"Laskar Penjaga!"
Tamma terpekik, melihat jasad-jasad mengapung. Mereka mengenakan pakaian yang sama. Sesekali bagian dasar perahu membentur tubuh-tubuh tak bernyawa itu. Baiyan semakin terbelalak, kedua mata berkaca-kaca dan tak mampu mengucap apapun lantaran terguncang.
Belum usai duka mendalam, Alas Roban telah binasa. Hanya mereka yang selamat. Sekarang, mereka menyaksikan sendiri pembantaian itu sampai meluas ke perairan.
"Di sana juga!" seru Niratih menunjuk lain arah. Lebih banyak lagi, tampak tubuh-tubuh kaku, saling tumpang tindih di atas kayu setengah tenggelam.
"Mereka semua sudah mati ...," Tamma mendesis lirih. Semakin memperhatikan bahwa tubuh orang-orang itu sudah tak bernyawa. Sepasang matanya berdelik lebar. Niratih dan Baiyan pun demikian.
"Mungkin beberapa hari lalu," kata Tamma di tengah air muka ngeri dan terkejut. Baiyan tersimpuh lemas, jatuh ke belakang.
"Sepertinya, mereka pasukan!" tegang dan panik, Niratih sama sekali tak ingin percaya bahwa pemandangan mengerikan itu benar-benar nyata. Baiyan nyaris ambruk.
"Tidak ada yang tersisa," kata Tamma, berpikir tegang, tak lepas memperhatikan jasad-jasad tertelungkup dan penuh luka-luka akibat senjata tajam. Bilah-bilah panah dan tombak menancap di punggung mayat-mayat itu.
"Jahat sekali!" ngeri rasanya, Niratih bersitegang.
"Siapa yang sejahat ini membantai manusia?" gumam tegang, Tamma memendam kemarahan luar biasa, berbaur rasa ngeri.
"Pasukan sebanyak ini mati?!" Baiyan mendoyongkan tubuh dari tepi perahu, sampai jelas wajah-wajah mayat di permukaan air. Air matanya tergenang dan mengalir. Sesak nafasnya pula.
"Tamma, kuatkan dirimu!" ujar Niratih, terkejut bukan main. Namun berusaha tegar.
"Kita harus bergegas ke daratan," lanjut Niratih penuh was-was. Lalu mengayuh dayung sesegera mungkin. Perahu melaju lebih cepat.
"Banyak sekali orang mati di sekitar sini!" pekik Tamma, belum mengetahui kejadian apa kiranya sampai menyebabkan peristiwa tragis seperti itu. Diliputi was-was dan panik, ketiga pemuda itu hendak menggerakkan sampan bersamaan agar perahu semakin cepat dan menjauhi tempat itu. Namun belum sempat mengayuh sampan lebih lama, sesuatu mengejutkan mereka bertiga. Bayang-bayang gelap disertai suara gema memekakkan telinga.
"Awas!" teriak Baiyan sempat menunjuk ke arah depan perahu. Dari balik kabut, tiba-tiba bayang-bayang gelap itu rupanya kapal raksasa, disertai dentuman keras dan menghantam perahu yang dinaiki ketiga pemuda itu.
Bang!!!
Sebongkah besi api mendarat keras. Sisi perahu pohon seketika hancur.
”Aaaargh!”
Ketiga anak muda di atas perahu, terpojok jatuh ke ujung lantaran perahu oleng.
”Ada apa?” Niratih terkejut, menyadari sisi perahu hancur, air mulai membanjiri.
Tamma memasang awas penglihatannya. Kabut pekat di depannya perlahan tampak nyata pandang. Bola-bola besi api berikutnya, meluncur ke arah perahu.
”Awaaas!” teriak Tamma sembari reflek menarik lengan Baiyan dan Niratih untuk melompat keluar perahu. Tepat sekali saat perahu terhantam oleh bola-bola besi api.
Bruakk!!!
Perahu hancur berkeping-keping. Menyisakan puing-puing.
”Bah!”
Pekik Baiyan, paling awal muncul ke permukaan. Kemudian disusul Tamma. Beruntung mereka bertahan di atas puing-puing kayu mengapung.
”Apa barusan yang menghancurkan perahu kita?” tanya Baiyan gelagapan, tersembul tenggelam berkali-kali lantaran tubuhnya lebih berat dari kayu sandaran.
Di bawah bayangan kapal raksasa, Tamma dan Baiyan mendongak. Kemunculan kapal raksasa itu disertai gema terompet meraung, hampir menggilas mereka yang tengah mengapung.
”Awaaas!!!” teriak Tamma sekalian kembali menyelam ke dalam air. Dua temannya pun mengikutinya.
* * *
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 152 Episodes
Comments
kesatria lembah manah
☕👍
2022-07-21
4
ヒダヤンティ アルファ
🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰🥰
2022-05-10
3
JWT Kingdom
💐💐💐💐🎶🎶🎶💐
2022-05-09
3