Seno mengajak Armell dan baby Arvin jalan-jalan di sebuah mall besar di ibukota. Baby Arvin yang berada dalam gendongan Seno terlihat sangat senang. Matanya yang belok melihat kesana kemari. Melihat lampu berwarna-warni, berbagai macam barang yang di gantung, dan masih banyak lagi.
Armell kebagian membawa tas yang berisi segala perlengkapan baby Arvin, ada susu, botol susu, popok, juga baju. Mereka berjalan berdampingan. Siapapun yang melihat, pasti mengira mereka adalah pasangan suami istri yang sedang mengajak buah hati mereka jalan-jalan sore.
Saat sampai di outlet baby and kids, Seno mengajak Armell masuk.
" Kita kesini dulu. " ajak Seno sambil menggiring Armell masuk.
Tapi Armell segera berhenti mendadak dan membuat Seno menabraknya. " Mau ngapain kita kesini ? " tanya Armell membalikkan badannya menghadap Seno.
" Ngapain juga mesti berhenti mendadak. Hampir aja Arvin ketendang. " Seno mengomeli Armell. " Kita kesini ya mau belanja keperluan Arvin. " Seno segera menjelaskan maksudnya mengajak Armell masuk ke outlet baby and kids sebelum kena omel pengunjung lain karena mereka berhenti tepat di depan pintu.
" Belanja? Tapi bapak...eh, mas.." Armell segera meralat panggilannya. " Saya belum mulai magang. Jadi saya belum mendapatkan gaji. Dan uang yang di tinggalkan seseorang dalam keranjang dulu sudah menipis. Kebutuhan baby Arvin yang lain masih banyak. Jadi saya harus bisa menyeleksi, mana yang benar-benar butuh, mana yang masih bisa di tunda dulu. " jelas Armell dengan tegas.
" Ck! Udah, masuk dulu ayo. Kita menghalangi pengunjung lain kalau kita berada di sini. " ajak Seno sambil mendorong paksa tubuh Armell. Tapi Armell tetap menolak. Dia menahan tubuhnya hingga tidak terdorong masuk oleh Seno.
" Kita tidak perlu masuk kesini mas. " ucap Armell lembut tapi tegas.
" Kita tetap akan masuk. Arvin butuh beberapa barang. Dan lo nggak perlu khawatir masalah uang. Hari ini, semuanya, apapun, gue yang bayar. " jawab Seno tak terbantahkan.
" Tap ..." baru saja Armell hendak membantah, Seno kembali mendorongnya dan kali ini, dengan tenaga yang cukup kuat. Jadi mau tidak mau, Armell ikut masuk.
" Lo gendong Arvin dulu. Gue ambil keranjang belanja dulu. " ucap Seno sambil memberikan baby Arvin ke gendongan Armell. Masih dengan raut muka bingung dan berpikir, Armell menggendong baby Arvin.
Seno pergi meninggalkan armell dan baby Arvin untuk mengambil keranjang belanja yang ada di sebelah mereka. Tak lama kemudian, Seno kembali menghampiri armell dan baby Arvin dengan membawa keranjang belanja yang di dalamnya sudah ada barangnya.
Seno mengambil barang yang ada di dalam keranjang, kemudian membuka bungkusnya.
" Kok, beli gendongan? Kan baby Arvin udah punya. " tanya Armell sambil memperhatikan Seno memakai gendongan yang diambilnya tadi.
" Iya, gue tahu. Tapi kita juga butuh gendongan yang seperti ini. Nggak mungkin kan, gue pakai selendang yang biasa lo pakai buat gendong Arvin? Apa kata dunia entar. Lagian, kalau pakai selendang terus, bahu lo emang nggak sakit? " jelas Seno sambil memakai gendongan untuk baby Arvin dan kemudian mengambil kembali baby Arvin dari tangan armell.
" Nah, seperti ini. Pundak lo nggak bakalan sakit kalau pakai ini. " tunjuk Seno saat baby Arvin sudah berada dalam gendongannya.
Armell manggut-manggut, sambil memegang pundaknya yang sebelah kanan yang memang akhir-akhir ini sering terasa nyeri karena menggendong baby Arvin yang semakin hari semakin bertambah berat badannya.
Seno mulai berjalan menyusuri rak-rak yang ada di outlet itu.
" Arvin butuh ini. " tunjuk Seno ke sebuah tas khusus bayi. " Ambil itu taruh di keranjang. " perintahnya. Tapi Armell malah diam tidak mengambil tas itu. Membuat Seno kembali berkata, " Tas itu buat tempat baju-baju, susu, botol susu, mainan, sama pampersnya Arvin kalau sedang di ajak keluar. Masak iya lo mau taruh di tas lo itu terus. Tas lo itu pasti biasa lo pakai kuliah kan? Kalau kena susu terus basah, Lo juga yang repot. "
Armell mengangguk. Bener juga apa yang di bilang seno. Armellpun mengambil tas yang ada di rak di depannya. Kemudian mereka kembali berjalan. Seno menyuruh Armell memilih beberapa baju buat baby Arvin. Armell sudah tidak membantah lagi dengan perintah Seno karena apa yang Seno katakan memang benar adanya.
Baby Arvin butuh baju baru karena bajunya yang lama sudah hampir tidak muat. Baby Arvin juga butuh botol susu lagi biar Armell tidak kerepotan kalau di malam hari baby Arvin terbangun berkali-kali karena haus dan Armell harus mencuci botol susunya dulu karena botol susu Arvin hanya satu. Dan masih banyak lagi yang Seno belikan untuk baby Arvin.
Setelah merasa semuanya sudah terbeli, Seno dan Armell menuju ke kasir. Armell mengeluarkan satu persatu barang belanjaan mereka. Kasir menyecan semua barcode barang yang di beli Seno.
" Oh iya kak, masih satu lagi belanjanya. Ini. " ucap Seno sambil menunjuk gendongan yang ia pakai untuk menggendong baby Arvin. " Apa kakak bisa menyecan barcode lewat situ? " tanya Seno .
" Bisa, tuan. " jawab kasirnya.
" Maaf, saya langsung memakainya. Soalnya kami lupa membawa gendongan tadi dari rumah. " jelas Seno membuat alasan.
Sang kasir tersenyum manis. ' Cowok ini tampan sekali. Coba aja belum punya istri. ' batin sang kasir sambil melirik ke arah Armell.
" Duh, bayinya lucu sekali. Tampan ya seperti papanya. " ucap sang kasir.
" Terimakasih. Tapi banyak orang bilang dia seperti mamanya loh. " jawab Seno dengan sengaja karena melihat sang kasir yang sok keganjenan. Sang kasir hanya melirik sekilas ke arah Armell. Armell yang tahu kalau dia sedang di lirik hanya cuek saja dan pura-pura tidak mendengar.
" Berapa bulan usia bayinya, Bu? " tanya sang kasir berbasa-basi bertanya ke Armell. Armell terkejut saat mendengar dirinya di panggil Bu. Armell tidak langsung menjawab pertanyaan sang kasir karena dia merasa bukan ibu-ibu.
" Sayang...." panggil Seno ke Armell membuat Armell merinding disko dan membelalakkan matanya tajam ke arah Seno yang berdiri di sampingnya.
Tapi Seno sepertinya tidak menanggapi protes Armell. Dia bahkan melanjutkan ucapannya, " Sayang, di tanya kok diam saja. Berapa bulan usia bayi kita? "
Armell masih tidak bergeming. Membuat Seno merangkul pundaknya dengan sebelah tangannya dan mengerjab-ngerjabkan matanya sambil sesekali melirik ke arah sang kasir yang sok kecantikan itu meminta supaya Armell mau bersandiwara dengannya. Armell yang memahami maksud Seno, langsung ikut berakting.
" Oh, bayi kita ya sayang. Masak kamu udah lupa. Kan kita buatnya juga barengan. " ucap Armell dengan nada manja.
" Kan kakaknya ini nanyanya ke kamu, sayang. " tukas Seno .
" Dia baru tiga bulan kak. Ganteng ya anak kami? Suami saya benar. Banyak orang bilang dia mirip sama saya ketimbang sama papanya. " jawab Armell sambil menunjukkan senyum termanisnya. Padahal di hati dia berasa mau muntah dengan aktingnya.
Sang kasir sudah tidak menjawab dan bertanya lagi. Dia langsung memberitahu berapa Seno harus membayar atas belanjaannya. Karena dia tidak ingin melihat Seno dan Armell bermesraan lebih lama di depannya. Membuatnya iri saja.
Setelah membayar semua belanjaannya, Seno dan Armell segera meninggalkan tempat itu. Di luar pintu, Armell segera menepis tangan Seno yang berada di pundaknya. Begitu juga dengan Seno yang langsung melepas rangkulannya ke Armell. Keduanya menjadi sama-sama canggung.
***
bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 149 Episodes
Comments
Herlina Lina
takut ketemu mamanya seno d mall tar d sangka istrinya lg
2024-05-25
0
riby_chan
😂😂😂 padahal si Gael ngarep tu sama Armel 😜
2022-06-04
2
Momy Haikal
mudah-mudahan ketauan maminya trus dinikahin secepatnya
2022-01-03
2