Kevano terus melirik jam yang melingkar ditangan kirinya, jam mahal keluaran Jerman yang ia dapatkan saat ulang tahunya ke tujuh belas tahun lalu, dari Ruben.
Sudah lebih dari empat puluh menit sejak Kesya berpamitan padanya untuk menemui pak Kevin, sementara ia dipaksa menunggu diluar pintu seperti orang bego, meskipun kenyataanya begitu.
Sesekali ia mondar-mandir diluar pintu sana, dengan harap-harap cemas, seperti seorang suami yang menunggu persalinan istrinya. Ia sudah mulai tahu sebera besar kedudukan Kevin Sanjaya dalam dunia perbisnisan, jika ia bilang tidak maka tak bisa diganggu gugat.
Ruben, sang abang pernah mengatakan untuk tidak mencari masalah pada lelaki tiga puluh lima tahun itu, sekali saja membuat kesalahan, maka dipastikan dalam waktu dekat perusahaan akan gulung tikar, bahasa mudahnya bangkrut.
Semantara itu Kesya yang berada didalam ruang pak Kevin mulai menjelaskan konsep iklan yang dilakukan. Pak Kevin mulai tertarik dengan document yang diajukan Kesya hari itu, tidak sepeti kemarin yang lihat sekilas langsung dikembalikannya.
"Ini yang saya mau, Konsep kamu matang. Perencanaan baik, minggu dekan saya akan hubungi agensi, secepatnya kita buat iklan ini." Ucap Pak Kevin sepertinya puas meski tak ada senyum yang membuat bibirnya tertarik keatas, sedangkan Kesya hanya mengangguk patuh.
Kesya bisa menarik nafasnya lega, ia serasa sejak tadi sudah menahan nafas yang menyesakkan dada. Jadi ini alasan orang-orang menyuruhnya untuk berhati-hati pada pemilik AB Group.
"Meskipun konsep ini baru saya minta, tapi ini matang dari konsepmu kemarin. Karena tergesa-gesa itulah kematangan dalam bekerja." Sambung pak Kevin.
"Konsep lalu sebenarnya sudah saya persiapkan dengan tim pak, hanya saja saya tidak memikirkan waktu pengerjaanya." Ucap Kesya berhati-hati dalam berbicara, ia tak ingin menyinggung pak Kevin.
"Itulah yang sering dilakukan karyawan-karyawan muda, merasa dikerjakan lama, tapi persiapan nol. Buruk, dan tidak mencerminkan seorang karyawan. Kamu paham, kan."
"Paham, pak. Kalau begitu saya permisi, dan untuk urusan agensi, mungkin bisa saya dan tim yang menghubunginya."
"Baik."
Kesya permisi sambil menyalami pak Kevin, tangan berkeringat nya bertemu tangan gagah seorang penerus perusahaan terbesar di Indonesia.
Ia lalu berjalan keluar dengan perlahan, kakinya merasa kesemutan karena terlalu duduk, bahkan pantatnya nyeri padahal kursi itu lebih empuk dari kursi diruang pak Bos.
"Bagaimana?" Tanya Kevano begitu Kesya keluar dari ruang pak Kevin.
"Seperti keluar dari ruang sidang skripsi." Ucap Kesya, tapi setelah itu ia melirik wanita yang berada disamping kirinya, berambut panjang hitam sedikit bergelombang, dengan pakaian yang mirip dengannya. "Siapa ini, Kev?"
"Kenalkan, makhluk tercantik abad ini, Stefani Klarisa, Asisten Pribadi Pak Kevin." Ucap perempuan muda itu dengan gayanya yang cantil dan pe-de.
"Pembantu maksudnya?" celetuk Kesya.
"Sembarang ini tante. Asisten di kantor. Tadi saya lihat adiknya mondar-mandir didepan pintu, saya curiga, saya kira mau maling."
"Emang bener, Kev?"
Kevano menggeleng bohong.
"Yaudah saya pamit, saya gugup banget. permisi." Sambung Kesya sambil menarik tangan Kevano pergi menjauh dan keluar dari kantor yang sudah seperti arena uji nyali itu.
Sedangkan Stefani tersenyum dan dalam hatinya seakan berucap. Baru tahu kan ada manusia seperti Kevin.
%%%
"Guys!" Teriak Kesya sambil berlari menghampiri trio kalong, dan langsung memeluk mereka.
Beberapa karyawan dan pak Bos mendengar kegaduhan itu mulai ikut bergabung.
"Gimana, Kes? Lu diapaan sama orang tua itu?" Seloroh Ganda, sambil memegang kedua pipi Kesya untuk memastikan keadaan perempuan itu.
"Enggak di apa-apain lah. Yang pasti pak Kevin menyetujui konsep iklan kita." Ucap Kesya dengan menahan rasa bahagianya.
"Serius lu?" Tanya Yunda memastikan bahwa yang didengarnya tak salah.
"Serius lah. Minggu Depan kita mulai pembicaraan dengan agensi."
"Biar saya yang bicara pada agensi." Kata Pak bos bergabung dengan pembicaraan mereka. "Dan untuk merayakan itu kita makan makan dikantin."
Seluruh karyawan yang mendengar ucapan pak Bos itu berteriak kegiranhan, moment yang pas saat jam makan siang.
"Bayar sendiri-sendiri." Sambung pak Bos sambil berjalan masuk ruangannya.
"Dih, kirain beneran." Ucap Ganda kecewa.
Kebiasaan pak Bos, meskipun sudah mendapatkan proyek yang besar ataupun menang tender, ia tak pernah mau membuat karyawannya bahagia atau memberikan sedikit penghargaan, tapi tiba-tiba gajihan naik.
"Yaudah deh, gimana kalau gue aja yang traktir. Tapi kalian bertiga aja, ya?" Kata Kevano kemudian.
"Nah ini baru Kekev, Berondong gue." Ucap Ganda sambil mencolek dagu Kevano dengan gemas.
semantara Kesya dan Yunda sudah berjalan menjauh menuju kantin, melihat hal itu Kevano menyusul, jika berlama-lama di dekat Ganda ia bisa ketularan gayanya lagi.
Kevano mengekor dibelakang Kesya, sambil terus tersenyum, mengingat bagaimana ekspresi Kesya saat bahagia. Melihat Kesya bahagia, ia ikut merasakan bahwa pelangi itu benar-benar berwarna.
Sekarang bagi Kevano, Kesya itu adalah sesuatu yang harus dijaga. Bibirnya yang merah menggoda dan kecil membuat Kevano selalu terbayang, bahkan bagaimana rasanya bibir itu itu masih ingat.
"Eh lu mau makan apa, Kev?" Tegur Yunda yang melihat Kevano sejak tadi hanya melamun dan tak memesan makanan.
"Bakso aja deh." Ucap Kevano tersadar dari lamunanya.
"Oke. Bakso tiga, mie ayam double pangsit mang!" Teriak Ganda dengan suara cemprengnya.
Ternyata bagi Kevano dunia Kesya lebih membuat nya bahagia dibandingkan dunianya nyata. Apa ia benar-benar jatuh cinta?
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Grace Selvia Sobandi
adik tante????gkgkgk🤣🤣🤣
2019-12-03
2
mei.az
aku ikut senang thoorr ikut makan gratis...ternyata zonk thoorr bayar sendiri"🤣🤣🤣🤣sakit thorrr😂😂😂....
2019-11-29
1
Kenmina28
Aku malah penasaran karakter si bos chubby n Kevin Sanjaya. kisah percintaan mereka juga
2019-10-27
5