"Sore, om." Sapa Kevano pada seorang laki laki yang muda beberapa usia dengan papahnya.
Hari itu ia sedang memiliki waktu senggang, jadi ia sempatkan untuk bermain kerumah Adrian, salah seorang sepupunya.
"Sore, Sya. Mau ketemu Rian ya? Ada itu dikamar." Ucap Om Gio pada Kevano meskipun tidak begitu melihatnya, karena Om Gio tengah sibuk dengan seorang pemuda.
Dari penampilan pemuda itu terlihat seorang pegawai penting, entah client ataupun yang lainya. Meskipun Kevano mencium ada yang tidak baik antara Om nya dan pemuda itu.
Sesaat setelah itu ia meninggalkan mereka berdua diruang tamu, lalu berjalan menuju kamar Adrian, yang berada dilantai dua.
Sesampainya dikamar sang sepupu, Adrian asyik berbaring sambil bermain dengan gawainya, entah game atau sosmed.
"Siapa itu orang yang ngobrol sama, Om?" Tanya Kevano sambil duduk diujung ranjang tidur.
"Katanya sih dari kantor pengadilan atau apa itu. Lu tau sendiri kan, Papa belum kelar masalahnya." Ucap Adrian tanpa memalingkan wajah dari gawainya.
Kevano mengangguk-angguk tanda paham dengan ucapan Adrian.
Om Gio memang pernah tersandung masalah beberapa bulan lalu soal kasus suap dan korupsi, bahkan kasus itu hampir saja membawa nama papanya tapi karena pengacaranya pandai, mereka memenangkan atas gugatan yang diberikan.
Jika saja mereka kalah, pasti sekarang Om Gio dan sang papa berada didalam penjara, sementara aset kantor dan rumah juga bisa tersandung.
"Tumben lu kesini. Ngapain? Mau nyontek ya?" Sambung Adrian sambil memojokkan Kevano dengan pertanyaan yang sebenarnya memang benar.
"Hus, gak usah kencang-kencang, itu lu tau. Please gue nyontek, enggak paham matematika."
"Sama aja geblek, lu kira gue ngerti."
"Terus?"
"Kita nyontek Rena aja deh besok. Lu kan sering tu bareng dia."
"Ide yang bagus."
Kevano tersenyum sambil mengacungkan jempolnya. Mengingat gadis bernama Renata itu ia jadi merasa aman tanpa harus bingung dan takut jika dihukum dosen killer itu.
Tapi, bukan hanya itu, beberapa hari lalu setelah ia mengantarkan Renata pulang, ia melihat Kesya dan seorang laki-laki keluar dari rumah Renata. Mungkin itu kakaknya.
Seorang laki-laki muda dan tampan, pengacara sukses dan terkenal, semua orang bilang begitu tapi ia bahkan belum sekalipun melihat wajah laki-laki itu.
Kevano tak mau berpikir lebih, mungkin hanya urusan client atau Kesya merangkap menjadi guru les privat bagi Renata, karena Renata memang butuh seorang guru yang mengajarinya soal seni dan desain, meskipun keduanya sama-sama lemah soal menggambar.
"Eh bro lu tau gak?" Ucap Adrian sambil menyimpan ponselnya dan membuat Kevano kaget.
"Kagak. soal apa?"
"Bulan depan ada turnamen bapalan, lumayan hadiahnya motor. Kalau lu menang lu gak usah pusingin motor yang Om Putra sita. Terus lu terima tantangan Bima yang udah ngeremehin lu."
"Gak minat." Kata Kevano datar tanpa ekspresi.
"Seriusan?" Tanya Adrian seakan tak percaya dangan kata-kata yang keluar dari mulut seorang Kevano yang setengah hidupnya adalah motor.
Kevano mengangguk.
Bohong. Sebenarnya ia berharap bisa mengikuti perlombaan itu, karena motornya mungkin dalam waktu dekat tidak akan dikembalikan oleh papanya. Itu juga karena salahnya sendiri.
Semenjak awal masuk SMA itu sudah kenal dunia balapan, keluyuran hingga pulang dini hari, ia lakukan itu jika papa dan mamanya pergi keluar kota, tapi akhirnya semuanya terbongkar. Setelah lulus ia dipaksa masuk Jurusan Desain dan motornya disita, uang jajannya bahkan dikurangi.
Tapi, bukan Kevano namanya jika tak punya cara untuk menggunakan motor gede, meskipun hasil pinjaman dari Ruben.
"Lu pasti bohong, kan?" Sambung Adrian.
"Yaudah gue ikut. Mana ada formulirnya gak?"
"Nah gitu dong, itu baru namanya Kevano sepupu gue. Nih lu buka website turnamen nya, lu isi aja semua form nya, nanti gue kirim link nya."
"Sip. Yaudah Yok Mabar."
"Okelah."
Kevano mengeluarkan ponselnya, untuk bermain game, sekilas wajah nya tersenyum membayangkan kalau ia bisa membonceng Kesya dengan motor barunya jika menang turnamen nanti.
%%%
"Chika sayang, sini tidur sama Mama." Ucap Kesya sambil menarik Chika untuk tidur bersamanya diranjang.
Ia sudah bersiap-siap hendak tidur, supaya esok bisa bangun lebih pagi, karena masih ada janji denga Pak Kevin yang meminta revisi dokument pengiklanan.
Sejak ditolak tadi, ia langsung kembali ke kantor membicarakan semuanya dengan trio kalong dan pak Bos Ruben, dalam waktu singkat mereka merubah konsep iklan, meskipun begitu menguras otak.
Jangan sebut Kesya jika begitu saja tidak bisa dilakukannya, dan ia yakin pak Kevin akan berpikir keras untuk menolak isi dokument itu.
Setelah ia pikir semaunya selesai, dokument dan berkas lain siap, ia menarik selimutnya dengan santai, meskipun besok tidak sesantai bayangannya. Apalagi ia harus berangkat lagi bersama bocah menyebalkan itu.
Jika mengingat soal Kevano entah kenapa ia malah semakin pusing, tingkah bocah itu membuat kepalanya hampir pecah, bandelnya yang tak bisa dihindarkan seakan gen dari lahir. Pe-de dan terlalu over. Tapi,
Dari sifat menyebalkan itu, sebenarnya Kevano memilki banyak lebih. Ia tampan, banyak memiliki uang, pemberani dan tidak tahu malu, Kevano memang begitu menggoda. Bahkan jika saja ia seumuran Kevano mungkin ia bisa jatuh cinta pada bocah itu. Sekarang pun ia bisa.
Tidak.
Bocah itu hanya bocah kecil yang tak tahu aturan, tak tahu dari Mana datangnya dan tiba-tiba saja ada, membuat Kesya bingung.
Dieratkannya selimutnya untuk menutup seluruh tubuh dan kepala, agar bayang-bayang Kevano bisa hilang dari kepalanya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
aera can
chika tuh siapa ya ???
2019-10-24
2
Arum
duh tante lg jatuh cinta yaa
2019-10-20
2
Wiji Lestary
deg...deg....
2019-08-21
1