"Divia masih harus tetap mengkonsumsi obatnya bang! Detak jantungnya masih tidak teratur, tangannya juga sangat berkeringat! Kalau bisa jangan buat dia sedih bang, soalnya rasa nyama dan bahagia akan mempercepat proses kesembuhannya!"
"Kalau itu pasti, aku nggak mungkin membuat dia menangis!"
"Tapi kemarin dia mengatakan pada Frans kalau ia sangat ingin punya mammy seperti anak-anak yang lain loh bang!"
"Mang cari istri kayak beli cabe, tinggal comot yang paling merah jelas rasanya pedas ....!" ucap Divta yang tidak mau kalah.
"Tapi bang Divta juga usaha dong, masak sudah empat tahun loh ini tapi bang Divta nggak dapat-dapat calon! Masak cepetan Frans sih cari calonnya!"
"Nggak tahu lah Frans, saya mau fokus buat Divia saja! Mana resep obat yang harus aku tebus?"
"Obatnya masih sama bang, seperti biasanya!"
"Ya sudah aku pergi dulu ....!"
Divta pun meninggalkan ruangan dokter Frans, ia menuju ke tempat bermain anak yang ada di rumah sakit.
Ia melihat Divia sedang bermain dengan anak-anak lain yang sama tidak beruntungnya dengan dirinya. Divta mengintip Divia dari balik jendela.
Ia bisa melihat putrinya begitu bahagia bisa bermain dengan teman-teman yang lainnya.
"Di mana mammy mu?" tanya salah satu anak yang sedang memainkan boneka bersama Divia.
"Mammy Iyya di sulga!"
"Apa mammy mu membacakan dongen caat kamu akan tidul?"
"Daddy yang membacakan dongen untuk Iyya!"
"Ahhh nggak celu kalau yang bacakan Daddy, mammy lebih celu, kenapa tidak kamu minta pulang caja mammy mu bial bica membacakan dongeng cebelum tidul?"
"Iyya nggak tau calanya menjemput mammy, kata daddy, mammy Iyya ada belcama bintang di langit!"
"Sayang cekali ya ...., enak loh kalau cetiap hali bercama mammy! Daddy kan cuka kelja kelja ....!"
Divta yang mendengarkan percakapan beberapa anak kecil itu membuat hati Divta miris dengan jawaban yang di berikan oleh Divia.
Ia mau menjadi daddy sekaligus mammy buat Divia, tapi rasanya masih ada yang kurang.
Divta pun segera menghampiri putri kecilnya itu.
"Hai perinya daddy, sudah siap buat pulang?" tanya Divta sambil memeluk dan mengecup kening putrinya itu.
"Daddy ...., Iyya macih mau di cini ...!"
"Tapi maaf sayang ...., daddy masih ada acara setelah ini bagai kalau Iyya ikut daddy ke kantor?"
"Di cana bocan Dad ...., Iyya nggak punya teman!"
Hehhh .....
"Bagaimana kalau ke rumah ayah Rendi nya sekarang saja, kamu bisa main sama Elan nanti!"
"Ye ...., Iyya mau ....!" ucap Divia sambil berdiri dan memeluk daddy nya.
"Divia pulang dulu ya ...!" ucap Divta pada anak-anak lainnya.
"Sampai jumpa Iyya ....!" ucap anak-anak itu yang selalu Divia temui saat mereka di rumah sakit.
Sary bulan sekali Divia harus selalu melakukan pemeriksaan dan mengambil obatnya.
Divta pun segera mengajak Divia ke rumah Rendi, walaupun sebenarnya Divta enggan ke sana karena Nadin sedang hamil pasti akan repot jika di tambah Divia di sana.
Akhirnya setelah menempuh perjalanan selama lima belas menit mereka sampai juga di rumah Rendi dan Nandi.
"Maaf ya karena saya terpaksa menitipkan Divia di sini!" ucap Divta yang sebenarnya begitu tidak enak.
"Nggak pa pa kak Div, Elan malah senang kalau ada temennya kayak gitu!" ucap Nadin yang kebetulan di rumah sedangkan Rendi sudah di kantor sejak pagi.
"Ya sudah nanti sebelum malam aku akan menjemputnya lagi, sekali lagi makasih ya!"
"Iya kak ....!"
Divta pun segera meninggalkan rumah Rendi dan menuju ke kantor,bia masih harus meeting untuk beberapa pertemuan, untung ada Rangga yang bisa sedikit meng-handle beberapa pekerjaannya yang bisa di wakilkan.
"Bagaimana Ga?" tanya Divta setelah sampai di kantor.
"Tadi ada beberapa kolega yang ingi bertemu langsung dengan pak Divta, pak!"
"Baiklah kita ketemu sama mereka pas jam makan siang sekalian makan siang, pesan meja di restauran biasanya!"
"Baik pak!"
"Kamu juga temani saya!"
"Baik pak, ya sudah saya permisi dulu pak!"
"Iya silahkan!"
Bersambung
Jangan lupa untuk kasih dukungan untuk author dengan memberikan like dan komentar nya ya kasih Vote juga yang banyak ya
Follow Ig aku ya
tri.ani.5249
Happy Reading 🥰🥰🥰🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 284 Episodes
Comments
Novika Riyanti
aku baca lagi ...
kangen...😁
2022-06-06
0
mamah cantikk
koq double up thor
2021-11-14
0
᪙ͤæ⃝᷍𝖒ᵗᵃʳⁱ♡⃝𝕬𝖋🦄❁︎⃞⃟ʂᶬ⃝𝔣🌺
Nunggu divta ketemu ersya🤭🤭
2021-09-27
0