Gemerincing rantai besi diseret-seret. Panji-panji hitam berkibar di setiap ujung layar kapal. Perlahan Tamma tergugah setelah semalaman tidak sadarkan diri.
"Nggh ...," Tamma mengerang akibat luka di kaki dan punggungnya, terasa sangat menyakitkan. Darah telah mengering. Seketika ia terbelalak, menyadari dirinya meringkuk di lantai berlumut. Tiang-tiang tinggi penopang layar-layar hitam, semakin menyadarkan Tamma sedang berada di sebuah kapal asing.
Agak terombang-ambing di atas kapal raksasa beratap langit. Sayup-sayup terdengar suara berisik di sekitar Tamma dikerumuni orang-orang asing bertampang bengis dan menatapnya beringas.
”Anak muda ini, sepertinya tidak asing!”
Seorang awak berbisik ke dekat seorang lelaki memakai topeng, bertingkrang di bangku besi tua. Cukup lama ia mengamati Tamma, dari ujung rambut sampai ujung kaki. Beberapa awak lain yang berkerumun juga bertingkah demikian.
”Hmm, anak muda ini sangat mirip dengan sosok yang dikabarkan orang-orang. Entahlah, kita bisa menukarnya dengan ribuan keping emas! Aku dengar orang-orang Kakilangit tak pernah kenyang membeli anak-anak muda seusia dia!” kata lelaki bertopeng, sejenak memikirkan keuntungan.
”Kamukah Bocah Malapetaka yang diburu orang-orang Jawata?” ia menyeringai. Semua pengikutnya bersahutan tawa dan siul.
Pria bertopeng itu mengangkat wajah Tamma.
”Orang-orang Kakilangit pasti senang!” katanya lagi di sela-sela gigi hitam menyeringai dan nafas berbau.
Belum usai Tamma bingung lantaran merasakan suasana asing di sekelilingnya, tampak Baiyan dan Niratih juga terikat rantai dalam keadaan tidak sadar, keduanya tergeletak agak jauh dari Tamma berada.
”Baiyan. Niratih, bangunlah kalian,” patah-patah suara Tamma memanggil dua temannya.
Terdengar deru ombak besar menabrak dinding kapal. Semburan air sampai ke batas pangkal tiang-tiang layar.
”Baiyan ...,” panggil Tamma. Namun Baiyan bergeming saja.
”Niratih ...,” panggilnya beralih pada satu-satunya gadis di antara mereka bertiga. Namun ia juga tak berkutik, matanya terpejam erat, tampak memar membiru di pelipis.
Para awak kapal menyiramkan ke tubuh Tamma, Baiyan dan Niratih, ember-ember berisi air laut dengan bentakan.
”Bangun, Bocah-bocah!”
Namun Baiyan dan Niratih belum juga tersadar. Sedangkan Tamma berpura-pura pingsan.
Seseorang awak berwajah angker, mengenakan jirah kusam, rambut dan wajahnya dekil dengan serentetan gigi menyeringai hitam, tiba-tiba menyentuh pundak Tamma dari belakang.
”Jangan sembarangan menyentuh anak itu, kamu bisa membuatnya jatuh harga!” hardik seseorang berhelm setengah kepala yang sejak tadi masih mengamati dari bangkunya.
Tamma semakin kebingungan karena sejak tersadar, orang-orang itu belum berhenti mengamatinya. Tatap mata mereka yang tajam seakan ingin menelan mentah-mentah.
”Ketua pasti sangat senang!” seru lelaki bertopeng sambil menyeringai. Namun tidak lama berleha-leha, tiba-tiba terdengar suara lantang berbalas saling menyahut para awak kapal, menyambut kedatangan kapal besar lain merapat. Jembatan kayu segera dipasang di antara dua kapal besar.
”Ketua tiba!”
Derap langkah tak beraturan cukup menghentak lantai. Sesaat kemudian, para awak kapal bermunculan lebih banyak lagi ke tengah anjungan.
Langit tampak indah di atas sana. Ketika kembali ke sekeliling, Tamma melihat banyak orang telah berkumpul membentuk lingkaran dala waktu singkat. Kemudian satu orang paling berpengaruh dan ditakuti, hadir ke tengah-tengahnya. Ia mengenakan pakaian berbeda dari awak-awak biasa, dan ada ikat kain hitam bergambar dua golok menyilang di kepalanya yang berambut kucel gondrong.
Seorang lelaki bertopeng semula duduk di bangku besi tua, beranjak dan mempersilakan orang itu menggantikan posisinya.
”Beraninya kamu singgah di bangku ini!” sebentar ia mendamprat seorang awak bertopeng membawa tongkat pendek berujung kait besi yang selalu dipegangnya.
”Ampun, Ketua!” ujarnya ketakutan dalam posisi bersimpuh di lantai kayu yang basah dan mengalihkan pembicaraan secepatnya, "Mereka hasil tangkapan semalam,” lanjutnya.
Ketiga pemuda diseret dan diikat. Tamma dihentak kaki lelaki yang dipanggil dengan sebutan Ketua.
”Sst ... Baiyan ... lekas bangun ...," Tamma memanggil lirih, berharap agar kedua temannya terbangun.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
One Tea
Keren thor... Dpt ide dr mna ini yak.... Salut pkonya
2022-10-21
1
JWT Kingdom
yuhuuuuuu.....🤗🤗🤗🤗🤗🤗🤗
2022-05-27
3
anggita
like aja,
2022-05-22
3