Dak!
Duk!
"Aduh!"
Kesya menendang kaleng bekas minuman soda, dan sepertinya kaleng itu mengenai seseorang. Kesya berjalan mencari sumber suara.
Seorang lelaki tengah duduk sambil memegang keningnya, rasanya tidak sakit hanya sedikit nyeri dan kaget.
"Maaf-maaf saya gak sengaja." Ucap Kesya sambil berusaha menegang tubuh lelaki itu.
"Kalau lempar kaleng lihat-lihat dong... mbak." Lelaki itu mengucapkan kata dengan sedikit tergagap, saat melihat Kesya. "Kamu,"
"Pak Bian, maaf."Kesya mengangguk malu-malu.
Dia Bian, pengacara yang disewa Putra Group untuk menyelesaikan masalah yang dibuat Kesya, tentang pengilklanan ilegal.
"Kamu kenapa sih?"
"Saya stres pak. Saya takut." Ucap Kesya sambil menahan tangis buayanya.
"Takut kenapa? Sidang kita sebentar lagi."
"Gimana kalau saya masuk penjara?"
"Berarti kamu gak mempercayai saya. Saya pengacara kamu. Sudah ayo masuk." Bian menarik tangan Kesya berjalan menjauh dari bangku itu. Masuk kedalam ruangan sidang yang sebentar lagi akan dimulai.
Hari itu pertemuan pertama mereka, Bian sebagai seorang Pengacara yang profesional membantu menenangkan masalah Kesya dan mengembalikan kepercayaan orang-orang terhadap Putra Group.
Kesya pikir setelah masalah itu, Ia tak akan bertemu Bian lagi. Tapi, Bian menyimpan perasaan lain pada Kesya, dan dengan senang hati Kesya menerima perasaan itu.
Resmi berpacaran.
Kejadian itu sudah berlangsung dua tahun lalu, sekarang Bian menatap Kesya yang tengah mencoba baju pengantinnya. Warna putih cerah, begitu cantik dipakai Kesya.
Kesya benar-benar cantik, wajahnya mulus, tubuhnya menggemaskan, ditambah bibir yang mungil pas untuk dikecup. Bian mengusap wajahnya, pikiran kotornya menjelma lagi dikepalanya.
"Gimana, cantik gak?" Tanya Kesya memamerkan gaun yang ia kenakan.
"Cantik banget. Pas buat kamu. Aku sampai terpesona."
"Apaan sih, gombal aja. Sana kamu coba bajunya."
Bian meringis, sambil berjalan dan hilang tertutup pintu ganti. Didalam ia mencoba pakainya, jas putih dengan setelah celana putih, dipadu dasi hitam yang terlihat cocok padanya.
Setelah itu Bian keluar dan memperlihtakan pakaian yang ia kenakan pada Kesya.
"Pangeran itu ternyata gak perlu pakai kuda, kan?" Ucap Bian sambil menyinggung senyum sombong.
"Dih, Pangeran kodok maksudnya." Kesya tertawa, lalu berdiri sejajar dengan Bian.
"Kan kamu yang buat kodok ini berubah jadi pangeran lagi."
"Gombal."
Bian menggeleng pelan. Ia tak pernah suka jika disebut gombal, karena mengatakan sesuatu tentang cinta.
"Ini serius lho." Ucap Bian sambil mencubit pelan pipi Kesya.
"Jangan ih, mbaknya nanti iri." Kesya melirik mbak-mbak yang berada dipojok ruangan.
Bian menghentikan godaannya pada Kesya itu, saat melihat mbak yang mengatur baru itu malu-malu, tapi pengen.
Tinggal sebentar lagi mereka akan menikah, mereka sudah mempersiapkan semuanya, baik gedung dan juga WO.
%%%
"Kamu belum ambil cuti?" Tanya Bian pada Kesya.
Mereka telah selesai mencoba baju pengantin, menikmati makan siang bersama, karena hati itu Kesya sengaja izin pada Pak Bos karena ada urusan. Pak bos yang tak peduli urusan karyawannya, mengizinkan tapi memotong gajih.
"Belum lah, pernikahan kita masih dua bulan lagi. Kamu juga belum ambil cuti."
"Aku masih sibuk, sayang. Ada client penting yang minta bantuan aku."
"Emm."
Kesya tak menjawab ucapan Bian, hanya mendehem pelan. Ia tahu pasti ucapan itu yang akan dikatakan oleh Bian. Bian terlalu sibuk dengan kerjaannya meskipun hari pernikahan mereka semakin dekat.
Tapi, bagi Bian ia tak bisa meninggalkan pekerjaanya begitu saja, karena ada pekerjaan penting yang menunggunya. Apalagi akhir-akhir ini ada client yang rela membayar nya besar untuk memenangkan masalahnya.
Bian pikir, uang itu bisa dijadikan tambahan untuk pernikahan, meskipun uang mama dan calon mertuanya lebih dari cukup.
Saat Kesya dan Bian tengah menikmati makan siang, Kevano yang berada di kantor sibuk mondar-mandi tak jelas diruangan HRD. Yunda dan Ganda yang melihat hal itu, berjalan mendekati Kevano.
"Lu ngapain, Kev?" Tanya Ganda sambil mencolek lengan Kevano.
"Kesya kemana? Kok dari tadi gak kelihatan."
"Oh, Kesya lagi sama Bian pilih baju pengantin." Belum sempat melanjutkan omongannya, Yunda menginjak kaki Ganda yang membuatnya berteriak. "Aw! Kampret nih cewek. Sakit kaki gue."
"Gak usah dengerin omongan si Gendis." Yunda berusaha menutupi omongan Ganda.
"Di Boutique mana, Ndis?"
"Amanda Boutique."
"Oke, thanks." Ucap Kevano sambil berlalu pergi dari hadapan Yunda dan Ganda.
Kevano berjalan terburu menuju keluar kantor, lalu masuk kedalam mobil. Entah kenapa ia kepikiran soal Kesya, ia seperti tak ikhlas jika Kesya menikah dengan Bian.
Tapi, sesaat setelah sampai didalam mobil, ia mengurungkan diri untuk menyalakan mesin. Otaknya berpikir keras, dan hatinya berbicara panjang lebar.
Emang lu siapanya Kesya? Kalau udah sampai disana, lu mau ngapain? Pilihin baju kedua? Bego.
Kevano kembali membuka pintu mobil, berjalan keluar dan hendak masuk kedalam kantor, tapi ia urungkan, Karena ia melihat makanan disamping area kantor.
Ia berjalan mendekati seorang perempuan tua penjual gado-gado.
"Bu, gado-gadonya satu ya." Pesan Kevano, pada penjual itu.
"Lomboknya berapa mas?"
"Tujuh."
Penjual itu mengangguk. Kevano berjalan menuju bangku yang disediakan. Mungkin makan-makanan pedas bisa menghilangkan rasa cemburunya pada Kesya dan Bian. Karena Kesya juga pernah bilang, untuk mengembalikan mood harus makan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 121 Episodes
Comments
Ai Elis
lanjut...makin seru nih.
2021-01-04
0
alfa
sampe rumah mencret
2020-08-28
0
oppa seo joon
wkwkkk....
2020-06-26
1