Tuan cooper sang pemilik toko dan beberapa pegawainya mendengar samar, namun cukup jelas, untuk mengerti maksud pokok pembicaraan itu, kini mereka tak berani lagi, walau hanya sekedar memanggil, terlebih menyuruh Reygan di sela kegiatan nya, seperti bermain membolak-balikkan benda tipis di tangannya.
Cooper sendiri sangat mengetahui kebengisan keluarga adolf di Evershead itu, dirinya hanya terdiam, sembari menahan ketakutannya, ketika Reygan berjalan datang mendekat,
Mengingat kejadian buruk di banyak hari lampau, yang dirinya pernah lakukan terhadap Reygan. karena memaksa untuk bekerja sangat keras Reygan hingga larut,dan sering memakinya, jika dia meletakkan tubuh walau hanya sejenak saja di luar jam istirahat.
Kini Cooper segera menaruh lututnya sebagai bantalan di tanah, lalu berjalan mendekat ke arah Reygan,sembari merengek, ’’Tuan muda maafkan aku, anda boleh melakukan apapun, asal jangan menghancurkan kios dan jangan membunuh diriku, karena aku masih memiliki seekor istri yang teramat cerewet, yang masih harus aku nafkahi, bahkan sehari saja’ aku membawa uang kurang dari 100 dolar, maka mulutnya akan berbusa menyumpahi kemalangan menimpa diriku’’,serangkaian ocehan pembelaan Cooper.
‘’Tuan cooper apa yang tengah kau lakukan ini?, bahkan aku tak ada niat sama sekali untuk menghancurkan kios, terlebih mengambil nyawamu, memang siapa diriku. Tuhan?’’, lalu mengalihkan wajah dan tersenyum lucu Reygan melihat perkataan dan tindakan cooper.
Mendongak,mengarahkan pandangan sedih,’’tuan muda, apakah anda tidak marah denganku?, kalau begitu apakah’ aku boleh berdiri sekarang’’,sahut cooper.
Reygan membantu berdiri,pria di depannya ‘’Hahaha! Hahaha!, tingkah dan wajahmu menjadikan perutku sakit tuan cooper, lantas siapa, yang menyuruh, anda melakukan kegiatan ini, hahaha!’’, setelah tawanya, lalu Reygan menimpali perkataannya kembali, ‘’Tuan permisi, aku akan menyelesaikan tugas ku terlebih dahulu, lalu mungkin aku akan pulang, guna menemui istriku apakah boleh?’’.
Disela Reygan akan memberikan hormat, Cooper segera menahan kedua bahu pria di depannya menggunakan tangannya, ’’ tuan muda, panggil namaku saja, dan bukannya lebih baik, jika anda menemui istri anda sekarang, lalu biarkan semua tugas anda hari ini, saya selesaikan sendiri’’, sahut Cooper sembari mengangkat kedua lengannya, bermaksud memamerkan otot lembeknya.
Reygan menahan tawanya, hingga tersenyum, sembari sejenak mengalihkan wajahnya ke samping,’’Baiklah cooper jika itu permintaanmu, aku akan pulang sekarang juga, sampai bertemu besok’’, lalu membalikan badan dan berjalan pelan meninggalkan tempat itu.
Setelah itu, Cooper merasa lega di hatinya kini, pasalnya pria itu bahkan tak menampakan raut wajah tak enak, terlebih sampai memakinya’ setelah kejelasan identitas baru, yang tengah dirinya sandang sekarang.
Sembari memandangi kepergian Reygan, ‘Pria itu sangat baik, atau memang bodoh, yang jelas diriku aman sekarang’,gumam Cooper, lalu menggelengkan kepalanya berulang kali.
Saat ini Reygan telah sampai di luar gerbang rumah kediamannya, nampak terlihat di pandangannya, tidak ada tanda kehidupan di dalam, terlebih tak ada mobil BMW Ellena terparkir di halaman ataupun garasi yang terbuka itu.
Sembari menyahut gadget di saku celananya, ‘Kemana dia semalaman ini, hingga hari hampir senja seperti ini tak ada beritanya, apakah kamu melupakan malam ini Ellena’ ,gumam Reygan.
Kemudian Reygan, mengoperasikan layar di gadget nya, guna mencari nama istrinya di dalam kontak, namun setelah nama itu terlihat, dengan segera dirinya mengurungkan niat lalu mematikan phonselnya, dan menaruh kembali ke saku celananya.
Beberapa pikiran Regan, kini telah mengubah arah haluan kakinya, sehingga Reygan mengarahkan kakinya, guna menyendiri di tepi danau, bertempat agak jauh dari kota Brackhamtom, yang bersuasana sangat tenang dan damai menurutnya, karena jauh dari suara bising lalu lintas perkotaan di kota itu.
Akan tetapi, baru saja pandangan mata Reygan melihat danau itu dari kejauhan, pikirannya sontak saja memutar beberapa dokumen kenangan indah bersama Ellena’ sebelum menikah.
Sembari berjalan mendekat ke bibir danau, maka semakin dalam ingatan bahagia Reygan, hingga otaknya kini terjebak lagi di kenangan itu. Saat ini Reygan berdiri di tepi airnya, terdiam sembari menghela nafas panjang berulang kali.
Kemudian terlamun sejenak di sela pandangannya, menit demi menit kegiatannya tadi, semakin mengikuti arus, hingga tak sengaja masuk jauh lebih dalam ke memori ingatan di masa lampau nya. Reygan dengan perlahan membaringkan tubuh kekarnya di atas rumput pijakannya tadi, lalu mulai membayangkan kejadian dua tahun lalu.
Di lamunannya’ setiap sore hari seperti ini’ di waktu itu, dirinya dan Ellena, selalu bertemu di danau ini, karena telah saling membuat kesepakatan bertemu di danau apapun yang terjadi sebelumnya. Suara canda tawa di waktu itu, selalu mengisi di sela kebersamaannya,dan berakhir ketika malam menjemput, bahkan pernah suwaktu hari Reygan tak datang kemari hanya satu hari saja, maka perasaan cemas serta khawatir melanda Ellena, hingga terus saja menghubungi guna menanyakan keadaannya.
Hingga hari demi hari di sela kebahagian itu, pernah suatu ketika, saling membuat janji kembali’ tak akan membuat salah satu di antara mereka bersedih hati, dan bila salah satu bersedih, maka satu lainnya, harus menghiburnya, guna menghilangkan kesedihan pasangannya itu.
Kemudian dengan kecocokan yang tengah mereka jalani selama beberapa bulan terlampaui itu, maka akhirnya secara bersama memutuskan untuk selalu bersama dalam suka dan duka, melalui ikatan suci pernikahan.
Kenangan itu sangat manis di ingatan Reygan, hingga tak terasa senyuman dan tetesan air mata bahagia nya terlontar begitu saja, di sela lamunannya.
Sembari tersenyum bahagia di lamunan itu, Reygan sejenak memejamkan matanya, lalu sedikit mengingat perkataan lembut Ellena di waktu tepat sehari sebelum acara pernikahan berlangsung.
Ellena pernah terbisik di telinganya dulu,sembari merangkul erat tubuhnya.
’jika bukan kamu, aku tak mampu menjalankan hidup, dan jika kamu bersedih, segera ke danau, maka akan ada aku disitu bersamamu, dan menghiburmu selamanya, aku mencintaimu Reygan selalu mencintaimu.
Reygan menghayati berulang kali,hingga beberapa menit perkataan indah Ellena di waktu itu, dan tak terasa air mata nya, kembali menetes, namun dengan cepat dirinya menyeka wajahnya.
Kemudian dengan perlahan dirinya mengangkat tubuhnya hingga berdiri, lalu berjalan ke depan sembari tertatih, guna lebih mendekat ke arah bibir danau itu.
Setelah itu, Reygan mengarahkan pandangan nya, melihat biru nya air sejuk di depan matanya, berharap kegiatan itu, mampu sedikit membasuh luka dalam hatinya, selama beberapa bulan belakangan ini.
Perlahan kini Reygan menaruh pelepasannya di tanah, tempat berpijaknya barusan, dengan tanpa mengalihkan sedetik pun pandangannya dari keindahan danau itu.
Akan tetapi di sela kegiatannya, sesaat bayang wajah cantik dan polos’ Ellena, kini mulai terlintas di pantulan air danaunya, hingga membawa arus pikiran Reygan, untuk mengenang tawa senyum serta tingkah manja Ellena dulu terhadapnya di tempat ini.
Reygan sejenak menengadahkan kepalanya ke arah langit senja yang ternampak sebentar lagi akan mengakhiri keindahannya itu,’’Tuhan, apa memang benar, kebahagiaan aku dan Ellena di waktu itu, tak akan pernah terulang kembali’’,lalu merunduk kan kepala perlahan, di sela tetesan air matanya,‘’Ellena’ aku mencintaimu, lebih dari rasa cintamu padaku di waktu itu’’, menyeka air di pipinya.
Kemudian Reygan mematung kan lama tubuhnya dalam tunduk kesedihannya.
Alasan Reygan sendiri selalu pulang hingga larut, adalah mengunjungi janji mereka berdua’ di danau ini, namun kini dirinya bersedih, dan tengah menagih janji Ellena di waktu itu.
Akan tetapi, selama ini Reygan dengan sengaja tidak pernah berucap langsung kepada istrinya mengenai perkataan Ellena dua tahun lalu di danau ini, dan berharap Ellena dapat mengingat sendiri janji yang telah mereka buat dulu.
Beberapa jam tak terasa berlalu, hingga lamunan Reygan telah berhasil di kalahkan oleh kekuatan waktu. Dengan berat hati, kemudian Reygan mengangkat kembali tubuhnya, lalu perlahan mengayuh kedua kakinya, guna menjauh dari tempat favorit nya itu.
Sembari memasang raut muka sendu di sela laju kakinya,’ mungkin Ellena akan datang menemui ku di hari berikutnya ’, gumam Reygan dalam hati.
Reygan berusaha meyakinkan hatinya berulang kali selama beberapa bulan terakhir, serta selalu mengucapkan kalimat itu, di akhir kunjungannya, sesaat setelah meninggalkan danau ini.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments