Kesya menghembuskan nafas berat sambil menyesap maca pahit yang selalu menemani paginya. Kata orang, maca bisa menghilangkan racun dan toksin yang artinya baik untuk kesehatan dan kulit.
Bagus sekali bukan, diusianya yang sebentar lagi dipanggil tante, ia memang harus merawat kekencangan kulit, jika tidak mungkin tiga tahun lagi kulit dipinggir mata dan diatas senyum akan terlihat keriput.
Jauhkan semua itu dariku Tuhan. Batinnya. Ia belum ingin benar-benar tua seperti tetangga sebelahnya yang cerewetnya minta ampun. Yang selalu menatapnya aneh dan tak suka, seakan Kesya merebut suaminya.
Sesekali ia melirik jam yang melingkar ditangan kanannya, ia memastikan agar tak terlambat untuk datang kekantor. Kesya tidak mau ditegur Bos yang super galak, jika terlambat absen. Anehnya dia selalu punya cara untuk membuatnya merasa bersalah. Menyebalkan bukan.
Kesya terus menyesap minuman berwarna hijau pekat itu dengan tenang, sambil menikmati udara pagi dari jendela apartemen yang aku buka. Ia sengaja membeli apartemen ini bukannya rumah, Karena sebagai pekerja design aku butuh ketenangan untuk mengerjakan pekerjaanku yang membutuhkan pikiran tenang, bukan untuk yang lainnya. Meskipun sang Mama berpikir aneh saat ia memutuskan untuk mengambil apartement.
Macanya sudah habis, ia berjalan menaruhnya ditumpukan piring kotor, mengambil tas kerjanya, lalu menuju rak untuk mengambil sepatu pantofel dengan hak beberapa centi. Sebenarnya aku tidak suka menggunakannya, tapi ini peraturan aneh dari kantor.
Dikunci pintu apartemennya, lalu kembali berjalan dilorong, menyusurinya sebentar, menekan tombol lift, turun lantai dasar dan keluar kawasan apartement. Kemudian, menunggu Bus yang tak jauh dari sana.
Ia berasa seperti Sailor Moon, yang gesit. "Dengan kekuatan bulan." (Jangan ikuti gerakannya)
Bus biasa berhenti pukul tujuh pagi, berarti lima menit lagi, mungkin ia bisa selfie cantik dulu untuk mengabarkan pada penggemarnya bahwa Kesya si Ratu alam semesta masih hidup.
1
2
3
Cekrek!
Ada duapuluh lima foto dalam sekali cekrek dan banyak pose, semua cantik seperti biasa, saat nya upload disemua sosial media yang dimilikinya. Pengikutnya pun sudah banyak. 200 orang.
Cukup. Bus sudah datang, masukkan ponsel dalam tas mungilnya yang berisi semua urusan wanita. Melangkah santai memasuki bus. Bus pagi ini cukup sepi ia bisa duduk dengan tenang sekarang hingga nanti sampai Kantor tiga puluh menit lagi. Tapi, supir bus ini keluaran fast farious, kadang lima belas menit sampai.
Sembari menunggu sampai dikantor, ia ingin tidur sebentar, karena tadi malam ia sempat bergadang.
*Begadang jangan begadang
Kalau tiada artinya
Bergadang boleh saja
Kalau ada perlunya.*
"Maaf tante disini kosong?"
Hah? Kesya menajamkan telinganya, ia belum sempat memejamkan mata, sepertinya seseorang ada yang berbicara didekatnya tapi pastinya tidak denganya. Sama ia dipanggil, tante.
"Tante!"
"Eh bocah, kamu ngomong sama saya?"
"Disini kan cuma ada tante doang."
"Gak sopan, saya masih muda, enak aja panggil tante. Panggil, mbak."
"Eh iya, mbak tante." Ucap lelaki muda itu yang mengenakan baju hitam putih rapi. Tanpa peduli raut wajah Kesya, ia langsung duduk senyaman mungkin.
Kesya masih berpikir keras apa mukanya setua itu sampai ada yang memanggilnya tante, ia rasa tidak. Ia masih dua puluh tujuh tahun, cantik dan menggoda setidaknya itu yang dilihatnya dicermin.
Ia menoleh kearah lelaki disampingnya, muda dan tampan. Sepertinya usianya masih belasan, anak kuliah atau malah masih SMA. Berondong sekali.
Merasa dipandang lelaki itu menoleh, dan tersenyum memamerkan bibir putihnya yang ditumbuhi satu gingsul disebelah kiri. Setelah ia sadar Kesya membuang muka dan menutup mata.
%%%
"Yuyun!" Seru sang Boss dengan wajahnya yang terlihat bingung.
"Ih pak bos, nama saya Yunda kali. Bapak lagian kenapa pagi pagi udah teriak?" Kata Yunda dengan gayanya yang centil dan tak peduli bahwa yang diajaknya berbicara itu Bossnya.
"Dih ini anak. Nur mana kok belum datang. Saya butuh dia."
"Bapak suka ganti panggilan deh. Paling masih dijalan, ini belum jam absen juga, pak."
"Saya disini pak!" Teriak Kesya menghampiri sang Bos dengan wajah lelahnya. Ia sudah seperti pelari marathon yang menuju finis saat mengejar absen.
"Dari mana aja, Nur? Ikut saya ke ruangan."
"Siap, Pak" Kesya melebarkan tangannya, hormat sebagai tanda iya. Lalu mengekor dibelakang pak Boss. "Doakan gue, Yun."
Kesya mengendus sesuatu yang akan terjadi padanya, yang akan membuatnya berucap maaf pak-maaf pak berulang kali. Tapi, apa salahnya ia tidak datang terlambat.
Lelaki bertubuh tinggi besar dengan brewok tipis itu selalu saja mengganggu nya dengan banyak pekerjaan, lembur yang tak mengenal waktu hingga memajukan deadline seenaknya saja. Dan sepertinya itu akan terjadi padanya.
"Nur, mana desain yang saya minta minggu lalu?" Sang bos menagih sesuatu pada Kesya saat mereka sudah berada diruangan.
"Hah? Desain yang mana bos?" Tanya Kesya bodoh.
"Desain minuman gelas yang diminta untuk iklan, masa kamu lupa."
"Bukanya bos minta bulan depan, ya?"
"Masa saya bilang gitu. Yaudah dimajuin ya, besok harus selesai."
"Tapi, bos.."
"Huss, jangan bantah." Potong pak bos sambil menutup mulut Kesya dengan jari telunjuknya.
Kesya memasang wajah cengo'. Benar apa yang dikatakanya, si bos gembul itu suka memajukan deadline seenaknya. Alamat ia harus lembur lagi untuk mengerjakan desain itu yang segarispun belum dikerjakannya._
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
NO NAME
.
2023-02-14
1
Ai Elis
kayanya mulai seru.
2021-01-03
0
Bety Rohmah
msh sempet nyanyi thor, Thebes 😁😍😍
2020-12-12
1