Adelia pun menjalani kehidupannya seperti biasa, tanpa beban dia sudah bangkit dari mimpi kelam yang menimpa dirinya.
Adelia pun kini bersiap menitipkan semua jualannya pada warung-warung di sekitar kampus.
Adelia juga menjadi pegawai part time di butik milik dosennya, karena sang dosen mengetahui kesulitan gadis itu.
Adelia yang cantik, dengan tubuh putih, tinggi 165cm menjadikan gadis itu makin terlihat sempurna dengan wajah yang memiliki perpaduan Asia timur.
Serta rambut panjang hitam yang selalu di kuncir kuda, mejadikan wanita itu idaman para pria.
Tapi semenjak kejadian naas itu Adelia menutup dirinya untuk pria yang ingin menjadi kekasihnya.
Saat ini fokusnya hanya untuk bekerja dan membahagiakan sang kakek. Dan juga agar bisa lulus secepatnya.
Tapi hal itu tak bertahan lama, saat Adelia sedang bekerja sebuah panggilan masuk ke ponselnya.
Adelia pun menjawab panggilan itu, dan bagai petir di siang bolong, Adelia menerima kabar buruk.
Kakek yang merawatnya telah berpulang ke Rahmatullah karena tabrak lari, Adelia pun menangis histeris.
“Adelia ada apa?” tanya Susan pemilik butik.
“mbak, aku harus ke rumah sakit, kakek ku menjadi korban tabrak lari,” kata Adelia dalam tangisnya.
“baiklah biar aku antar, ayo,” ajak Susan.
Mereka pun menuju ke rumah sakit, saat sampai polisi menunggu keluarga korban.
Adelia pun di arahkan menuju ke ruang jenazah, Adelia pun gemetar saat membuka kantong jenazah itu.
“kakek!” teriak Adelia yang melihat pria yang membesarkan dirinya sudah terbujur kaku.
Susan pun hanya bisa memeluk Adelia dengan erat, dia tahu jika gadis itu sekarang butuh dukungan.
Akhirnya Susan pun mengurus kepulangan jenazah, Adelia masih terlihat syok, jadi Yasmin yang membantu untuk pemakaman.
Akhirnya sang kakek sudah di makamkan, Adelia terlihat begitu linglung, bahkan tatapannya kosong.
Gadis itu seperti kehilangan jiwanya, Yasmin pun izin pada orang tuanya untuk menginap menemani Adelia.
Orang tua Yasmin mengizinkan, Susan pun pamit karena dia harus mengajar.
“Adelia minum dulu ya, kamu belum makan apa pun,” kata Yasmin membawakan susu yang di belinya di warung sekitar rumah Adelia.
Adelia pun menerima susu itu, tapi saat susu itu sudah di minum, tiba-tiba Adelia merasa mual dan memuntahkan semua isi perutnya.
“kamu sakit, kita ke dokter,” ajak Yasmin.
“tidak Yas, aku baik-baik saja, mungkin aku hanya masuk angin, terima kasih kamu mau membantu mengurus pemakaman kakekku, pasti suatu saat aku akan membalasnya,” kata Adelia.
Hari-hari Adelia pun berjalan seperti biasanya, dia merasa jika akhir-akhir ini tubuhnya merasa makin mudah lelah.
Tapi Adelia tak memedulikannya, tapi di tempat kerja tiba-tiba Adelia terjatuh pingsan.
Susan yang kebetulan ada di butik pun langsung membawa Adelia ke rumah sakit.
“maaf, keluarga pasien?” tanya dokter.
“Saya kakaknya dokter,” jawab Susan.
“Selamat nona, adik anda sedang hamil sepuluh Minggu,” kata dokter.
Susan terdiam, dia bingung harus bereaksi seperti apa, sedang Adelia yang tahu pun menangis.
Dia tak mengira jika perbuatan pria biadab itu bisa membuahkan janin di perutnya.
Adelia pun merasa hancur, dia tak ingin hidup lagi, saat Susan membayar biaya rumah sakit.
Adelia pun berlari pergi dari rumah sakit, dan berjalan sendiri malam itu.
Adelia begitu frustrasi, dia bingung karena hidupnya sudah hancur, Adelia pun memanjat sebuah pangar pembatas jembatan dan ingin melompat.
Tapi seorang ibu menghentikannya, “tidak nak, jangan bunuh diri, hidupmu masih panjang,” kata ibu itu.
“Tidak Bu, hidupku hancur, aku tak memiliki siapa pun, dan aku hamil tanpa suami, aku tak sanggup menerima hinaan masyarakat,” tangis Adelia.
“kalau begitu ikut ibu, kita bisa menghadapi ini bersama,” kata ibu itu.
“Tidak Bu, lebih baik aku mati bersama anak ini,” kata Adelia.
“apa salahnya hingga kamu ingin membawanya mati, dia itu hadiah nak, pikirkan baik-baik,” kata ibu penolong itu.
Adelia pun kembali terduduk lemah, ya apa salah bayi di kandungannya.
“sudah nak, sekarang ikut ibu pulang, kita bisa bicara kan ini baik-baik,” kata ibu itu.
Adelia pun mengangguk dan ikut ibu itu pulang, “nama ibu Laura Cendrawasih.”
“Saya Adelia Calista Amadea, ibu bisa memanggilku Adelia,” kata Adelia mengenalkan diri.
“ibu panggilnya Adelia ya, dan mulai sekarang kamu tak sendiri ada ibu di sini bersama mu,” kata Bu Laura.
Sesampainya di rumah ternyata rumah ibu Laura cukup jauh dari kota
besar itu.
Tapi rumah itu cukup sederhana dengan toko kelontong di depan rumah.
Adelia akan menata hidupnya bersama ibu penyelamatnya.
Sedang di rumah sakit Susan pun kebingungan mencari Adelia, tapi sebuah pesan menenangkan Susan.
Adelia Pamit untuk pergi dari kota itu dan ingin menenangkan diri, dan Adelia berjanji akan menghubungi Susan lain kali.
Hidup Adelia dan Bu Laura cukup baik, dan tanpa sepengetahuan Adelia ibu Laura mengambil ijazah milik gadis itu.
Adelia pun begitu bahagia mendapatkan bantuan ibu Laura, bulan berganti kini perut Adelia semakin besar.
Para warga mulai mencibirnya, tapi Bu Laura menguatkan Adelia untuk menjalani hari-harinya.
Tak terasa sudah sembilan bulan, Adelia pun merasa perutnya begitu mulas.
Bu Laura membawa Adelia ke sebuah klinik bersalin, Adelia sedang berjuang melahirkan anaknya itu.
Bu Laura terus berdoa hingga terdengar suara tangisan dari dalam ruang bersalin.
“Terima kasih ya tuhan, telah melancarkan proses kelahiran putriku,” kata Bu Laura.
Bu Laura pun begitu bahagia melihat bayi tampan yang di lahirkan Adelia.
Tapi Bu Laura melihat sebuah tanda lahir di lengan bayi itu, mirip dengan putranya yang hilang saat kecil.
“Siapa namanya?” tanya Bu Laura.
“Ibu kasih nama depannya, yang pasti harus nama Amadea di belakang,” kata Adelia.
“Darwin Alexander Amadea,” kata Bu Laura.
“Darwin, nama yang bagus Bu,” kata Adelia tersenyum bahagia, Bu Laura
pun memeluknya.
Hari-hari keduanya pun kini disibukkan dengan merawat dan membesarkan Darwin.
Meski cibiran di terima Adelia, tapi dia tak memedulikan itu baginya perkembangan putranya adalah segalanya.
Adelia sedang bermain dengan bayi Darwin, saat sebuah surat datang kepadanya.
“ada apa nak? Kenapa terkejut seperti itu?” Tanya Bu Laura.
“ibu, aku di terima kerja di tempat Darwi’s boutique, mereka itu butik terbesar dan sering ikut Fashion Show di dunia Bu, Contohnya Paris,” jawab Adelia senang.
“Benarkah, pergi nak, ibu selalu mendukungmu, biar Darwin ibu yang rawat,” kata Bu Laura.
“Ma.. ma..”kata bayi Darwin.
“kamu bilang mama sayang, Putra bunda, kita harus pergi Bu, kita akan ke Jakarta dan ibu harus ikut,” kata Adelia.
Bu Laura pun mengangguk, dia tak bisa menjauh dari kedua orang yang telah mengisi hidupnya itu.
Mereka pun sampai di kota besar itu, dan Adelia begitu bersemangat pagi itu untuk mulai bekerja dan Bu Laura menjaga Darwin.
Bayi Darwin menunjukkan kecerdasannya dari kecil, Bu Laura mengajari bayi Darwin untuk mulai membaca dengan bahasa Inggris dari kecil.
Dan itu menunjukkan hasil yang menakjubkan, bayi Darwin pun menunjukkan perkembangan pesat.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Etty Maryati
bisa jd yg menghamili anaknya ibu Laura
smg sj
2024-12-04
0
Siti Nurjanah
apa yg menghamili adalia itu anak bu laura yg hilang?
2024-10-30
1
Ana Krinyol
semangat
2022-06-13
2