Jangan lupa Like dan Support dulu bab sebelumnya yah gais.. 🤗
.
.
.
"Riri, katakan padaku dengan jujur, apa saat ini kamu sedang mabuk..?"
"Tidak, Kak.. tidak.. aku tidak mabuk.. aku hanya.. hanya.." Riri terlihat bingung menjabarkan perasaan apa yang sedang menderanya saat ini. Sungguh sangat sulit ia jelaskan.
"Baikah.. mungkin akan lebih baik jika Rei mengetahuinya. Ikut denganku sekarang." Sean meraih pergelangan tangan Riri begitu saja, hendak menariknya dan membawa Riri ke mejanya, namun yang ada justru pergelangan tangan Sean yang telah ditahan oleh kedua tangan Riri sekaligus.
"Kak Sean, tidak.." geleng Riri hampir menangis, hanya dengan membayangkan wajah Rei yang mengeras saat mengetahui kenakalannya saat ini membuat Riri bergidik ngeri. Belum juga membayangkan betapa besar kekecewaan Mommy dan Daddy atas kebohongannya.
"Apanya yang tidak..?! dasar bocah nakal, kakakmu akan datang sebentar lagi dan.."
'Bukk..!'
Sean nyaris terjengkang, karena tiba-tiba saja gadis itu telah menubruk tubuhnya dengan keras.
"Kak Sean, pliss.. tolong Riri Kak.. jangan bawa Riri kehadapan Kak Rei, jangan sampai Kak Rei tau, tolong Kak.. pliiiisss.." Riri tidak bisa menahan tangisnya lagi. Ia memeluk tubuh Sean dengan erat, yang entah kenapa memeluk tubuh Sean saat ini terasa begitu menyenangkan untuknya.
Sean yang merasa risih dengan perlakuan spontan Riri berusaha mengurai pelukan itu, tapi semakin Sean berusaha menghindar, Riri malah terlihat semakin bernafsu untuk memeluknya.
"Egh, Riri.. ada apa denganmu..? lepaskan..!" hardik Sean jengah.
Selama ini Sean terlalu sering melihat Riri karena kedekatan Riri dan adiknya Seiyna. Sean bahkan telah mengenal Riri sejak kecil dan menganggap Riri sudah seperti adiknya sendiri.
Riri adalah adik Rei sahabat dekatnya, dan Riri merupakan anak kesayangan Daddy Rico dan Mommy Meta. Meskipun selama ini Sean terkenal suka bergonta ganti wanita, namun secuil pun Sean tidak pernah melihat Riri sebagai wanita yang sebenar-benarnya wanita.
Karena itulah saat Sean menyadari bagaimana saat ini ia bahkan bisa merasakan setiap lekuk tubuh Riri yang baru beranjak dewasa itu menempel padanya, Sean merasa hal itu membuatnya risih.
"Baikah.. baiklah.. aku tidak akan mengadukan hal ini kepada Rei. Tapi tolong, Riri.. jangan seperti ini..!" tegur Sean memilih mengalah, semata-mata agar tubuhnya terbebas dari dekapan Riri.
Sesungguhnya jauh didalam lubuk hati Sean merasa sangat malu sekaligus merasa brengsek karena barusan sedikit terlena, namun buru-buru Sean berusaha mengendalikan dirinya.
Sean mulai meyakini bahwa saat ini Riri benar-benar berada dalam keadaan yang sedang tidak baik-baik saja. Namun yang Sean tak habis pikir, entah siapa bajingan yang telah melakukan semua ini kepada Riri.
"Riri, sadarlah..!" Sean menepuk pipi Riri perlahan, ia terhenyak saat melihat wajah Riri yang memerah serta dipenuhi keringat dingin sebesar bulir jagung. Riri terlihat menatapnya dengan tatapan sayu, membuat Sean sedikit gagal fokus.
Namun disaat Sean ingin menarik diri, kedua tangan Riri telah lebih dahulu terkalung dilehernya dan..
"Hhmmpp.."
Sean benar-benar terhenyak, seluruh perbendaharaan kata bernada interogasi yang tersusun dibenaknya mendadak tertelan begitu saja, manakala Riri telah menempelkan bibirnya kepermukaan bibir Sean.
Sean semakin panik menyadari saat ini Riri bukan hanya sekedar memeluk kemudian menciumnya, namun jemari Riri bahkan dengan berani telah menjelajahi dadanya.. perutnya..
"Oh.. shitt..!"
Sean mengumpat pelan saat menyadari seluruh bulu kuduknya telah meremang karena tindakan Riri yang agresif seperti berada diluar kendali, sama halnya dengan laju degup jantungnya yang mulai berdemo.
Meskipun semuanya terasa melenakan dan begitu sulit untuk tersadar dan kembali, Sean tetap menguatkan dirinya sehingga bisa mengurai semua kegilaan yang dilakukan Riri itu, dan dengan cepat Sean menangkap kedua tangan Riri yang telah out of control.
Riri terlihat memberontak, namun Sean bersikeras tetap menahan kedua pergelangan tangan yang telah membuatnya semakin frustasi.
"Mmm maaf.. maaf kak.. maaf.." Riri terlihat tak kalah kaget, ia bingung sekaligus tak menyangka bagaimana mungkin ia telah melakukan hal memalukan seperti itu kepada Sean..?
Entahlah, Riri tak mengerti, karena saat ini dorongan dari sesuatu yang asing yang ada didalam dirinya seolah ingin membuatnya gila.
Riri tidak berniat meraba Sean, tapi entah kenapa tangannya seolah bergerak sendiri. Riri juga tidak bermaksud mencium Sean, tapi entah kenapa tiba-tiba melakukannya.
"Riri.. cepat katakan, apa yang terjadi..?" ujar Sean berusaha mengembalikan kewarasannya dari pengaruh sentuhan yang seolah berhasil melumpuhkan otak kiri dan kanannya sejenak.
Yang ada dimata Sean saat ini, sosok Riri terlihat begitu aneh. Seperti bukan Riri yang lucu dan kekanak-kanakan seperti yang Sean kenal selama ini.
"Kak Sean.. Riri tidak tau, tapi.. ini.. rasanya aneh.. semua tubuh Riri terasa aneh.. panas.. kak.." Riri berucap panik campur gelisah. Tubuhnya mulai bergerak-gerak bingung lagi. Dan menyadari Sean yang berdiri begitu dekat dengannya, semakin membuat jantung Riri berdebar, karena rasanya detik ini juga ia ingin kembali melompat kearah Sean dan memeluknya sekuat tenaga.
Sementara Sean, meskipun ia masih belum tau dengan pasti apa yang telah terjadi namun dirinya telah mencurigai ada sesuatu tidak beres. Bisa jadi ada yang telah mengerjai gadis polos ini. Karena kalau tidak, bagaimana mungkin Riri berani melakukan hal-hal gila seperti barusan..? sedangkan pada waktu sebelumnya Riri bahkan sangat takut padanya, ketakutannya nyaris sama dengan ketakutan Riri kepada Rei kakaknya.
Riri tidak bisa menahannya lagi. "Kak Sean.." desis Riri seraya kembali mengalungkan tangannya keleher Sean yang sejenak termanggu, berusaha merapatkan tubuhnya lagi serapat mungkin.
"Riri, tolong jangan seperti ini, kendalikan dirimu.. astaga.." Sean mendesis, disaat dirinya kembali berusaha sekuat tenaga mengurai pelukan Riri, namun lagi-lagi Riri malah semakin kuat memeluknya. Bukan hanya itu saja, tubuh Riri yang saat ini mulai menggeliat liar, menggesek seluruh permukaan tubuhnya mau tak mau membuat degup jantung Sean kembali meronta.
"Kak Sean, tolong Riri.. ini aneh.. panas.. gerah.." Riri yang tidak bisa mengendalikan dirinya, mulai meraih kancing depan baju Sean. Tangannya seolah bergerak sendiri ingin mencopot kemeja Sean secepat yang ia bisa.
Melihat itu Sean terhenyak. "Riri.. tunggu.. jangan.. astaga.." Sean panik, terlebih saat menyadari beberapa pasang mata mulai mengawasi mereka berdua yang seolah sedang berniat melakukan hal mesum ditempat umum. Karena meskipun The Reds notabene merupakan tempat hiburan malam, bukan berarti bisa melakukan hal mesum secara terang-terangan.
Tidak bisa memikirkan alternatif yang lebih baik Sean langsung memeluk tubuh Riri yang bak cacing kepanasan itu, berusaha meredam pergerakan Riri yang kembali menggila.
Disaat yang genting seorang pria dengan pakaian waitress yang merupakan kenalan Sean terlihat melintas.
"Ed, Edi..!" panggil Sean keras seolah ingin mengalahkan dentuman suara musik.
Edi yang merasa namanya disebut sontak menoleh.
"Sean..?!" pria itu terlihat sumringah saat menyadari siapa gerangan orang yang memanggilnya barusan. Ia pun langsung mendekati Sean.
Yah.. Sean. Sean adalah salah satu dari beberapa tamu tetap The Reds yang memegang kartu vvip tempat ini. Tak heran jika pria itu cukup familiar, karena Sean juga merupakan anak sulung Sebastian Putra Djenar yang merupakan pengusaha nomor satu dinegeri ini, yang kelak akan menjadi pewaris utama kerajaan bisnis ayahnya dimasa depan.
"Ada yang bisa aku bantu..?" Edi bertanya, sambil tak bisa menyembunyikan rasa herannya ketika melihat Sean yang terlihat kesulitan memeluk erat seorang gadis yang tubuhnya bergerak-gerak kesana kemari.
'Sepertinya wanita ini sedang mabuk..'
Begitu kira-kira isi benak Edi.
"Bantu aku untuk membuka kamar.." ujar Sean to the point, tidak bisa lagi memikirkan solusi yang lebih cepat selain dari mengamankan Riri terlebih dahulu sebelum gadis itu membuat keonaran.
Sambil berusaha merogoh dompetnya, dengan tergesa-gesa Sean mengeluarkan beberapa lembar uang berwarna merah. "Ambil sisanya untukmu, dan tolong cepatlah.."
"Beres bos.." Edi mengangguk mengerti saat menerima uang yang disodorkan Sean tersebut, kemudian detik berikutnya ia telah melesat seperti peluru..
.
.
.
Bersambung..
LIKE and SUPPORT jangan lupa gaiss.. 😀
Thx and Lophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
🌹 Aisah 🌹
jgn sampai si rei salah paham lagi sama sean
😪😪
2021-09-01
1
Vichi Azzhura
dlu riri sma seiyna emg sempet bahas calon kakak ipar ya thor,riri nyletuk blg jdi kakak ipar buat seiyna
2021-09-01
1
Aprill Purnama
aduh gantung lgi seru seru ny thor 😅😅
2021-09-01
1