Arini menaruh ponselnya keatas meja, usai melihat semua bukti baik gambar maupun video yang telah di share Meta ke ponselnya. Ia terlihat termanggu.
"Bagaimana menurutmu, Rin..? aku benar kan? itu benar-benar Sean kan?"
Arini mengangguk sambil menatap Meta sejurus. Tentu saja itu Sean, dan jika Meta bisa mengenalinya dengan baik apalagi Arini.
Arini mengambil ponselnya lagi, wajahnya terlihat dingin saat menekan sebuah nomor dan menunggu panggilannya direspon dari seberang.
"Halo, mommy.."
"Halo juga, sayang.. lagi dimana, nak?"
"On the way, Momm.. ada apa?"
"Dengan siapa?"
Hening sejenak, sebelum suara diseberang kembali menjawab Arini dengan nada perlahan.
"Seorang teman, Momm.."
Arini termanggu, kemudian berucap to the point.
"Sean, apa kamu sedang bersama gadis bernama Liliyana?"
Hening lagi, namun helaan nafas berat Sean diseberang tidak bisa membohongi Arini.
"Sean, kenapa kamu jalan dengan teman wanita Rei, nak..?" nada kecewa jelas mewarnai suara Arini.
Masih hening.
"Sean.."
"Momm, bisakah aku menjelaskan semuanya nanti dirumah?"
Mendengar ucapan Sean yang perlahan membuat Arini menahan nafasnya. "Baiklah, mommy akan menunggumu dan semua penjelasanmu dirumah. Tapi sekarang mommy harus mengatakannya kepadamu, bahwa Liliyana bukan perempuan yang baik. Perempuan yang baik, tidak akan melakukan hal itu kepada dua orang pria, apalagi jika keduanya bersahabat.."
"Momm.. i'm sorry.."
"Sean, mommy kecewa padamu."
Klik.
Arini memutuskan pembicaraan itu dengan wajah yang keruh.
"Huhu.. teganya Sean berbuat seperti itu.. kalau Rei tau Rei pasti akan sedih, Rin.." Meta terlihat tidak bisa lagi menahan kesedihannya, sejak tadi ia menyimak pembicaraan Arini dan Sean, dan akhirnya ia tidak tahan untuk tidak menangis dihadapan Arini yang malah mengerinyit.
"Meta.. kenapa kamu menangis? memangnya kamu sesuka itu pada Liliyana?"
Meta menggeleng cepat. "Sejak awal aku sangat tidak menyukainya, Rin.. aku tidak mau punya menantu seperti itu. Tapi Rei malah menyukainya.. dan Rico juga tidak mau mendengarkan aku.."
"Kalau begitu tidak usah bersedih. Ini kesempatanmu untuk meminta Rei berpisah dengan perempuan itu.. ini juga kesempatanmu untuk meminta ketegasan Rico.."
"Lalu Sean bagaimana?"
Arini menghembuskan nafasnya dengan berat. "Aku terlalu khawatir dengan pergaulan Sean.. rasanya seperti kembali melihat daddynya di masa muda. Selalu berpetualang dengan wanita tanpa henti. Sean tidak seperti Rei yang tidak berpacaran seenaknya seperti Rico, Sean justru benar-benar menjadi duplikat Tian dimasa muda." gerutu Arini.
"Lalu apa yang ingin kamu lakukan untuk masa depan Sean?"
"Aku sudah membicarakannya dengan Tian. Aku ingin Sean menikah muda, mungkin dengan begitu.. Sean akan berhenti bermain-main.."
"Apa aku juga harus menikahkan Rei secepatnya agar bisa lepas sepenuhnya dari perempuan seperti Liliyana? tapi.. Rei masih muda. Lagipula dengan siapa aku harus menikahkannya? kemana aku harus mencari perempuan baik-baik agar bisa aku jadikan menantu..?" Meta seolah bertanya pada dirinya sendiri.
Pembicaraan mereka terjeda begitu mendengar suara pintu yang diketuk dari luar beberapa kali, diiringi Nisa yang muncul disana dengan sebuah nampan ditangan.
"Nisa boleh masuk kan, bu?" bertanya takjim kepada Arini dan Meta dengan senyum yang khas.
"Tentu saja boleh, Nisa.. ayo masuk.." Meta yang menjawab lebih dahulu, sementara Arini hanya tersenyum.
Nisa menaruh teh hangat keatas meja, tepat dihadapan Meta dan Arini "Tadi pagi Nisa buat bolu pisang juga, cobain, bu.." ucap Nisa sambil tersenyum malu saat menaruh sepiring kue bolu pisang keatas meja.
"Wah, kelihatannya enak nih.. mau dong, Nis.." Arini berucap ramah sambil menatap penuh minat kearah bolu pisang yang ada diatas meja.
"Sebentar, Nisa ambilin.." ucap Nisa sambil meraih dua buah piring kecil yang ia bawa sekaligus, mengisinya masing-masing dengan sepotong bolu pisang yang ia buat.
"Wahh.. Enak. Meta, cobain deh.." ujar Arini kearah Meta yang masih duduk terpekur sambil menatap Arini yang sedang menikmati bolu pisang buatan Nisa. Bukannya tidak doyan.. tapi saat ini Meta benar-benar sedang tidak berselera, karena fikirannya yang kalut memikirkan Rei.
"Kalau urusan dapur Nisa terampil banget deh. Benar-benar calon menantu idaman.. beruntung banget yang bisa dapetin menantu kayak Nisa.." seloroh Arini.
"Ibu Arini bisa aja, bikin Nisa malu.." wajah Nisa nampak bersemu merah, digoda seperti itu oleh istri Ceo Indotama Group itu.
Arini tertawa kecil, seiring dengan pipi Nisa yang semakin merona, berbeda dengan Meta yang malah tercenung.
Kalimat terakhir Arini cukup mengusik Meta yang langsung menatap Nisa lekat.
Sebenarnya kalimat candaan itu kerap kali dilontarkan Arini kearah Nisa untuk menggoda gadis manis yang sangat ramah dan rajin itu, namun entah kenapa baru kali ini Meta merasa berdebar mendengarnya.
"Nisa, jadi menantu ibu saja yah.." ucap Meta dengan wajah serius, cukup membuat Nisa dan Arini sama-sama terpana mendengarnya.
"I-ibu Meta.."
"Nisa.. ibu serius. Nanti ibu akan bicara dengan bunda Fatma, biar ibu bisa melamar kamu secara resmi."
"Ibu Meta.. t-tapi.."
"Ibu akan datang lagi kesini secepatnya, bersama daddy-nya Rei. Ibu mau kamu dan Rei bisa menikah.."
Nisa yang mendengar itu hanya bisa terpana, mulutnya terasa kelu, jantungnya berdebar.
'Rei..?'
Tentu saja Nisa mengenalnya. Pria tampan itu adalah teman sekampus Nisa.
Rei juga sering menemani ibu Meta ke panti asuhan, bahkan sempat ikut berpartisipasi dalam beberapa acara amal.
Ramah, kalem, bahkan bisa dibilang sedikit pendiam. Tapi lebih dari semuanya, satu hal yang membuat Nisa begitu menyukai Rei adalah caranya memperlakukan ibu Meta, terlihat sekali betapa ia sangat menyayangi ibu Meta.
'Kebaikan hati seorang pria terlihat dari cara dia memperlakukan ibunya. Pria yang baik tau bagaimana cara menghargai surganya..'
Dan Rei adalah pria itu. Pria idamannya.. yang senantiasa tersebut tanpa sengaja dalam setiap lantunan doanya.
'Apakah ini jawaban dari setiap doaku..?'
Bathin Nisa seolah enggan mempercayai apa yang barusan ia dengar dari mulut ibu Meta.
"Nisa.. mau kan?"
Tenggorokan Nisa tercekat, tidak bisa berucap sepatah katapun. Ingin mengangguk tapi rasa rendah diri menghalanginya. Tiba-tiba saja Nisa seperti terbangun dari siuman.. begitu menyadari siapa dirinya yang begitu berani mencoba memantaskan diri.
Dan dirinya bertambah gugup begitu jemarinya yang gemetar digenggam Meta dengan kuat, seolah ingin mengalirkan rasa percaya dirinya yang sedang terkikis.
"Nisa, ibu bersungguh-sungguh. Tapi jika Nisa menolak, ibu tidak bisa berbuat apa-apa selain menelan kecewa.."
"Ibu Meta.. Nisa hanya.."
"Nisa adalah gadis yang baik. Apakah Rei pantas untuk Nisa?"
Nisa terhenyak mendengarnya.
"Jika Rei tidak pantas, maka.."
"Tidak ibu, bukan begitu.." tepis Meta.
"Kalau begitu ijinkan ibu untuk meminta Nisa jadi menantu ibu. Nisa mau kan?"
Tatapan mata Meta menembus hingga ke sanubari Nisa yang terdalam, membuat Nisa tak kuasa menahan untuk tidak mengangguk, sebelum kembali tertunduk dengan wajah bingung campur merona.
.
.
.
Bersambung..
Dukung author yah kesayangan.. 🥰
Thx and Lophyuu all.. 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 79 Episodes
Comments
Lisa Icha
Novel sebagus ini kenapa suka sedikit yg baca?
semangat terus Author kesayangan😍🤩
2022-01-13
1
Elly Handayani
sudah adakah foto dari Nisa thoorrrrr 🤭😁🤭
2021-09-30
1
Elly Handayani
😅😅😅😅😅
meta,,,,meta,,,,, bisa aja kamu bicara seperti itu,
aku kan jadi malu🙈🙈😅😅😅🤣🤣🤣🤣🤣
2021-09-30
4