Suasana pagi, hari Wusan, bulan Rammani. Gong pertanda waktu Macan Wulung telah lewat, disusul sangkakala berkumandang dari pusat akademi Tanapura.
Dua gerbang dibuka lebar, ratusan para praja berbondong-bondong memasuki area dijaga para prajurit. Setiap murid berlalu di ambang muka gerbang, memasukkan sebilah lontar tertulis nama masing-masing ke dalam gentong besar.
Hari itu, acara besar bertajuk Latih Tanding yang rutin diadakan selama satu pekan. Acara besar ini hanya dua kali dalam satu tahun. Para praja mengisi area tribun bertingkat. Di tengah area sangat luas itu, terdapat anjungan berpagar rantai besi dan dijaga puluhan prajurit.
Pada hari biasanya, tempat itu digunakan untuk adu gulat dan latihan praja. Tetapi kali ini, acara Latih Tanding melibatkan murid-murid praja Tanapura akan beradu kemampuan di sana.
Di antara riuh praja berdesakan di sekitar tribun, salah satunya adalah Tamma, celingukan memilih tempat. Beberapa praja Kelas Kancil di dekatnya, tetapi tidak peduli.
”Rambiloto, setelah pemanasan jurus-jurus, apa kau sudah merasa siap jika kali ini adalah giliranmu terpilih?” Tamma melempar tanya pada Rambiloto kebetulan melintas di dekat Tamma.
”Apa boleh buat, siap tidak siap, kita harus siap!” jawab Rambiloto singkat dan berlalu.
”Hei, tunggu!” Tamma tak mengejarnya.
”Tamma, jika teman-teman Kancil tahu aku berbicara denganmu, mereka akan marah padaku!” kata Rambiloto menghindar.
”Mengapa?" Tamma kaget. Tak disangka ia sedang dikucilkan di dalam tim sendiri.
"Itu karena Purwa babak belur karenamu!” seru Rambiloto menjauh.
”Jadi itu alasan kalian marah?” Tamma mematung di tempat di antara banyak praja sibuk mondar-mandir. Tamma hanya memandang ke arah perginya Rambiloto.
Semua yang dikenal, tidak mau peduli Tamma. Karena mereka menganggap bahwa kejadian yang menimpa Purwa adalah akibat ketidakhadirannya pada Latih Tanding hari pertama.
Tamma sungguh bingung karena ini pertama kalinya mengikuti ajang di tempat itu. Terlebih Baiyan tidak bersamanya karena masih dalam perawatan. Ada satu tempat cukup luang di tepian pagar tribun. Tamma tertarik ke sana. Selain lebih dekat menghadap anjungan adu tarung, tampaknya di sana tidak terlalu berdesakan. Tetapi baru saja mendekat ke sana, tiba-tiba banyak praja menyerbu tempat itu juga.
Bukk!
Beberapa praja sibuk berburu tempat tanpa sengaja menyenggol Tamma. Akibatnya, tubrukan beruntun terjadi.
”Maaf ...,” ujar Tamma pada seorang praja yang tanpa sengaja tersenggol. Praja itu tidak asing, tampak cuek, tak membalas apapun, perhatiannya hanya tertuju pada area adu tarung.
”Raphali! Sebelah sini!” beberapa praja di tribun tingkat dua memanggil praja itu.
Raphali. Praja itu lebih dari satu kali dijumpai Tamma. Rasanya bertemu teka-teki dari cara Raphali membalas tatapan Tamma. Praja Muda bernama Raphali seakan menyiratkan sesuatu yang aneh setiap kali bertemu Tamma.
Gong terakhir ditabuh sekali lagi pertanda acara dimulai. Seorang wasit tidak lain adalah Ketua Ranjo, muncul dari sekian puluhan pelatih lain sebagai juri. Mereka menuju area tengah adu tarung.
Beberapa saat, Ketua Ranjo mengutarakan kalimat pembuka singkat dan mengacak gentong berisi ratusan lontar seraya berseru,
”Giliran pertama, dua murid terpilih yang akan berduel adalah Yamuna dan Sham Khalli!”
Sorak riuh berhamburan dari seluruh murid yang menonton selama dua murid tingkat Praja Muda yang tersebut namanya, melangkah ke tengah arena tarung.
Ada yang lega karena tidak mendapat undian untuk maju ke arena tarung. Tetapi sebagian lagi justru kurang senang karena nama mereka tidak terpilih pada kesempatan itu.
Ketua Ranjo menyambut mereka berdua menapaki lantai arena tarung. Setelah dua praja itu memakai seragam jirah pelindung yang disediakan pelatih, Sorak-sorak penonton semakin semarak mengiringi aksi yang akan segera dimulai.
”Yamuna, tingkat Praja Bumi akan berhadapan dengan Sham Khalli dari Praja Langit!” seruan Ketua Ranjo tidak kalah lantang dalam semaraknya siul dari sana-sini.
”Duel dalam cabang beladiri tangan kosong dimulai!!!” kalimat Ketua Ranjo diiringi tabuhan gong membuka ajang duel antara keduanya. Masing-masing dari dua praja itu mengambil kuda-kuda, mempertunjukkan jurus-jurus tingkat menengah sampai pada jurus keahlian tertentu. Lalu saling mengarahkan pukulan dan tendangan untuk menaklukkan lawan sampai keluar garis merah melingkari arena tarung di dala pagar besi. Duel dua praja berlangsung hingga salah satunya yang bernama Sham Khalli jatuh tersungkur keluar batas garis.
Tepuk tangan pendukung Yamuna bersorak riuh, sebaliknya Sham Khalli harus rela kalah, menerima sorak kecewa dari penonton.
”80 poin untuk Yamuna dan 20 poin untuk Sham Khalli!” seorang wasit melantangkan skor dari keduanya. Lagi-lagi dibalas sorak penonton.
”Selanjutnya, cabang pertandingan dari tingkat Praja Bumi!” Ketua Ranjo memimpin berlangsungnya acara adu tarung. Ia memilih lontar berikutnya dan menyerukan dua nama tersohor di Akademi Praja Tanapura.
”Bintani dan Mujiworo!”
Sorak riuh tepuk tangan mengiringi dua praja yang berjalan membelah kerumunan penonton dari tribun.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
Oded Manggala
Teruskan..
2022-03-17
2
Oded Manggala
Semangat thor..
2022-03-17
2
Oded Manggala
Mantap..
2022-03-17
2